IMG-20250722-WA0401.jpg

Selasa, 22 Juli 2025 10:55:00 WIB

0

Rektor UIN Sunan Kalijaga Tegaskan Hakikat Perguruan Tinggi di Hadapan Peserta PKDP 2025

Di lorong-lorong kampus tua Eropa, waktu seolah terhenti dalam kesunyian yang penuh makna. Leiden University di Belanda, yang berdiri sejak 1575, menjadi saksi bagaimana ilmu pengetahuan dirawat dan dijaga berabad-abad lamanya. Di sanalah Prof. Noorhaidi menempuh studi magister, menapaki hari-hari bersama dosen dan mahasiswa yang menjadikan riset sebagai denyut kehidupan, bukan sekadar kewajiban administratif belaka.

“Kalau kita di sana, terasa sekali bagaimana kampus berkembang sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dunia,” kenangnya, saat menjadi narasumber dalam kegiatan Peningkatan Kompetensi Dosen Pemula (PKDP) 2025 luring di University Hotel Yogyakarta dan daring melalui zoom meeting, Senin (21/7/2025).

Ia menuturkan, di kampus-kampus itu, para dosen menyadari sepenuhnya peran mereka sebagai penumbuh ilmu. Riset sudah menjadi darah daging, terus memperbaharui pengetahuan, dan menawarkan mata kuliah baru berdasarkan penelitian-penelitian mutakhir. Fleksibilitas dalam pengembangan mata kuliah menjadi napas yang menyejukkan kehidupan akademik, membuat kampus tak pernah menjadi museum, melainkan taman ilmu yang selalu berbunga.

“Jam-jam produktif kampus senyap. Mahasiswa atau dosen jika tidak belajar di ruang kelas, mereka masuk lab atau perpustakaan. Bahkan tidak sedikit dosen menghabiskan waktu di laboratorium sampai menjelang tengah malam,” ucapnya, menekankan betapa sunyi kampus sesungguhnya adalah tanda kehidupan intelektual yang berdenyut.

Di hadapan 223 peserta PKDP, Prof. Noorhaidi juga menegaskan, misi perguruan tinggi bukan hanya menghasilkan lulusan, tetapi juga menyelesaikan problem-problem masyarakat dan memperkuat peradaban bangsa. Apalagi dalam dunia yang semakin kompetitif dan terglobalkan, persaingan kian kompleks, ketegangan meningkat, dan banyak orang tergoda mengembangkan politik identitas, mengeksploitasi segmen primordial demi kemenangan sesaat.

Figur yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Pascasarjana ini, juga menekankan pentingnya pembaruan kurikulum agar lebih responsif terhadap kebutuhan zaman. Ia menyoroti rendahnya keterserapan lulusan di dunia kerja akibat banyaknya perusahaan yang beralih ke otomatisasi. “Ini menjadi tantangan besar bagi kita semua untuk menyiapkan lulusan yang adaptif dan memiliki kompetensi relevan,” ujarnya. UIN Sunan Kalijaga, lanjutnya, terus berkomitmen memperkuat kolaborasi dengan industry, pemerintah, dan masyarakat sipil, memperbarui kurikulum berbasis riset dan kebutuhan global, serta menyiapkan mahasiswa menjadi generasi pembelajar sepanjang hayat.

Karena itu, Rektor menekankan pentingnya peran perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu dan inovasi, melahirkan pemimpin masa depan, sekaligus menjadi kekuatan moral dan etik yang bernafaskan integritas. “Hakikat perguruan tinggi itu hanya tiga, yakni mengajarkan cara berpikir logis dan kritis, melatih kemampuan mengkomunikasikan ide secara lisan maupun tulisan, serta membentuk perilaku luhur seperti kesopanan, keteladanan, dan integritas,” tegasnya.

Sementara itu, perguruan tinggi di Indonesia, lanjutnya, juga memiliki tantangan khas berupa keberagaman etnik, budaya, dan bahasa. “Ini berkah sekaligus tantangan. Kita harus mampu mengkontekstualisasikan kerja akademik dengan karakter nasional dan kekayaan budaya kita,” katanya. Keberagaman ini menuntut dosen memiliki cara pandang inklusif dan kolaboratif. 

Saat ini inovasi menuntut kolaborasi lintas disiplin ilmu. Untuk itu, Prof. Noorhaidi menekankan bahwa inovasi tidak muncul secara instan, melainkan melalui proses panjang dan terencana. Pendekatan problem based learning, inter, trans, dan multidisipliner merupakan jalan yang harus ditempuh agar ilmu pengetahuan yang dihasilkan tetap segar, relevan, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Karena itu, ia mendorong para dosen untuk membuka diri terhadap berbagai disiplin ilmu, guna memperkuat kolaborasi dan menghasilkan temuan-temuan akademik yang bermanfaat bagi masyarakat.

Pada akhirnya, Prof. Noorhaidi mengingatkan, perguruan tinggi bukan hanya bangunan megah dengan ruang-ruang kelas padat jadwal perkuliahan, melainkan taman ilmu yang menumbuhkan peradaban. Di sanalah benih-benih pengetahuan dirawat dalam kesunyian riset dan kejujuran intelektual, hingga tumbuh menjadi pohon-pohon besar yang menaungi bangsa. Sebab sejatinya, kampus hidup bukan dari hiruk-pikuk administrasi semata, melainkan dari denyut ilmu yang terus mengalir, menyejukkan, dan menegakkan martabat kemanusiaan.(humassk)