IMG-20250923-WA0113.jpg

Selasa, 23 September 2025 19:11:00 WIB

0

Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-74, UIN Sunan Kalijaga Gaungkan Ecotheology untuk Masa Depan Berkelanjutan

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Sidang Senat Terbuka dalam rangka memperingati kelahiran ke-74, Selasa (23/9/2025). Acara yang berlangsung di Gedung Multi Purpose ini menjadi puncak rangkaian dies natalis, ditandai dengan orasi ilmiah serta penganugerahan penghargaan kepada lima alumni sukses.

Sidang dibuka oleh Ketua Senat, Prof. Dr. Kamsi, dengan penuh khidmat. Seluruh anggota senat tampak duduk berderet di atas panggung dengan mengenakan toga kebesaran, menghadirkan suasana sakral dan agung. 


Suasana perayaan dies natalis ke-74 semakin khidmat dengan hadirnya segenap civitas akademika yang memenuhi ruangan, bersama para tamu undangan dari berbagai institusi, antara lain Akademi Angkatan Udara (AAU), Lanud Adisucipto, Polda DIY, Lanal Yogyakarta, serta mitra strategis UIN Sunan Kalijaga lainnya.

Dalam pidatonya, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan, menegaskan bahwa ulang tahun kampus bukan sekadar perayaan, tetapi momentum refleksi dan tekad baru.

“Hari ini bukan sekadar peringatan kelahiran, tetapi momentum untuk merenungkan perjalanan sejarah, meneguhkan komitmen akademik, dan menyalakan kembali semangat menatap masa depan dengan visi global,” ujarnya.

Menurut Prof. Noorhaidi, tema dies natalis kali ini sangat penting karena mencerminkan komitmen UIN Sunan Kalijaga untuk tidak meninggalkan khazanah keilmuan Islam, spiritualitas agama, dan budaya lokal. Namun, kampus juga terus bergerak maju melalui inovasi ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi.

“Melalui inovasi, kita merespons tantangan global seperti perubahan iklim, krisis ekologis, dan pembangunan berkelanjutan. Inilah esensi ecotheology yang menempatkan kelestarian alam sebagai bagian integral dari iman dan tanggung jawab manusia,” tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Rektor juga mengingatkan bahwa perjalanan panjang UIN Sunan Kalijaga tidak dapat dilepaskan dari cita-cita luhur para pendiri bangsa yang ingin memadukan keilmuan Islam dengan sains dan ilmu modern.  Sehingga momentum dies natalis ini menjadi saat yang tepat menghormati jasa para pendiri, dosen, dan alumni yang telah menyalakan api keilmuan di kampus ini.


Akademisi terkemuka lulusan S3 Utrecht University Belanda ini juga menyebutkan, bahwa saat ini UIN Sunan Kalijaga telah berdiri sebagai salah satu universitas Islam terkemuka di Asia Tenggara dengan berbagai capaian akreditasi yang membanggakan. Universitas, lanjutnya, akan terus berikhtiar memperkuat integrasi keilmuan sebagai ciri khas akademik melalui beragam terobosan dan inovasi. “Pemanfaatan teknologi digital, big data, serta kecerdasan buatan pun tengah diupayakan dalam proses pengajaran dan riset, dengan tetap menjunjung tinggi etika akademik yang berlaku,” katanya.

Prof. Noorhaidi juga menekankan arah pengembangan UIN Sunan Kalijaga yang berfokus pada riset, penguatan kualitas lulusan, serta pembangunan ekosistem kampus yang inklusif. “UIN Sunan Kalijaga berkomitmen mendorong peningkatan mutu riset dan hilirisasi dengan di antaranya membuka berbagai skema dukungan dan insentif penelitian bagi civitas akademika serta mendirikan pusat hilirisasi dan SDGs, plus pengembangan kolaborasi akademik nasional dan internasional.” katanya.

Ia juga menambahkan, bahwa penguatan kompetensi lulusan menjadi prioritas utama universitas. “UIN Sunan Kalijaga berkhidmat mengawal peningkatan employability lulusan, dengan pemberian bukan hanya hard skills, tetapi juga soft skills dan deep skills, serta pemagangan di dunia usaha dan dunia industri untuk menghadapi dunia kerja yang semakin dinamis,” ujarnya

Hal-hal tersebutlah yang menurut Rektor  menjadikan kampus ini sebagai ruang dialog antarperadaban, sekaligus berdiri semakin kukuh dalam berbagai pemeringkatan internasional. 

Namun demikian, Prof. Noorhaidi mengingatkan bahwa tantangan global semakin kompleks. “Revolusi industri 4.0, society 5.0, dan hadirnya Artificial Intelligence membuat gelar sarjana saja tidak lagi cukup. Kemampuan beradaptasi, berpikir kritis, dan bersikap bijaksana jauh lebih penting dari sekadar IPK,” katanya. Dengan demikian, komitmen pada nilai-nilai kemanusiaan, empati, akhlak, spiritualitas, dan kebijaksanaan akan sangat menentukan bagi masa depan umat manusia berhadapan dengan semua perubahan tersebut.

“Dies Natalis ke-74 adalah momentum untuk menegaskan kembali jati diri UIN Sunan Kalijaga sebagai universitas riset yang memadukan keilmuan, keislaman, dan kemanusiaan. Kita bangga dengan sejarah yang telah diukir, tetapi kita lebih bersemangat menatap masa depan,” ungkapnya.

Dalam rangkaian kegiatan tersebut, UIN Sunan Kalijaga juga meluncurkan sejumlah program unggulan di bidang akademik. Program tersebut mencakup penyelenggaraan International Undergraduate Program (IUP) pada enam fakultas, skema double degree, serta Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) yang memberi ruang pengakuan atas pengalaman akademik maupun profesional. Selain itu, diluncurkan pula kerja sama Senior Expert Services (SES) yang menghadirkan pakar internasional guna memperkaya proses pembelajaran dan riset di kampus.

Acara semakin lengkap dengan orasi ilmiah yang disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, dilanjutkan dengan penganugerahan penghargaan kepada lima alumni sukses UIN Sunan Kalijaga yang telah menorehkan prestasi signifikan di berbagai bidang, sekaligus menegaskan kontribusi nyata universitas dalam melahirkan kader bangsa yang berdaya saing global dan berintegritas.(humassk)