Wisuda bukan sekadar seremoni penutup masa studi, melainkan momentum reflektif atas perjuangan panjang yang dilalui setiap wisudawan. Di balik toga yang dikenakan, gelar yang kini tersemat, dan selembar ijazah yang dibingkai dengan bangga, tersimpan kisah tentang ketekunan, daya juang, serta pengorbanan yang tak jarang membawa seseorang pada titik nadir sebelum akhirnya menjejak di puncak keberhasilan.
Hal itu disampaikan oleh Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Noorhaidi Hasan, dalam pidato pada hari ketiga
Wisuda Periode I Tahun Akademik 2025/2026, yang digelar di Gedung Multipurpose,
Kamis (13/11/2025).
“Anda berhasil
karena memiliki daya juang untuk mengatasi tantangan itu. Namun, jangan lupakan
pengorbanan orang tua yang siang malam bekerja dan tak berhenti berdoa demi
anaknya dapat kuliah dengan lancar,” ujarnya.
Suasana haru
menyelimuti ruangan ketika Rektor mengutip bait lagu You Raise Me Up
untuk melukiskan betapa besar pengorbanan orang tua. “Dirimu membesarkanku,
sehingga aku bisa berada di atas gunung, bisa mengarungi lautan berombak; aku
kuat kala bersandar di bahumu,” ujarnya lirih. “Dirimu membesarkanku, sampai
lebih dari yang aku bisa.”
Momentum itu,
menurut Rektor, menjadi pengingat bahwa keberhasilan akademik tidak lahir dari
kecerdasan semata, melainkan juga dari kasih, doa, dan nilai-nilai kemanusiaan
yang membentuk diri seorang mahasiswa. Nilai-nilai itulah yang hendak terus
dipupuk oleh UIN Sunan Kalijaga melalui proses pendidikan yang holistik, bukan
sekadar transmisi ilmu dan penyematan gelar, melainkan pembentukan karakter,
mental, dan integritas.
“UIN Sunan
Kalijaga dipandu oleh nilai integratif-interkonektif, dedikatif-inovatif,
dan continuous improvement,” kata Prof. Noorhaidi. “Kita ingin melahirkan
lulusan yang cakap menalar dan beradaptasi, juga berakhlak mulia, disiplin, dan
loyal pada nilai-nilai kemanusiaan,” lanjutnya
Ia menambahkan,
tantangan di era digitalisasi menuntut lulusan untuk tak hanya piawai secara
teknologis, tetapi juga memiliki kemampuan reflektif agar tidak terjebak dalam
dominasi dunia maya yang serba instan. Kemampuan reflektif ini, menurutnya,
juga menjadi kunci agar seseorang dapat menghadapi kegagalan dan tekanan hidup
dengan bijak.
“Kesuksesan tak selalu datang dalam sekejap. Akan ada saat-saat
gelap, merasa tersingkir, dan kegagalan menimpa tanpa ampun. Namun jatuh
berkali-kali bukanlah akhir, selama kita mampu bangkit, menapaki jalan dengan
hati yang teguh,” ujarnya mantap.
Karena itu, di akhir pidatonya, Rektor mengajak seluruh wisudawan
untuk tidak pernah menyerah, terus menapaki jalan menuju masa depan yang lebih
gemilang, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang tua,
almamater, bangsa, negara, dan peradaban umat manusia
Dalam kesempatan tersebut, Rektor juga mengukuhkan 580 wisudawan
dari tiga fakultas, yakni Fakultas Sains dan Teknologi sebanyak 197 wisudawan, Fakultas
Adab dan Ilmu Budaya sebanyak 185 wisudawan, serta Fakultas Dakwah dan
Komunikasi sebanyak 198 wisudawan.
Sementara itu, sejumlah lulusan dinobatkan sebagai wisudawan
terbaik tercepat di masing-masing jenjang dan fakultas. Mereka adalah Fina
Rahma Sari, program sarjana Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
dengan IPK 3,89 dan masa studi 3 tahun 10 bulan 15 hari; Muhammad Javier
Badruttamam, program sarjana Informatika Fakultas Sains dan Teknologi dengan
IPK 3,93 dan masa studi 3 tahun 11 bulan 6 hari; serta Rani Octavianur, program
sarjana Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan IPK 3,92 dan
masa studi 3 tahun 9 bulan 16 hari.
Untuk jenjang magister, predikat serupa diraih oleh Deden Ka’bal
Umam, Magister Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Ilmu Budaya dengan IPK
3,88 dan masa studi 1 tahun 9 bulan 20 hari; Cindy Caroline, Magister Teknik
Industri Fakultas Sains dan Teknologi dengan IPK 3,98 dan masa studi 1 tahun 9
bulan 13 hari; serta Rara Eka Yurika, Magister Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan IPK sempurna, yakni 4,00, dan masa studi
1 tahun 10 bulan 4 hari.
Dalam kesempatan yang sama, Muhammad Javier Badruttamam, tampil
mewakili para lulusan. Javier menekankan bahwa wisuda adalah perayaan atas
ketekunan dan usaha, baik diri sendiri maupun orang-orang yang mendukung
perjalanan akademiknya. “Namun, ini bukanlah puncak pencapaian kita. Bisa jadi ini menjadi awal dari perjalanan baru. Selanjutnya, ada gunung
yang harus kita daki,” kata Javier.
Javier juga mengajak rekan-rekannya untuk disiplin, konsisten, dan
selalu berusaha. “Mari ubah rasa takut menjadi keberanian mencoba, ubah rasa
cemas menjadi tawakal, dan coba bersahabatlah
dengan kemungkinan gagal,” pesannya. Ini menyiratkan bahwa kegagalan bukanlah
derita yang harus diratapi lama. Ia hanyalah jejak bahwa kita pernah mencoba.
Bagi orang yang bijaksana, setiap kegagalan menyimpan pelajaran berharga. Maka,
teruslah melangkah, teruslah berusaha!!
Usai sudah rangkaian seremonial Wisuda Periode I Tahun Akademik
2025/2026 UIN Sunan Kalijaga. Semua yang dimulai pasti akan berakhir. Namun,
apakah akhir ini benar-benar sebuah penutup? Mungkin ini adalah muara dari
perjalanan kalian di kampus ini, namun sesungguhnya, dari muara inilah arus
baru kehidupan dimulai. UIN Sunan Kalijaga percaya, bekal ilmu, karakter, dan
keteguhan yang ditanamkan selama ini akan menjadi jangkar untuk menghadapi
ombak tantangan dan derasnya arus dunia. Selamat menapaki jalan baru, para
wisudawan! Langkahkan kaki dengan keberanian, rajut mimpi dengan keyakinan, dan
biarkan prestasi menjadi jejak yang tak terhapus oleh waktu. (humassk)