Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta meluncurkan Kalijaga Center for Islamic Turasth Studies (KCITS) sekaligus menggelar Bedah Buku bertajuk “Kemana Arah Integrasi Interkoneksi Studi Keislaman? Merumuskan Kembali Mazhab Sapen Melalui Telaah Turats Islam” karya Mohammad Yunus Masrukhin dan tim. Acara yang digelar pada Kamis (20/11/2025) di Teatrikal Perpustakaan kampus setempat ini, menandai langkah strategis kampus dalam memperkuat kajian warisan intelektual Islam (turats) dan mengkontekstualisasikannya dengan kebutuhan zaman.
Hadir dalam kegiatan ini, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Dr. Abdur Rozaki, Direktur Pascasarjana, para dekan, kepala UPT, serta tim KCITS. Sementara Rektor UIN Sunan Kalijaga, yang memberikan sambutan melalui video, meresmikan pusat kajian tersebut.
Dalam sambutannya, Rektor mengungkapkan bahwa pusat kajian yang diluncurkan ini merupakan upaya strategis untuk menghadirkan kembali kekayaan warisan kehidupan Islam klasik dalam konteks pergerakan intelektual dan kebutuhan kontemporer.
Prof. Noorhaidi juga menegaskan bahwa pendirian KCITS merupakan komitmen moral UIN Sunan Kalijaga untuk memastikan generasi Muslim memiliki akses luas terhadap kekayaan intelektual Islam, tanpa terjebak dikotomi masa lalu dan modernitas.
“Kami ingin melahirkan sarjana yang mampu membaca tradisi secara mendalam, sekaligus berdialog secara terbuka dengan perkembangan modern. Turats bukan sekadar arsip masa lalu, tetapi ruang berpikir yang hidup,” ujarnya.
Rektor juga menekankan pentingnya menjadikan UIN Sunan Kalijaga sebagai “rumah akademik” yang mendorong inovasi, keberanian berpikir, dan kesinambungan tradisi intelektual.
Nada yang sama disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Dr. Abdur Rozaki, Menurutnya, KCITS bukan hanya pusat studi baru, melainkan jembatan antara kejayaan intelektual masa lalu dan tantangan masa depan.
“Kita ingin menghadirkan kembali ulama-ulama klasik, seperti Ibnu Rusyd, Ibn Khaldun, dan lainnya, bukan sebagai potret sejarah, tetapi pemikiran yang dikontekstualisasikan kembali sehingga masa depan menjadi terarah,” ungkapnya.
Ia menilai konteks kontemporer sering kali dipenuhi kegaduhan dan kedangkalan berpikir. Karena itu, pengkajian turats harus menjadi jalan untuk menggali kedalaman spiritual, etika, dan peradaban.
“Turats tidak boleh menjadi fosil. Ia harus dijaga, ditafsirkan, dan dinyalakan kembali untuk menerangi zaman kita yang penuh tantangan,” tegasnya.
Adapun Direktur KCITS, Mohammad Yunus, Lc., M.A., Ph.D., mengungkapkan bahwa pusat kajian ini dibentuk untuk membangun kembali tradisi intelektual Islam melalui pendekatan akademik yang serius.
“Kami ingin spirit turats hadir dalam diri kita sebagai kesinambungan masa lalu yang dipadukan dengan konteks ilmiah masa kini,” ujarnya.
KCITS merencanakan sejumlah program strategis, mulai dari penelitian yang berfokus pada manuskrip dan warisan intelektual Islam, sosialisasi dan diseminasi temuan akademik, hingga penguatan kolaborasi dengan instansi yang senafas. Publikasi ilmiah dalam berbagai bahasa juga menjadi prioritas agar gagasan-gagasan dari UIN Sunan Kalijaga dapat menjangkau
Sementara itu melalui video, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Prof. Machasin, menyampaikan apresiasinya terhadap pendirian pusat kajian ini. Menurutnya, nama “Sunan Kalijaga” yang disandang universitas mengandung tanggung jawab moral untuk memadukan Islam dengan budaya lokal. “Menjadi Muslim berarti memperhatikan apa yang ada di sekitar. Sunan Kalijaga tidak larut dalam arus, tetapi mengarahkan arus itu agar tidak membahayakan masyarakat,” katanya.
Ia berharap KCITS dapat berkembang menjadi pusat yang memberi kontribusi bagi bangsa melalui pendekatan Islam yang ramah, inklusif, dan kontekstual.
Pada sesi bedah buku, hadir dua narasumber, Ketua Yayasan Fahmina , Dr. (Hc) K.H. Husein Muhammad, serta Dirasat Islamiyyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Iffatul Imniati Ismail, Lc., MA Dosen.
Diskusi berlangsung dinamis, menegaskan perlunya pendekatan baru dalam memahami turats sebagai basis pengembangan ilmu yang responsif terhadap persoalan kontemporer. (humassk)