Kementerian Agama memperoleh dua penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (HAKORDIA) 2025 yang berlangsung di Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (9/12/2025). Penghargaan diberikan atas kontribusi Kemenag dalam memperkuat pendidikan integritas dan penyuluhan antikorupsi di masyarakat.
Salah satu penghargaan diberikan kepada Kemenag atas kolaborasi penyusunan buku pendidikan antikorupsi berbasis perspektif keagamaan bersama Direktorat Pembinaan Peran Serta Masyarakat KPK. Kerja sama tersebut dinilai membuka ruang baru pendidikan antikorupsi melalui pendekatan agama yang dekat dengan karakter masyarakat Indonesia.
Selain itu, Forum Penyuluh Antikorupsi (PAKSI) Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kemenag dinobatkan sebagai Terbaik Kedua Nasional pada Forum PAKSI–API Berdaya untuk kategori kementerian dan lembaga. Program penyuluhan integritas yang dilakukan GTK Madrasah dianggap memberi kontribusi signifikan bagi sektor pendidikan.
Kemenag menyatakan akan terus memperluas kerja sama dan mendorong implementasi nilai integritas hingga tingkat daerah.
Selain penyerahan penghargaan, acara HAKORDIA 2025 juga disertai peluncuran enam buku pendidikan antikorupsi lintas agama. Setiap buku menampilkan ajaran agama masing-masing sebagai rujukan etika untuk membangun sikap antikorupsi yang mengakar.
Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar mengingatkan bahwa korupsi bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga serangan terhadap nilai kemanusiaan. Karena itu, pendekatan keagamaan menurutnya menjadi salah satu strategi penting untuk memperkuat kesadaran moral masyarakat.
“Semua agama mengajarkan integritas. Korupsi bukan sekadar kejahatan, tetapi ancaman terhadap martabat kemanusiaan,” ujar Nasaruddin.
Ia menilai bahwa pemberantasan korupsi perlu dijelaskan melalui berbagai perspektif, termasuk bahasa agama yang lebih mudah diterima masyarakat luas.
“Bahasa agama menumbuhkan kesadaran tentang pahala dan dosa. Kesadaran seperti ini menjadi fondasi bagi terbentuknya perilaku jujur,” katanya.
Enam buku yang dirilis sekaligus tersebut masing-masing berjudul Jalan Dhamma Jalan Anti Korupsi: Cara Menjadi Buddhis Berintegritas dan Berani Menolak Korupsi, Hidup Satya: Berani Menolak Korupsi untuk perspektif Hindu, Integritas & Antikorupsi: Perspektif Islam dalam Pemberantasan Korupsi, Integritas dan Iman: Peran Gereja Katolik dalam Pemberantasan Korupsi, Peran Gereja dalam Mewujudkan Bangsa Tanpa Korupsi untuk perspektif Kristen, serta Kebajikan sebagai Landasan Antikorupsi dalam Perspektif Khonghucu. Seluruh buku tersebut menggunakan ajaran keagamaan sebagai titik masuk dalam membangun kesadaran moral dan menolak praktik korupsi.
Sebagai salah satu PTKIN, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta turut menyampaikan apresiasi atas capaian Kementerian Agama pada agenda HAKORDIA 2025. Apresiasi tersebut sekaligus menegaskan dukungan perguruan tinggi Islam terhadap berbagai upaya penguatan integritas yang dilakukan pemerintah.
Sehari sebelumnya, Senin (8/12/2025), Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Noorhaidi Hasan juga terlibat dalam rangkaian peringatan HAKORDIA melalui kegiatan relaunching Zona Antikorupsi di Taman Pintar Yogyakarta. Dalam kesempatan itu, Prof. Noorhaidi menekankan bahwa korupsi merupakan tindak destruktif yang menggerogoti kesejahteraan masyarakat sekaligus merusak fondasi kehidupan berbangsa.
Peluncuran seri buku ini diharapkan memperkaya literasi antikorupsi serta memperkuat pendidikan karakter di berbagai lembaga pendidikan dan komunitas keagamaan.(humassk)