Revita Putri Sabela, (Tadarus ini saya tulis dari hasil wawancara dan telah dibaca dan disetujui oleh Revi)..teman-temannya akrab memanggil Revi, adalah mahasiswi asal Banyumas, saat ini sedang menempuh kuliah di Prodi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta
2022, Revi mengambil keputusan kuliah di UIN Suka...“karena di UIN Yogyakarta ada jurusan yang saya minati dan UIN Yogyakarta termasuk perguruan tinggi Islam terbaik di Indonesia”, demikian pengakuan Revi saat saya tanya. Informasi itu ia peroleh secara mandiri. “Saya cari tahu di Google tentang UIN, dan UIN Yogyakarta peringkatnya tinggi, jadi saya cari tahu lebih banyak lagi”, lanjut Revi
Perjalanan spiritual pertamanya bersama Pusat Layanan Difabel (PLD) terjadi secara alami, mengalir, saat jadi mahasiswa baru, Revi mengikuti kegiatan PBAK (Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan)... “Saat itu ternyata teman satu kelompok saya ada yang berkebutuhan khusus (tuli), dan saya tahu dia teman tuli karena saya lihat pendamping (Juru Bahasa Isyarat) yang menggunakan rompi bertuliskan PLD”, kenang Revi... Untuk menjamin layanan, setiap tahun, selama masa PBAK berlangsung, PLD UIN Suka memang selalu memberikan pendampingan juru bahasa isyarat bagi setiap mahasiswa difabel tuli hingga selanjutnya selama proses masa perkuliahan berlangsung. PLD juga melatih penguasaan bahasa isyarat secara profesional kepada para relawan sepanjang tahun.
Ketertarikan Revi pada PLD pun tumbuh cepat seiring waktu. Ia langsung merasakan chemistry, “Ketika pengenalan organisasi dan UKM di UIN ini, saya langsung tertarik saat PLD memberi selebaran pendaftaran sebagai relawan”…demikian diceritakan Revi kepada saya
Revi mengaku pengalaman itulah yang menggugah hatinya untuk bergabung menjadi relawan... “Karena jujur saja baru kali itu saya menemui orang-orang istimewa seperti teman saya, jadi saya tertarik untuk lebih dekat dengan mereka. Saya juga ingin tahu lebih banyak tentang mereka, apa alasan mereka memiliki semangat untuk berkuliah di tengah keterbatasannya” ungkap Revi
Dalam suasana santai itu, obrolan kami pun berlanjut... Kekaguman Revi semakin dalam saat menyaksikan semangat Juru Bahasa Isyarat (JBI) saat PBAK yang ia ikuti itu... “Ketika melihat tangan mereka saya sangat kagum dengan keindahan bahasa isyarat yang mereka gunakan. Dari situ saya juga tertarik untuk menjadi relawan dan ingin menggunakan bahasa isyarat itu untuk membantu teman-teman tuli menyuarakan pendapat serta keingintahuan mereka”
Tidak perlu menunggu lama, setelah ketertarikan itu, Revi langsung daftar secara resmi menjadi relawan sejak semester 1 pada tahun 2022, tetapi baru aktif dalam pendampingan saat ia semester 3 pada tahun 2023. Ketika saya tanya mengapa baru aktif di semester 3 itu, Revi menjelaskan, “Karena saya waktu semester awal belum berani untuk datang ke PLD sendirian. Saya satu-satunya anak Perbankan Syariah di angkatan saya yang menjadi relawan” demikian jelas Revi. Namun, perjumpaannya kembali dengan teman tuli yang dulu pernah satu kelompok saat PBAK memberinya semangat... “Dari dia saya mendapat informasi tentang PLD, jadi dia mendorong saya untuk aktif dengan menjadi pendamping teman-temannya” …
Penasaran dengan perjalanan selanjutnya, lalu saya tanya apa salah satu pengalaman Revi yang paling berkesan, jawabannya mengharukan, ketika Revi mendampingi mahasiswa difabel tuli selama satu semester, mahasiswa tuli itu, “Di akhir semester dia mengucapkan pesan terima kasih dan memberikan doa-doa baik untuk saya karena sudah membantu dia selama satu semester itu”, demikian Kebahagiaan ini dibagikan Revi…
Namun, tak selamanya perjalanan menjadi relawan berjalan mulus. Revi pun pernah merasakan pengalaman menyedihkan, “waktu itu saya datang sebelum jadwal kelasnya dimulai, saya tunggu sampai berjam-jam, ternyata kelasnya kosong dan tidak ada konfirmasi dari mahasiswa difabelnya”. Revi merasa sedih, untuk menenangkan diri, ia pun pergi ke PLD... “Ngobrol sama teman-teman tuli yang ada di sini (di PLD), jadi emosi saya bisa teralihkan”, ungkap Revi… Saya merasakan kisah Revi ini bisa sedemikian menjadi gambaran bahwa menjadi relawan difabel harus siap dengan ketabahan dan juga keterpanggilan yang kuat
Secara ruang sosial, Revi mengakui bahwa PLD menjadi tempat yang membuatnya nyaman. “Banyak sekali rekan-rekan relawan yang saya rasa cocok untuk menjadi teman dekat. Banyak relawan yang memiliki empati, perhatian, dan rasa kekeluargaannya sangat kental.” kata Revi, Ia merasa dihargai dan menemukan lingkungan yang mendukung... “Saya juga mendapat banyak dukungan dan bantuan dari pihak PLD”, Tambahnya.
Revi mencontohkan salah satu bentuk dukungan yang ia rasakan dari PLD tersebut diantaranya: “Kita dulu mendapatkan kesempatan untuk bertemu dan bermain bersama relawan lain dengan adanya acara healing notetaker. Dari acara tersebut kita mendapat banyak afirmasi positif sebagai seorang relawan”. Selain itu, ia juga mendapatkan bantuan nyata berupa beasiswa yang memang selalu diupayakan oleh PLD bagi para relawan meskipun kompetitif... “Saya merasa terbantu dengan adanya program beasiswa dari Astra yang berkolaborasi dengan PLD, dalam satu semester saya mendapatkan uang untuk biaya kuliah”. …
Pada akhir perbincangan kami, Revi tak lupa memberikan saran dan pesan, baik untuk teman-teman difabel maupun sesama relawan. “Untuk teman-teman difabel di PLD, agar lebih komunikatif dengan relawan agar tidak ada kesalahpahaman, dan diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran”, harap Revi Sementara kepada relawan, ia berpesan, “Bersemangat dalam membantu teman difabel, jangan lupa gunakan ilmu yang didapat di PLD untuk membantu orang lain di luar sana”…, demikian saran Revi
Revi juga menyampaikan pesan langsung kepada saya sebagai koordinator PLD, “Mungkin sarannya supaya bapak menyempatkan waktu untuk lebih dekat dengan relawan dan teman difabel yang ada di PLD, supaya kami merasa lebih terkoneksi dan nyaman untuk menyatakan pendapat atau keluhan.”, pesan sederhana sebenarnya, tapi terasa sangat berharga bagi saya
Menutup kisahnya, Revi menyampaikan harapannya untuk UIN Jogja, kampus tempat ia bertumbuh:
“Sebagai Universitas inklusif yang membuka kesempatan untuk teman-teman difabel, pesan saya agar memberi lebih banyak kesempatan bagi PLD mengenalkan dan memberi pemahaman terhadap seluruh warga masyarakat UIN agar mereka juga teredukasi dengan inklusifitas yang memang sudah seharusnya kita miliki”
Demikian harapan Revi untuk seluruh warga di kampus yang saat ini menjadi ruang perjalanan Revi dalam "mendunia" secara akademik dan "meruang" dalam belajar kehidupan… Saya berdoa semoga Revi sukses dan diberkahi dalam perjalanannya sebagai relawan PLD dan selanjutnya…
Menjadi relawan bukan sekadar memberi bantuan, tetapi menjadi bagian dari perubahan budaya kampus yang lebih inklusif dan berkeadilan. Jika anda tertarik dengan perjalanan Revi dan para relawan PLD…bergabunglah dalam perjuangan kami di sini , di UIN Sunan Kalijaga : "Empowering Knowledge Shaping The Future"