Bedah buku Haji Ibadah, Haji Ilmiah Karya Prof. Al Makin Memberi Ruang Lebih Luas untuk Semua Profesi Berkreasi

UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan bedah Buku “berjudul Haji Ibadah, Haji Ilmiah-Mencari Makna Antar Iman Tentang Tawaf, Sai, Jamarat, dan tempat-Tempat Suci,” karya Prof. H. Phil Al Makin, bertempat di gedung Prof. H.M. Amin Abdullah, kampus UIN Sunan Kalijaga, 22/12/2023. Buku setebal 98 halaman berisi 30 tulisan karya Prof. Al Makin selama melaksanakan ibadah haji tahun ini, sekaligus menjadi Petugas Monitoring Haji, telah diterbitkan di kompas.com. Bedah buku menghadirkan para pembedah antara lain: Vikaris Epikus Palis Jogja Barat, Romo Alfonsus Rodriguez Yudono Suwondo, Guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Moch Nur Ichwan, S.Ag M.A., Dosen Universitas Sanata Dharma, Dr. Gregorius Budi Subanar. Juga dihadiri Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. H. Al Makin sebagai penulis, Wakil Rektor 2, bidang Administrasu Umum, Perencanaan dan Keuangan, Prof. Sahiron, para pejabat Dekanat dan truktural, serta civitas akademika UIN Sunan Kalijaga, serta para seniman lukis.

Pada sambutannya mengawali bedah buku, Prof. Al Makin antara lain menyampaiakan, buku ini diterbitkan sebagai bentuk pertanggungjawaban penulis sebagai petugas monitoring pelaksanaan ibadah haji, agar selain dapat mempertanggungjawabkan kepada pemerintah, dalam hal ini kementerian Agama, juga ada nilai moral yang harus tersampaikan kepada khalayak luas (masyarakat Indonesia). Sebagai penulis buku Haji Ibadah, Haji Ilmiah, Prof. Al Makin menghendaki perlunya forum ini, agar banyak yang membaca dan memberi penafsiran yang luar biasa melebihi penafsiran penulis terhadap karya bukunya. Mencontoh para filsuf terdahulu, yang kebanyakan menulis untuk dirinya sendiri. Dan bisa jadi baru dibaca, dipahami dan dipublikasi setelah penulis itu sudah tidak ada. Maka akan lebih baik pesan moral dalam buku ini segera dapat dinikmati masyarakat sebagai bahan refleksi maupun menggugah banyak orang untuk senang menulis dimanapun berada. “Menulis itu menyenangkan dan bermakna untuk dirinya sendiri, dan akan memiliki makna yang luas bagi siapa saja yang dapat menafsuirkannya secara kreatif,” ungkap Prof. Al Makin.

Prof. Sahiron yang berkesempatan memberi sambutan menyampaikan harapannya, bahwa apa yang dilakukan Prof. Al Makin menulis selama melakukan prosesi ibadah haji, sekaligus menjadi petugas monitoring haji, adalah contoh yang luar biasa. Maka siapapun dapat melakukan kebiasaan menulis. Menulis bisa dilakukan dimana saja. Seperti ilmuwan masa lampau, dengan keterbatasan namun produktif menulis. Prof. Al Makin memberikan contoh bahwa menulis bisa dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Tulisan bisa ilmiah, bisa berupa refleksi, sedikit demi sedikit bisa diniatkan sebagai ibadah yang ilmunya bisa untuk kebaikan banyak orang. Tulisan dapat menjadi refleksi bagi siapapun dalam rangka membangun bangsa, peradaban dan perilaku yang baik. Tulisan juga dapat menjadi hikmah yang luar biasa bagi yang memahaminya.

Aris Risdiana, S. Si., M.M., selaku moderator mengawali bedah buku dengan manyampaikan, melalui buku karyanya ini Prof. Al Makin telah menyampaiakan kepada masyarakat bahwa Kementerian Agama telah melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya terhadap para jema’ah haji, yang tahun ini mengangkat tema Haji Ramah Lansia.

Sementara itu Prof. Moch. Nur Ichwan menyampaikan, buku karya Prof. Al Makin kali ini memadukan seni dan ilmiah. Prof. Al Makin menyampaikan refleksi pelaksanaan ibadah haji melalui tulisan naratif dan lukisan ekspresionis. Karya buku ini menjadi cermin pelaksanaan ibadah haji era kini. Dapat menjadi pembanding dari catatan perjalanan haji dari masa ke masa, yang ditulis para ulama dimasanya.

Sebagai penulis tentang perjalanan haji, pelaksanaan ibadah haji dan pelayanan haji, Prof. Al Makin memaparkan tulisan sebagai seorang akademisi, cendekiawan, pejabat yang melayani, seniman yang menerawang, dan hamba Allah yang tunduk, terlihat dari yang tertulis dan yang terlukis. Tulisannya mencerminkan situasi spiritualitas dan petugas haji yang harus melayani, dan melaporkan data-data, serta memberi asupan informasi yang mendalam.

Prof. Al Makin berhasil menggambarkan tulisan yang ekpresionis/perenungan, juga autoetnografi haji, autoetnografi ziarah, tentang penulis dan orang-orang di sekitarnya dengan data yang lengkap. Siapa petugas haji, bagaimana rapat rapat persiapan dilakukan demi keberhasilan pelaksanaan ibadah haji, data-data tersaji secara lengkap terkait perilaku jamaah haji, yang tersesat, bagaimana pemandu haji memecahkan persoalan di lapangan dan seterusnya. Prof. Al Makin juga menyajikan data etnografi adat Mekah. Bagaimana orang Mekah berbahasa Indonesia, memberi pemahaman tentang Arab kepada orang Indonesia, bagaimana petugas mengatur jama’ah, mobilitas haji, semua disajikan secara detail. Prof. Al Makin juga menghadirkan lintas iman untuk memberikan makna terkait haji, dari ayat suci ke bodi satwa, dari Ka'bah, diimajinasikan melalui makna agama lain. Kemudian dikaitkan dengan sejarah Islam, dan spiritualutas di Indonesia (Majapahit, Mataram) ditarik ke masa Yunani. Dikaitkan dengan akademik, demokrasi dan gender, dengan cerita yang mengasyikkan tetapi tetap dalam maknanya.

Dijelaskan Nur Ichwan, data data etnografis yang disajikan Prof. Al makin sangat menarik yang bisa dimanfaatkan untuk untuk Kementerian Agama sebagai pelaksana ibadah haji dan para peneliti untuk memahami bagaimana rumitnya mengurusi ibadah haji, dari urusan di Kemenag hingga Kemenlu. Dari urusan katering hingga administrasi dan pelayanan, dan bagaimana membangun jaringan, demi suksesnya pelaksanaan ibadah haji dari Indonesia. Lepas dari itu semua, buku ini menjadi laporan pertanggungjawaban yang unik dari seorang pejabat pemerintah, dari seorang akademisi yang menulis, dari seorang pelukis yang melukis, bukan hanya untuk negara, tapi juga institusi dan masyarakat. Ini bagian dari transparani. Sehingga karena sebagai laporan, unsur subyektifitas dari Prof. Al Makin tidak tampak, demikian jelas Prof. Moch Nur Ichwan.

Romo Suwondo, pembedah buku mewakili kapasitas persaudaraan dari katolik menyampaikan, pihaknya merasa bahagia diundang sebagai pembedah. Menurut Rama Suwondo, ini merupakan perayaan persatuan dan persaudaraan, ketika kita saling memberi masukan dan memperkaya. Pihaknya menilai, Prof. Al Makin memiliki penguasaan keilmuan yang luas, lintas peradaban.

Gagasan-gagasan pribadi, untuk mengorek pemahaman yang lebih luas, refleksi lintas generasi untuk dimaknai lintas zaman. Melalui buku ini pula, semua diingatkan bahwa tidak seorangpun dapat menghakimi, selain Allah. “Siapa kita, kita tidak memiliki hak mengadili sesama. Kita semua adalah saudara, antar sesama hamba Allah yang dapat saling memberi dan menerima masukan,” ungkap Romo Suwondo.

Romo Banar menambahkan, pihaknya merasa sangat gembira bisa dilibatkan untuk memberi masukan karya antar iman. Pihaknya juga menilai ada kekhasan dari Prof. Al Makin, setiap menyampaikan karyanya, selalu menyebut koleganya satu per satu. Ini menunjukkan kedekatan personal baik yang seiman, maupun lintas iman. Dalam buku Prof. Al Makin, Romo Banar menemukan kekayaan wawasan dari Prof. Al Makin yang banyak menawarkan kebaruan dari ibadah haji. Ada juga lima karya lukis yang menggambarkan prosesi ibadah haji.

Prof. Al Makin juga memaparkan dalam bukunya tentang nilai-nilai universal Islam, agama agama, dan nilai kemanusiaan. Tentang spirituality dan hospitility yang dicontohkan oleh Prof. Amin Abdullah. Dari tulisan-tulisan Prof. Al Makin dapat juga dirasakan adanya bingkai cara melihat, etis, estetis, mistik, lapis lapis manusiawi Prof. Al Makin yang didapat dari Prof. Machasin.

Gaya tulisan otoritatis, diskritif, naratif, info data kaya, kekhasan dan kekuatan untuk memberi pemahaman kepada pembaca, sehingga pembaca dapat menemukan banyak makna, pijakan untuk menghasilkan karya akademik lainnya. Berbagi pengalaman bagaimana mengelola haji dengan jemaah banyak lansianya, pengalaman mistik menuju kepenuhan dari ketidakberdayaan, menawarkan pemahaman bagaimana bernegara dalam melayani umat. Menggambarkan tawaf sebagai bentuk doa diistilahkan mengetuk pintu nya Gusti Allah. Yang membuat sanubari lintas iman-pun menjadi trenyuh. Dari karya bukunya ini Prof. Al Makin dapat memberi gambaran bahwa Haji untuk ilmiah, tidak akan kehilangan momen spiritualitas dan pengalaman rohani, seperti yang bisa diraih Prof. Al Makin.

Agus Tomim mewakili para seniman lukis juga memberikan refleksinya untuk karya Buku Prof. Al Makin. Menurutnya, Karya Buku Prof. Al Makin merupakan kekayaan talent, hingga melahirkan cerita yang luas dari berbagai sisi yang penuh pembelajaran untuk masyarakat, termasuk untuk seniman. Membuka imanjinasi seniman bahwa selain melukis, seniman juga dapat meluangkan waktu untuk menulis imajinasinya. Prof. Al Makin memberi ruang lebih luas untuk semua profesi untuk berkreasi, kata Agus Tomim. (Weni)