Bahas Sisi Fisik Naskah Manuskrip Bersama Pusat Studi Manuskrip UIN Sunan Kalijaga dalam Bi Weekly Forum FADIB

Pusat Studi Manuskrip UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan kegiatan Ngaji Naskah Jilid 2. Kegiatan ini diselenggarakan bersamaan dengan Kegiatan Bi-Weekly Forum yang ke 38 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, bertempat di ruang Auditorium lantai 1, UPT Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 8/2/2023. Kegiatan yang dihadiri segenap Mahasiswa S1 , S2, dan S3 UIN Sunan Kalijaga dan para Mahasiswa penggiat kajian naskah manuskrip di lingkup Yogyakarta ini menghadirkan Narasumber Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Dr. Muhammad Wildan, M.A., yang saat ini menjabat sebagai Koordinator Bidang Kerja sama, Pusat Studi Manuskrip. Senior Paper Conservator Japan Foundation Asia Center/Grant Fellow, Prof. Isamu Sakamoto. Dalam sambutannya, Dr. Adib Sofia antara lain menyampaikan, terima kasihnya kepada: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Pusat Studi Manuskrip, UPT. Perpustakaan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UIN Sunan Kalijaga, dan semua pihak yang terlibat dan membantu memfasilitasi, hingga terselenggaranya kegiatan Ngaji Naskah yang kedua kali ini.

Disampaikan, Ngaji Naskah Jilid 2 diselenggarakan dalam rangka Agenda Bi-Weekly Forum 38. Kajian kali ini unik, yakni dari sisi fisik naskah manuskrip. Pengkaji kebudayaan Paham Manuskrip fisik dan naskah. Kajian kali ini dihadiri para Mahasiswa S1 dan S2, dan Program Doktor. Dalam kajian naskah manuskrip UIN Sunan Kalijaga sudah sering bekerja sama dengan pengkaji naskah dari Jeoang, seperti yang kali ini hadir.

Sementara itu, UIN Sunan Kalijaga sendiri memiliki banyak kolega dari Jepang, seperti; Tokyo University of Foreign Studies, Koboy University, Kokushikan University, Simanu University. Dari mengkaji manuskrip UIN Sunan Kalijaga juga sudah 2 kali melakukan kajian di Jepang. Oleh karena itu pihaknya berharap dengan Prof. Isamu Sakamoto akan berlanjut pada kajian selanjutnya, karena keilmuan akan dapat lebih berkembang melalui kajian - kajian yang berkelanjutan. Dengan melanjutkan relasi dan bahkan mengembangkannya.

Pada kesempatan kali ini Dr. Adib Sofia juga menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Isamu Sakamoto (narsum), Dr. M. Wildan, M.A. (narsum), Dr. Widiastiningsih dari FIB UGM (interpreter), Dr. Mu’ammar Zayn Qadafy (moderator). “Mohon doa Pusat Studi Manuskrip bisa tumbuh sebagai atmosfer dan penciri keilmuan di UIN menunjukkan UIN Suka untuk bangsa, UIN Suka Mendunia,”demikian ungkap Dr. Adib Sofia.

“Yang hadir di sini adalah a lover of word, pecinta kata-kata yang memahami masa lalu untuk menghadapi masa depan. Mereka semua tahu bahwa pekerjaan pembaca naskah adalah to present and to interpret the teks dan hari ini kita memfokuskan pada to present, yaitu melihat urgensi aspek fisik pada kajian naskah,” imbuh Dr. Adib Sofia.

Pihaknya berharap, kajian naskah tidak hanya berhenti pada mengungkap teks dan naskah, tetapi membangun mindset untuk selalu memahami realitas ini dengan data yang valid, shahih, terverifikasi, tanpa corrupt, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sikap seperti Itulah yang harus dimiliki oleh intelektual sejati.

Narasumber pertama adalah Pimpinan Yayasan Pecinta Manuskrip Jepang, Prof Sakamoto dan merupakan profesor senior, peneliti ahli bidang konservasi dan reservasi kertas dari Jepang yang sudah berkeliling dunia membandingkan berbagai macam produk daluang di berbagai tempat Daluang atau Dluwang dalam Bahasa Indonesia yang berarti kertas Daluang sendiri merupakan istilah untuk menyebut kain kulit kayu di Jawa Daluang merupakan kertas tradisional yang awalnya dimanfaatkan sebagai bahan penulisan naskah tulisan tangan (manuskrip) Selain dimanfaatkan untuk bahan penulisan manuskrip, daluang juga dimanfaatkan dalam seni pertunjukan wayang beber.

Prof. Isamu Sakamoto telah melakukan penelitian kertas Daluang ke sejumlah negara di Asia Tenggara untuk meneliti kertas Daluang sebagai khasanah budaya nusantara, sekaligus memberikan masukan tatacara perawatan naskah kuno berbahan kertas Daluang. Pada Ngaji Naskah Jilid 2 ini Prof. Sakamoto menyampaikan materi bertajuk the urgency of disclosing a proper physical assessment in researching old papers.

Sementara Dr. Muhammad Wildan menyampaikan paparannya tentang upaya-upaya pelestarian Naskah Jawa di Yogyakarta. Dijelaskan, sebagai kekayaan akademik, kondisi era kini naskah menjadi barang tak terhingga nilainya. Ironisnya kondisi naskah semakin memburuk, naskah (asli) kurang bermanfaat bagi masyarakat luas, upaya-upaya pemerintah untuk melestarikan naskah belum optimal, sehingga dibutuhkan uluran tangan dunia akademik untuk memberikan perhatian khusus dalam hal pelestarian dan pemberdayaan naskah. Data menunjukkan, kondisi naskah Jawa: 1. Kraton Yogyakarta 272 naskah didigitalisasi (40-an naskah besar & rusak) 2. Museum Sanabudaya 838 naskah didigitalisasi (170-an lontar tidak bisa didigitalkan) 3. Pura Pakualaman 251 naskah (30% sudah digitalisasi) 4. Balai Bahasa DIY 108 naskah (sudah digitalisasi) 5. Koleksi Pribadi Prof. Chamamah, Romo Yudo. Ada yang rusak karena menuanya kertas, ada yang rusak karena tintanya luntur dan ada juga yang disebabkan oleh serangga. Bisa juga rusak karena ketidak hati-hatian pengkaji naskah.

Dijelaskan juga tentang isi naskah Jawa antara lain tentang: Al-Qur’an, Fikih (Piwulang agomo), Babad/silsilah, Bahasa & Sastra, Suluk, piwulang, Doa/Azimat (Primbon), Pawukon, penanggalan, Obat-obatan, Seni: tari, musik, pewayangan. Upaya yang telah dilakukan di kalangan akademik termasuk UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan berbagai pihak yang telah dilakukan dalam upaya melestarikan naskah antara lain: Kodikologi (menyediakan informasi & metadata naskah secara online. Digitalisasi (mendigitalkan semua naskah sejauh memungkinkan). Restorasi Konservasi Preventif, manajemen hama/serangga, manajemen lingkungan, manajemen bencana. Upaya Kodifikasil dapat melestarikan: 1. Kraton Yogyakarta 370 naskah 2. Museum Sonobudoyo 987 naskah 3. Pura Pakualaman 261 naskah 4. Balai Bahasa DIY 108 naskah 5. Perpusda DIY 4 manuscripts 6. Kraton Surakarta 340 (dari 700-an naskah) 7. Koleksi Cirebon ± 100 naskah. Restorasi: membersihkan naskah dengan kuas lembut, membersihkan rak dan almari secara rutin, menata rak & tatanan naskah, mengurangi kelembaban (dehumidifier), mengurangi cahaya langsung (tutup jendela & naskah dibox), membuatkan bantal untuk naskah, membunuh serangga à naskah di-freezing, menyambung retak-retak dengan kertas Jepang, menjilid ulang naskah yang jilidannya rusak, mencuci tangan sebelum menyentuh naskah, menggunakan pensil (bukan ballpoint), tidak makan & minum di perpustakaan, rencana emergency jika terjadi bencana. Digitalisasi: mendigitalkan naskah-naskah sebanyak mungkin, menyediakan file naskah secara online, menyediakan file master untuk kondisi emergency.

Untuk kebermanfaatan naskah secara maksimal baik untuk kepentingan pengajaran, pengembangan kebudayaan nusantara dan semakin memperkenalkan nilai-nilai nusantara pada dunia, Dr. Muhammad Wildan menyarankan beberapa hal: Sudah saatnya naskah disediakan secara lebih terbuka (offline atau online), perlunya edukasi bagi pengguna naskah, penambahan ahli-ahli restorasi naskah, perlu kebijakan para pejabat yang berwenang (MoU/PKS dan seterusnya), perlu membuat proyek-proyek prestisius untuk naskah-naskah yang bagus. (Weni)