100_20200713_PhotoGrid_1594627815354.jpg

Senin, 13 Juli 2020 15:11:27 WIB

0

Kurikulum UIN Sunan Kalijaga Harus Dapat Melahirkan Alumni dengan Multi Kompetensi

Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang saat ini aktif sebagai anggota  Asosiasi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Majelis Keilmuan Kemenristekdikti, Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah mengatakan, banyaknya konflik kepentingan, ego sektoral dalam menagemen pemerintahan di negri ini, kegagalan berbagai kementerian dalam memanage berbagai program kerja menyusul Pendemi Covid-19, hingga membuat Presiden Jokowi kecewa, itu semua merupakan ketidakberhasilan kurikulum perguruan tinggi dalam melahirkan alumni-alumni yang memiliki  multi kompetensi. Masih adanya kesan belum adanya musyawarah yang baik dalam managemen pemerintahan, hingga selalu ada saja problem problem berbangsa dan bernegara yang tidak bisa terselesaikan dengan tuntas, itu juga andil dari kegagalan kurikulum perguruan tinggi. Belum lagi semakin maraknya paham radikalisme, itu juga menjadi PR besar dalam pembaharuan kurikulum perguruan tinggi kekinian. Dan masih banyak lagi problem-problem berbangsa dan bernegara yang membutuhkan keseriusan perguruan tinggi dalam meredesain kurikulumnya hingga bisa melahirkan para alumni yang mampu mengelola bangsa dan negara ini lebih baik lagi di masa medatang.

Prof. Amin Abdullah menjelaskan, Konsep pengembangan keilmuan UIN Sunan Kalijaga dengan enam  Core Value; Integratif-interkonektif, Dedikatif-Inovatif, Inklusif- Contonuous Improvement dapat menjadi acuan terbaik yang dapat melekat pada setiap mata kuliah hingga bisa melahirkan para alumni yang memiliki multi kompetensi/keahliaan. Implementasi enam Core Value ke dalam setiap matakuliah menjanjikan penguasaan banyak softskill. enam Core-Value itu sesungguhnya mengacu pada konsep pendidikan Irfani, Burhani dan Bayani yang dikembangan sesuai dengan kebutuhan jaman.

Integratif-Interkonektif mengacu pada konsep Burhani (Hadharatul  ‘Ilm) akan membentuk kompetensi memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, aktif, kreatif, kritis, gigih, tekun, padai bekerja-sama, interpreneurship, mentalitas melimpah, integritas yang tinggi, peduli, bersemangat, tangguh, mandiri, punya daya tahan yang tinggi, amanah dan bisa menjadi teladan),  disamping pengusaan yang mendalam keilmuan di bidangnya (Scientific Tamper). Dedikatif-Inovatif mengacu pada konsep Irfani (Hadharatul Falsafah), yang akan membentuk pribadi yang bertanggung-jawab, memiliki komitmen yang tinggi, patriotik/Pancasilais. Inklusif-Continuous Improvement mengacu pada konsep Bayani (Hadharatul  Naas), akan membetuk pribadi yang memiliki spiritualitas tingkat tinggi (altruistik spirituality), morality, moderat (Islam Wassatiyah, komunikatif, memiliki keahlian bermusyawarah, toleran, berani megambil resiko. Inilah Core Value Awareness.

Hal tersebut disampaikan Prof. Amin Abdullah saat menjadi narasumber pada seminar online “Redesain Kurikulum Perguruan Tinggi” yang diselenggarakan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 6/7/2020.  Forum ini dihadiri para guru besar di lingkungan UIN Sunan Kalijaga, para pejabat rektorat dan dekanat dan anggota senat universitas dan fakultas. PLT. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Phil Sahiron dalam sambutan pembukaannya antara lain menyampaikan,  beberapa hal penting yang harus direnungkan LPM UIN Suka dalam melakukan  redesain kurikulum. Diantaranya adalah implementasi Core Value UIN Suka yang harus terus disempurnakan. Acuan kurikulum KKNI, konsep kampus merdeka dan merdeka belajar,  serta Pandemi Covid-19 yang memerlukan keseriusan tersendiiri dalam melahirkan kurikulum  menyusul era New Normal  dengan New Norm-nya. UIN Sunan Kalijaga memiliki  Pusat Studi Integrasi-Interkoneksi Keilmuan yang  diketuai  Prof. Siswanto, oleh karenanya LPM harus banyak meminta masukan dan koreksi dari Pusat Studi ini. Sementara terkait dengan pengembangan   kampus merdeka dan merdeka belajar memerlukan banyak acuan dari  konsep pemikiran  Mc-Gill, dan beberapa Universitas ternama di Amerika. Kampus- kampus di  Amerika bisa meloncat dari home based.UIN Sunan Kalijaga bisa mengacunya.  Kemerdekaan mahasiswa untuk menggeluti lintas ilmu sesuai interkoneksitas bidang yang dibutuhkan disuport.  Misal  Islamic studies, ambil fakultas  lain,  hukum, politik, ambil hermeneutika dan ambil beberapa mata kuliah di Fakultas  Filsafat. Diperlukan saat menulis skripsi, tesis dan seterusnya, pada saatnya dibutuhkan. Kalau itu bisa dilakukan, kurikulum UIN Sunan Kalijaga  dapat Melahirkan Alumni dengan Multi Kompetensi.

Melalui konsep kampus merdeka, mahasiswa diberi keleluasaan untuk mendalami lintas  keilmuan dan interpreneurship. Jangan terjebak prakmatisme sempit. Bisa loncat prodi bisa belajar praktis ke perusahaan sesuai arah minat, ada magang, penelitian, pengabdian, jangan terjebak satu pintu ilmu. Sementara itu  bagaimana mengimplementasikan  enam Core Value  ke dalam setiap mata kuliah, Dr. Sohiron telah melakukannya. Ia memberikan contoh mata kuliah Ulumul Qur’an  yang diampunya  dan telah menghasilkan buku buku terbaru dari hasil  kajian hermenetika dan pengembangan Ulumul  Qur’an  yang dipadukannya dengan teori kebahasaan dan hermeneutika Barat.  Buku-bukunya telah terbit tahun   2009. Tahun 2017 revisi.  Bab 4 memunculkan gabungan Ulumul Qur’an, dan hermeneutika Barat  yang dulu saya pelajari di Jerman).  Nanti juga terbit pendekatan makna kubangsa dengan pendekatan Filsafat Yunani. Monggo fakultas lain seperti apa implementasinya, Kata Dr. Sahiron.

Ketua LPM UIN Suka, Dr. M.  Fakhri Husain, SE., M. Si.,  menambahkan, dengan menghadirkan Prof. Amin Abdullah sebagai arsitek konsep pengembangan keilmuan UIN Sunan Kalijaga, pihaknya berharap,  implementasi Core Value ke dalam  kurikulum semua prodi bisa lebih baik lagi. Pihaknya merasa,  saat ini belum maksimal. Terutama  mata kuliah penciri universitas. Di akreditasi internasional penciri harus muncul baik pada tataran pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian masyarakat. Maka  perlu dikejar pola pola internasional. Perangkat  regulasi dan implementasinya harus siap. Kurikulum 2020 harus dikebut, berpijak pada  Regulasi. KPT 2019, 2020 masukkan akreditasi /sertifikasi internasional, KKNI, SNPT, dan kebutuhan  kampus merdeka. Terkait implementasi enam  Core Value,  target mata kuliah penciri 20 SKS (15%), dan tuntutan ragulasi 2020, masih ada kesempatan dalam serial workshop, sehingga  semua semua mata kuliah dapat teramu dengan sempurna, demikian harap Dr. Fakhri Husein.

Lebih jauh Prof. Amin Abdullah menyampaikan, selepas lengser sebagai rektor  November 2010, pihaknya banyak dilibatkan dalam diskusi-diskusi di  Kemenristekdikti. Dalam banyak diskusi itu, konsep Integrasi-Interkoneksi  dipakai sebagai refleksi spiritualitas pendidikan  dan diakusi sebagai Educational Filosofi yang telah banyak melahirkan buku-buku pengembangan pengajaran di lingkup Kemenristekdikti.  Dalam banyak perdebatan di forum rektor lingkup Kemenristekdikti, Prof. Amin Abdulah mengaku selalu menjadi penengah dan menghasilkan solusi terbaik.

Oleh karenanya pihaknya berharap, pada momentum baru era Pandemi Covid-19 ini, UIN Sunan Kalijaga bisa mengambil bagian  melalui implementasi enam Core Value sebaik mungkin untuk melahirkan konstruksi bangunan keilmuan semua Prodi yang ada di UIN Suka yang diwarnai tata nilai baru akibat Covid-19.  Jangan hanya berpijak pada kurikulum KKNI, karena kurikulum ini buat sebelum masa pandemi. Jangan mengikuti  Barat atau Timur Tengah, tapi cirikan Ke-Indonesiaan yang unik dalam 6 rumpun ilmu (agama, humaniora, sosial, alam, formal, terapan) untuk menjadi kampus yang berkelas dunia.  Satu hal yang perlu dipahami juga dalam pengembangan kurikulum adalah; tidak ada yang sakral didiskusikan dalam pengembangan pendidikan tinggi termasuk agama,   jadi harus terus  disempurnakan dalam rangka problem solving yang terus berbeda masalahnya dari masa ke masa dalam rangka mewujudkan  keadilan, keharmonisan, kelestarian alam semesta dan seterusnya. Dan juga  dalam rangka melahirkan kurikulum yang mampu melahirkan alumni-alumni dengan minimal menguasai 10 kompetensi ; digital saintifik skill, compeks problem solving, sosio-emosional intelegence, cognitif flessibility, negosiasi, kritikal tingking, kreatifity, manajemen, coordinating with others,  service orientasion, komunikatif.  Karena yang dididik itu  mahasiswa untuk  next leader Indonesia, tegas Prof. Amin Abdullah. (Weni/Nurul)