UIN Sunan Kalijaga Undang PTK Se-Indonesia Wujudkan MBKM
Rektor Dan Pejabat UIN sunan Kalijaga Bersama Peserta MBKM
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengundang Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) se-Indonesia, untuk menghadiri Forum Group Discussion (FGD) tindak lanjut Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), bertempat di Gedung Prof. R.H.A. Soenarjo, S.H., kampus UIN Suka, 9, 10/2021. Melalui FGD kali ini, UIN Suka bermaksud menyusun Program Mitra MBKM, yang telah diamanatkan dalam UU Nomor 12 Tahun 2012, dan dilandasi Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020.
Kepala Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Sunan Kalijaga, Dr. Muhammad Fakhri Husein, SE., M. Si., menyampaikan, Program Mitra MBKM yang dirancang UIN Sunan Kalijaga merupakan upaya untuk menfasilitasi kerja-sama dalam kegiatan pembelajaran di luar kampus. UIN Sunan Kalijaga di bawah organizing Committe Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Suka, akan menfasilitasi FGD, berbagai perudingan, hingga penandatangan perjanjian antar Perguruan Tinggi Mitra. Perguruan Tinggi Mitra mengisi format Prodi Unggul yang ditawarkan. Para mitra berdiskusi intensif tentang Prodi yang ditawarkan. Jika Prodi yang diminati disetujui lanjut penandatanganan surat perjanjian kerja-sama, dan realisasi kerja-sama.
Ketua pelaksana program mitra MBKM yaitu Dr. Epha Diana Supandi, S.Si., M.Sc dalam laporannya menyampaikan bahwa ada 30 perguruan tinggi mitra dengan peserta sebanyak 229 orang. Selanjutnya, tiga urutan perguruan tinggi yang mendaftar paling banyak adalah UIN Mataram = 27 orang, UIN Padang = 18 orang dan IAIN Ambon = 17 orang. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, 9 – 10 November 2021 dihadiri oleh 30 mitra Perguruan Tinggi UIN Suka hadir di forum ini, yakni: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, UIN Sultan Maulana Hasanuddin banten, UIN K.H. Achmad Siddiq Jember, UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, UIN Mataram, UIN Imam Bonjol Padang, UIN Alauddin Makasar, Institute Agama Kristen Negeri Palangka Raya, IAIN Parepare, IAIN Tulungagung, IAIN Samarinda, IAIN Pontianak, IAIN Ponorogo, IAIN Palopo, IAIN Palangka Raya, IAIN Metro Lampung, IAIN Lhokseumawe, IAIN Kediri, IAIN Curup, IAIN Kudus, IAIN Kendari, IAIN Ambon, STHD Klaten Jawa tengah, STAIYO, STAI Al Husain Magelang, Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Universitas Mataram.
Hadir pula Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Phil Al Makin, Wakil Rektor 1, Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Prof. Iswandi syahputra, Wakil rektor 2, Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Dr. Phil sahiron, Wakil rektor 3, Bidang Kemahasiswaan dan Kerja-sama, Dr. abdur Rozaki, Ketua senat Universitas, Prof. Siswanto Masruri, da segenap civitas akademika UIN Suka.
Rektor UIN Suka, Prof. Phil Al Makin memukul gong tanda dibukanya agenda ini. Dalam sambutannya sebelum membuka acara, Prof. Phil Al Makin menyampaikan, melalui forum ini UIN Sunan Kalijaga membangun kemitraan antar perguruan tinggi. UIN Sunan Kalijaga menjadi rumah untuk semua mitra, saling berdiskusi dan dialog, saling sambung , bekerja-sama dan memberi manfaat untuk mengembangan pembelajaran lintas ilmu.
Prof. Phil Al makin mengajak semua mitra Perguruan Tinggi untuk berkaca pada negara lain dalam mengembangankan pengajaran di Perguruan Tinggi. Di Jerman misalnya, ada 3 tahapan struktur pendidikan (pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi). Setelah lepas dari pendidikan dasar dan menengah yang dinamakan Grundschole, dan memasuki pendidikan tinggi, orang Jerman memiliki pilihan; Hauptscule, Relascule, Gesmtscule, dan Gymnasium. Untuk memasuki Hauptscule, Relascule, Gesmtscule dan Gymnasium, seseorang harus memalui tahapan orientasi, untuk meneliti bakat dan ke arah mana tujuan pendidikan yang sesuai kemampuan. Hauptscule, Relascule merupakan pendidikan pelatihan yang diarahkan untuk segera dapat bekerja. Bagi yang ingin memasuki universitas jalan tercepat melalui Gymnasium. Namun ada jalan lain yang panjang, yakni dengan melakukan praktek kerja sekian tahun baru melanjutkan ke universitas, sehingga akan semakin profesional. Stuktur pendididikan di Jerman terbukti unggul di tingkat dunia. Namun Indonesia sepertinya menganut stuktur pendidikan dari Amerika dan Australia. Yang ternyata masih melahirkan keilmuan yang monoton dan seragam.
Menurut Prof. Phil Al Makin tidak ada salahnya berpijak lagi pada pemikiran Socrates untuk berlayar mengarungi lintas keilmuan dengan perbanyak jangkar agar semakin banyak bidang keilmuan yang dikuasai. Malalui forum Mitra MBKM UIN Suka bertekad menjadi rumah bersama yang nyaman, mewujudkan pendidikan yang memerdekakan, bukan yang memenjarakan, mengimplementasi keberagaman, mempromosikan kearifan lokal, dan mengadaptasi yang baru yang lebih membawa manfaat, untuk bersama-sama meraih predikat unggul. Seperti yang diungkapkan Ibnu Khuldum, bahwa yang unggul dan bisa membangun imperium bukanlah yang kuat, tetapi yang siap berkolaborasi, beradaptasi dan bekerja-sama. “Oleh karena itu melalui kemintraan ini mari membuka diri seluas luasnya, merdeka belajar untuk meraih kebahagiaan,” demikian ajak Prof. Phil Al Makin.
Prof. Siswanto Masruri dalam sambutannya antara lain mengungkapkan sejarah, bahwa negara-negara bekas jajahan Balanda mengalami 3 keterpurukan; politik, ekonomi, dan pendidikan. Berbagai upaya terus dilakukan pemegang kebijakan bidang pendidikan untuk memperbaiki input dan oucome pendidikan. Perubahan narasi, kebijakan, manajemen terus dilakukan, meskipun hasilnya sampai sekarang belum seperti yang diharapkan. Maka kebijakan baru MBKM barangkali hasilnya nanti lebih tepat sebagai upaya pembaharuan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat). Pihaknya berharap melalui MBKM, Tri Dharma kedua yakni penelitian dan Tri Dharma ketiga yakni pengabdian kepada Masyarakat, tidak sekedar penelitian dan pengabdian, tetapi hasil riset bisa disatukan menjadi penelitian yang dapat menghasilkan berbagai inovasi yang dapat memberdayakan masyarakat dan mengimplementasi akhlaq mulia.
Menurut Profesor Siswanto Masruri, jika Program MBKM berhasil, ukuran untuk menjadi Guru Besar tidak lagi didasarkan pada tulisan jurnal terindeks internasional, namun dari hasil riset yang dapat mungubah pola pikir dan memberdayakan masyarakat ke arah yang lebih baik. Selain itu pengembangan keilmuan menjadi lebih kolaboratif. Kolaboratif yang menyatukan keilmuan, memperluas cakrawala dan memperkuat metodologi. Oleh karena itu Prof. Siswanto Masruri berharap para akademisi menyambut program MBKM dengan greget lahir batin, bukan semata hanya menjalankan kebijakan dari kementerian.
Wakil Rektor 1, Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga UIN Suka, Prof. Iswandi syahputra menyampaikan rancangan Program MBKM di kampus UIN Suka. Dijelaskan, MBKM selaras dengan visi UIN Sunan Kalijaga: Unggul dan Terkemuka dalam Pemaduan dan Pengembangan Keislaman dan Keilmuan bagi Peradaban. Keselarasan tersebut terletak pada subsantasi integrasi dan interkoneksi keilmuan. MBKM adalah refleksi dan aktualisasi integrasi-interkoneksi keilmuan UIN Suka. Kuncinya terletak pada kolaborasi, bukan kompetisi. Memberikan hak belajar di luar kampus pada mahasiswa (khususnya dimulai dari mahasiswa angkatan 2020/2021) pada periode akademik tahun 2022/2023. Memberikan fleksibilitas proses pembelajaran yang lebih inovatif, akseleratif, dan kolaboratif sesuai dengan kebutuhan, minat, dan passion mahasiswa. Mendisain beberapa perangkat pedoman implementasi MBKM yang menjamin mutu akademik tetap terjaga dan mengarah pada tradisi akademik baru dalam iklim kolaboratif.
Dalam pelaksanaannya, koordinasi, konsolidasi dan sosialisasi di tingkat pimpinan Universitas, kemudian meluas hingga Fakultas dan Prodi. Prinsipnya: Mau tidak mau, siap tidak siap… kita harus mau dan siap memasuki era baru MBKM. Disain regulasi dalam bentuk pedoman implementasi MBKM. Prinsipnya: Catat (susun dokumen) yang mau dilakukan, lakukan yang sudah dicatat (sesuai dengan dokumen). Menyusun perangkat dokumen regulasi (pedoman) implementasi MBKM dan universitas mengesahkan kurikulum mata kuliah MBKM yang disusun Prodi.
Mengenai SDM; Pimpinan Universitas (Rektor dan Wakil Rektor), memiliki keberpihakan pada MBKM dalam bentuk policy. Pimpinan Fakultas (Dekan), mendukung policy Pimpinan Universitas dengan melakukan koordinasi dan konsolidasi. Kabiro, Kabag, Kasubag dan tendik bagian dari supporting system. Lembaga (LPM, LP2M, Pusat, UPT dll) mendisain kebijakan yang sesuai dengan policy Pimpinan Universitas. IT ; PTIPD merancang disain sistem IT melalui beberapa aplikasi MBKM.
Sementara Program Mitra MBKM: UIN Suka mencari, menemukan dan menggaet mitra potensial MBKM. Pada prinsipnya bertumpu pada Mitra MBKM dari: Antar PT (PTKIN, PTKIS, PTS dan PTN), antar non PT (Industri, Pemerintah, NGO, Swasta, dll), Internasional (PT dan Non PT), menyusun dan penandatanganan MoU atau PKS, PKB atau PDIP. Proses berjalan, PTIPD menyiapkan aplikasi pembelajaran berbasis MBKM, demikian Papar Prof. Iswandi.
Usai seremonial pembukaan, forum mitra MBKM berlanjut dengan FGD 30 mitra perguruan tinggi yang hadir, membahas 8 bentuk hak belajar MBKM (pertukaran mahasiswa, magang/praktek kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian/riset, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, dan membangun desa/KKN tematik). (Tim Humas)