Prof. Tasman Hamami Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Islam UIN Suka

Ketua Senat UIN Sunan Kalijaga, Prof. Siswanto Masruri mengukuhkan Prof. Dr. Tasman Hamami, M.A., sebagai Guru Besar, bertempat di gedung Prof. R.H.A. Soenarjo, S.H., 24/3/2022. Prof. Tasman Hamami dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pendidikan Islam, setelah menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul “Pentingnya Memikirkan Pendidikan Islam Holistik-Integratif Berbasis Al Qur’an,” yang dihadiri oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Al Makin, dan segenap pimpinan UIN Suka, Civitas Akademika, serta para kolega. Prof. Tasman Hamami dikukuhkan berdasarkan SK. Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 061582/B.II/3/2021, Tanggal 31 Desember 2021.

Dalam orasinya Prof. Tasman Hamami antara lain menyampaikan, Pendidikan Holistik merupakan pendekatan non-reduksi yang didasarkan pada pandangan dunia yang terpusat pada manusia, ekologi, global dan spiritual. Paradigma Pendidikan Holistik mencakup seperangkat asumsi dan prinsip dasar setiap orang dalam pendidikan untuk menemukan identitas, makna, dan tujuan hidup, melalui hubungan dengan komunitas, dan dengan nilai-nilai spiritual. Sementara orientasinya pada pengembangan seluruh potensi kecerdasan (intelektual, emosional, fisik, sosial, estetika, dan spiritual.

Dijelaskan, Pendidikan Holistik memandang semua anak dilahirkan dengan bekal potensi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, sebagai satu kesatuan. Kesatuan potensi ini dapat berkembang optimal jika difasilitasi dengan Pendidikan Holistik. Pengembangan potensi anak dalam upaya membentuk kecakapan maupun perilaku meliputi sifat, pengasuhan, dan hasil. Sifat adalah potensi bawaan yang dimiliki anak, yang memerlukan aktualisasi melalui pendidikan, belajar dan pengasuhan untuk membentuk kecakapan dan perilaku tertentu.

Melengkapi pemikiran Pendidikan Holistik adalah pemikiran Pendidikan Integratif, yakni penyatuan ilmu pengetahuan dengan agama Islam. Cara mewujudkan gerakan Pendidikan Integratif adalah dengan memutus mata rantai dikotomi ilmu pengetahuan, kemudian membangun kembali ilmu yang integratif yang bersentral pada Al Qur’an dan as-Sunnah. Maka dalam bangunan pengembangan keilmuan Al Qur’an memiliki posisis sentral, merupakan sumber nilai dan etika seluruh aspek kehidupan manusia.

Pada tataran Kurikulum Pendidikan Islam sentralnya adalag Al Qur’an dan as-Sunnah, dengan metodologi Kontekstual berbasis keteladanan dan evaluasi yang autentik, dan implementasi pembelajaran yang membudayakan agama. Catatan sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan Islam yang Holitik-Integratif berbasis budaya Islam telah banyak melahirkan tokoh tokoh dunia dengan karya-karya besarnya di bidang “Sains Islam,” yang menjadi kiblat pradaban dunia dan rujukan berbagai disiplin ilmu modern, seperti matematika, astronomi, kedokteran dan sterusnya.

Menurut Prof. Tasman Hamami, melalui Metodologi Pengembangan Pendidikan Islam Holistik-Integratif, maka bidang keilmuan dapat diklasifikasikan menjadi; Ilmu Tanziliyah, yakni; ilmu-ilmu yang bersumber dari Wahyu yang diturunkan Allah SWT, baik dalam Al Qur’an maupun as-Sunnah Nabi SAW. Dan Ilmu Kauniyyah, Yakni; ilmu-ilmu yang dikembangkan melalui akal manusia. Namun keduanya menjadi satu-kesatuan yang dapat saling menguatkan dan menyempurnakan, yang berprinsip pada keyakinan Tauhid, yakni semua itu menuju kepada ketaqwaan kepada Allah SWT.

Sementara dalam pengembangan pendidikan Islam, semua unsur dasar pendidikan, baik tujuan, isi, proses, maupun evaluasinya digali dan dipahami dari Al Qur’an dan as-Sunnah, serta diperkaya dengan pengalaman dan pengetahuan yang dikembangkan dari pemikiran manusia. Untuk memahami Al Qur’an sebagai sumber pendidikan Islam, yang pertama dilakukan adalah pendalaman dan perluasan pemahaman terhadap Al Qur’an untuk menemukan makna-makna dan hikmahnya. Selanjutnya hikmah – hikmah yang telah digali dan dihimpun dari Al Qur’an dikonstruksi menjadi teori dan konsepsi Pendidikan Islam.

Tahap berikutnya adalah menyatukan khasanah teori dan konsepsi pendidikan dengan Al Qur’an dan as-Sunnah untuk mengkonfirmasi bahwa pengalaman empiris dan hasil akal pikiran manusia sesuai dengan pesan-pesan moral Al Qur’an. Dalam hal ini, Al Qur’an berfungsi sebagai filter bagi pengetahuan yang dihasilkan dari akal dan pengalaman manusia. Jadi Al Qur’an merupakan petunjuk yang sempurna, dan tidak mengalami perubahan sepanjang jaman. Tetapi penafsiran terhadap Al Qur’an selalu terbuka, sehingga Al Qur’an terus menerus akan menghasilkan makna yang luas untuk menyelesaikan problem-problem yang dihadapi umat manusia yang terus berkembang dan berubah. Tantangan bagi para ahli maupun praktisi pendidikan Islam adalah bagaimana memikirkan, menggali dan mengembangkan khasanah Pendidikan Islam bersumber utama pada Al Qur’an dan as-Sunnah untuk membangun Sistem Pendidikan Islam Holistik-Integratif, demikian papar Bapak tiga putra (dr. MahdaAdil Aufa, Akas Dayung Dunya, Ahmas Naqieb Faaz) dari istri Dra. Siti Khalimahtus Sa’diyah. (Tim Humas)