UIN Sunan Kalijaga dan Leimena Institute Menggelar Interfaith Roundtable Discussion

UIN Sunan Kalijaga bersama Leimena Institute menggelar diskusi lintas agama di Ruang Pertemuan Lantai II, gedung Prof. Saifuddin Zuhri, kampus UIN Sunan Kalijaga, 22/7/2022. Acara ini menjadi agenda rutin dari International Office/Center for Developing Cooperation and International Affairs (CDCIA) UIN Sunan Kalijaga sebagai upaya mengembangkan diskursus secara akademik mengenai esensi harmoni beragama sekaligus praktik langsung pengembangan komunikasi lintas budaya. Turut hadir Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A didampingi Wakil Rektor 2, Prof. Dr. Phil. Sahiron, Direktur Eksekutif Leimena Institute, Matius Ho, MS bersama 12 Delegasi dari American Jewish Committee (AJC), Rektor Universitas Katolik Sanata Dharma, Albertus Bagus Laksana, SJ, SS, PhD, Kepala Sekolah Tinggi Hindu Dharma (STHD) Klaten, Drs. I Nyoman Warta, M.Hum., Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS), serta jajaran pejabat Senat, Dekanat, dan beberapa organisasi dialog lintas iman.

Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Al Makin dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas tindak lanjut dari program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) dengan Leimena Institute yang dilaksanakan bulan Juni lalu. Tidak lupa juga menyambut hangat kedatangan delegasi AJC. Lebih lanjut, Prof. Al Makin mengenalkan bagaimana sejarah berdirinya kampus Islam dan peranan UIN Sunan Kalijaga sebagai pioner dialog lintas iman dan agama pada masanya yang seringkali dianggap sebagai sebuah hal yang tidak biasa dan tabu.

“Dalam pandangan umum kehidupan umat Islam selalu difokuskan kepada Islam Timur Tengah saja. Oleh karena itu menjadi tugas kami untuk menampilkan representasi Islam khas Indonesia yang hidup dalam moderasi dan toleransi,” ungkap Al Makin.

“Indonesia tersusun dari berbagai pulau yang bersatu dalam sebuah kepulauan sehingga terbentuklah kekayaan diversitas budaya yang kurang lebih sama seperti Amerika Serikat yang heterogen akibat imigrasi budaya. Sehingga permasalahan politik identitas sering sekali timbul. Oleh karena itu dengan upaya dialog lintas agama dan kebudayaan dapat menjadi ajang kolaborasi hingga penjajakan kerjasama,” imbuhnya.

Matius Ho, MS dari Leimena Institute juga menyambut baik keinginan untuk menindaklanjuti acara LKLB dengan diskusi lanjutan serta sambutan yang hangat dari UIN Sunan Kalijaga selaku tuan rumah dan partner yang mendukung agenda Leimena Institute. Matius juga mengatakan kepada AJC bahwa, mereka tidak akan sendiri dalam upaya meningkatkan kerja sama lintas kultural dan agama, UIN Sunan Kalijaga siap menjadi partner-nya juga, pungkasnya.

Dr. Ari Gordon, perwakilan dari AJC menyampaikan terima kasih atas senyuman yang hangat dan sambutan yang ramah dari seluruh tamu undangan terutama pihak UIN Sunan Kalijaga. “Ini adalah sebuah kehormatan bagi kami, Rombongan kami Komunitas Yahudi Amerika dan sekaligus Jerusalem, karena institusi pendidikan tinggi Islam ternama di negeri telah menyambut kami dengan hangat. Selain itu, juga kehormatan bagi kami dapat belajar dari cendekiawan muslim Indonesia seperti Prof Amin Abdullah, Prof. Siti Ruhaini Dzuhayatin, dan Dr. Inayah Rohmaniyah serta kesempatan untuk bisa berkolaborasi dengan organisasi seperti Leimena Institute dan sekarang UIN Sunan Kalijaga.”

Dr Ari Gordon menyampaikan tujuan terdalam dari AJC adalah mewujudkan suasana damai dan tenteram bagi Komunitas Yahudi sekaligus menjaga kerukunan dengan komunitas lainnya. Pihaknya menjelaskan, “Sepanjang dekade lalu AJC telah berupaya untuk bekerja sama untuk mewujudkan hubungan harmoni Kristen dan Yahudi, sekaranglah waktunya untuk meluaskan dialog dan kolaborasi yang sama dengan komunitas lainnya termasuk Komunitas Muslim.”

Dr Ari Gordon menambahkan bahwa pihaknya tidak mampu menyelesaikan semua permasalah termasuk politik identitas yang timbul di antara komunitas tetapi yang mampu kita lakukan adalah mengupayakan sesuatu yang kecil,yang nanti akan berdampak besar pada kemudian hari, pungkasnya.

Rabbi David Rosen selalu Direktur Urusan Luar Negeri dari AJC juga mengungkapkan senarai yang sama tentang keramahan yang ditunjukkan UIN Sunan Kalijaga. Rabbi David mengungkapkan, walaupun sangat terbatas dalam Kajian Studi Islam, ia mengutip QS Al Hujurat ayat 13 mengenai landasan keislaman untuk mengenal, berdialog, dan bekerjasama antar komunitas. Dari landasan tersebut Rabbi David menegaskan bahwa diversitas merupakan rencana Tuhan yang perlu kita hargai dan apresiasi. Maka perlunya aksi secara global untuk mengenal satu sama lain untuk mencegah miskonsepsi,stigma, dan prejudice terutama dalam konteks Indonesia dimana sering terjadi kesalahpahaman dengan komunitas Yahudi.

Dalam acara ini pihak UIN Sunan Kalijaga, Leimena Institute, AJC, serta beberapa institusi yang hadir berharap nantinya dapat menjalin penjajakan kerja sama secara konkret. Bukan hanya pada tahap teologi dan dialog lintas agama. Tetapi juga mampu meluas pada sektor lainnya. Acara ditutup dengan penyerahan Yad (semacam tongkat kecil untuk membaca Taurat) oleh David Inlander, perwakilan AJC kepada Rektor UIN Sunan Kalijaga dan penyerahan Plakat UIN Sunan Kalijaga dari Rektor kepada Dr. Ari Gordon. (IO/Firman/Ihza/Weni)