FITK UIN Suka Luluskan Doktor Kelima PAI Meneliti Serat Wedhatama
Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali meluluskan Doktor baru. Dr. Setyo Pambudi, promovendus yang berhasil mempertahankan disertasinya ini merupakan Doktor kelima yang dihasilkan oleh Program Studi PAI FITK UIN Sunan Kalijaga sejak Program Doktor PAI bergabung dengan FITK, 2017 lalu.
Disertasi yang berjudul “Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Serat Wedhatama Karya K.G.P.A.A. Mangkunegara IV Surakarta” ini diujikan 19/8/2022, di Aula Pertemuan Lantai 3 Gedung Pendidikan Profesi Guru (PPG) FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di Sambilegi. Setyo Pambudi yang berusia 31 tahun ini berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan tim penguji.
Bertindak sebagai Ketua Sidang adalah Dekan FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Sri Sumarni, M.Pd., didampingi oleh Sekretaris Sidang Dr. Zainal Arifin Ahmad, M.Ag. yang merupakan Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Perencanaan Keuangan FITK UIN Sunan Kalijaga. Promotor I Prof. Dr. Machasin, M.A. Promotor II Dr. Sedyo Santosa, S.S., M.Hum. Di samping kedua promotor yang sekaligus bertindak sebagai penguji, ada empat penguji lainnya, yaitu: Prof. Dr. Abdul Munip, M.Ag., Dr. Maharsi, M.Hum., Dr. Subiantoro, M.Ag., ketiganya dari UIN Sunan Kalijaga, dan Dr. Djarot Heru Santosa, M.Hum., dosen dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
Di hadapan tim penguji, promovendus menegaskan, setidaknya ada empat temuan penting dalam disertasi ini: pertama, Serat Wedhatama ditulis pada 1784-1807 Jawa atau 1855-1878 Masehi dalam konteks politik dan ekonomi (ketegangan politik kekuasaan serta sistem ekonomi antara Keraton Mangkunegaran dan Kolonial Belanda), konteks budaya (krisis karakter keraton Mangkunegaran, elit dan masyarakat), serta konteks pendidikan (kondisi masyarakat yang melek tulisan belum memiliki tata krama yang baku). Kedua, konsep PAI di dalam Serat Wedhatama merupakan respons terhadap kondisi saat itu di mana masyarakat semakin jauh dari Tuhan, kehilangan kepercayaan diri, kurangnya perhatian terhadap orang lain dan memudarnya ikatan politik tradisional keraton. Ketiga, pendidikan dalam Serat Wedhatama meliputi nilai PAI yang berhubungan dengan pendidikan sistemik yang meliput: tujuan, materi, metode, pendidik, peserta didik dan evaluasi. Keempat, konsep PAI dalam Serat Wedhatama dapat menjadi amalan dasar PAI di dalam Sistem Pendidikan Nasional. Pada perencanaan kurikulum materi PAI yang berbasis Serat Jawa dapat menjadi tuntunan seorang pendidik di dalam lembaga pendidikan.
Menurut putra kelahiran Klaten ini, Serat Jawa, termasuk Serat Wedhatama karya K.G.P.A.A. Mangkunegara IV yang ditulis dalam 5 Tembang (Pangkur, Sinom, Pocung, Gambuh, Kinanthi), keseluruhan tembang terdiri dari 100 Pupuh. Mengandung pemahaman tentang Tauhid yang sangat mendalam. Diimplementasikan dalam laku keutamaan hidup, berbudi pekerti dan perilaku yang luhur, berbuat baik kepada sesama hidup dan alam semesta, tidak hanya lisan tetapi perbuatan, sikap dan tingkah laku. Siapa yang dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari akan dapat meraih kemuliaan hidup di dunia, dan kebahagiaan yang sejati di dunia dan di akherat. Makna dalam setiap pupuh masih dapat diimplementasikan dalan kehidupan era kini, yang terus berubah sangat pesat. Perubahan yang sangat pesat itu hanyalah luarnya saja. Namun makna sejati hidup tetap sama, yakni meraih Ridha Allah SWT, dengan laku utama, kata Setyo Pambudi.
Dalam sambutannya, Promotor I, Prof. Dr. Machasin, M.A., menyampaikan bahwa Setyo Pambudi merupakan sosok yang gigih, ulet, dan tidak mengenal lelah dalam menyelesaikan disertasinya. Menurutnya, topik kajian disertasi yang mengeksplorasi Khazanah Sastra Jawa ini menarik, dan jika dikembangkan lebih jauh maka akan bisa memberi kontribusi yang signifikan pada dunia pendidikan. Dalam Serat Wedhatama ini terdapat banyak pelajaran yang bisa digali dan dikembangkan untuk memperkaya pendidikan Islam. Jika khazanah Jawa mau didalami secara serius, maka temuan-temuan penting yang bisa disandingkan dengan khazanah pengetahuan modern dapat disingkapkan, dan ini sangat baik bagi lembaga pendidikan seperti institusi FITK.
Dr. Setyo Pambudi, S.Pd.I., M.Pd. adalah seorang guru di SMKN 1 Pedan, Klaten, Jawa Tengah. Sadar dengan posisi promovendus sebagai guru ini, Ketua Sidang Prof. Dr. Sri Sumarni, M.Pd., mengatakan bahwa Khazanah Sastra Jawa perlu untuk diperkenalkan kepada para peserta didik. Caranya bisa ditempuh dengan berbagai cara seperti dengan mengajak siswa untuk menyanyikan tembang Jawa klasik yang akan menggugah keingintahuan mereka pada Sastra Jawa. Ini sekaligus dapat menumbuhkan rasa cinta mereka pada Budaya Jawa secara khusus dan Budaya Nusantara secara umum. (Weni/Ihza/Alfan)