Rektor UIN Sunan Kalijaga Serukan Pemilu Berkualitas dan Demokrasi Bermartabat Bersama 30 Rektor Perguruan Tinggi Yogyakarta
Rektor Al Makin mendampingi Rektor UGM dan 30 rektor perguruan tinggi Yogyakarta dalam Seruan Moral Pemilu Berkualitas
Pada tahun 2024, Indonesia memasuki babak baru demokrasi dengan penyelenggaraan pemilu serentak secara nasional. Pemilu merupakan aktualisasi nilai, perjuangan kebangsaan, dan pembentukan konsensus demokrasi yang mulia. Jika berlangsung dengan baik, Indonesia akan menjadi contoh negara besar yang mampu berdemokrasi secara dewasa.
Berangkat dari kesadaran tersebut, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Phil Al Makin, M.A., bersama dengan sedikitnya 30 rektor dan unsur pimpinan perguruan tinggi di Yogyakarta menyampaikan seruan moral tentang pemilu dan demokrasi di Balairung, Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (17/9). Seruan moral yang diberi judul Pemilu Berkualitas dan Demokrasi Bermartabat itu dibacakan oleh Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia M.Med.,Ed., Sp.OG(K)., Ph.D yang didampingi oleh seluruh rektor dan unsur pimpinan perguruan tinggi yang hadir, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Seruan Moral ini juga ditayangkan secara langsung pada akun YouTube UIN Sunan Kalijaga dan Instagram @UINSK.
Sebelum seruan moral disampaikan, para rektor memanjatkan do'a untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa, yang dipimpin oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A.
Adapun 10 poin seruan para Rektor/Pimpinan Perguruan Tinggi Yogyakarta, yaitu:
1. Mengajak semua komponen bangsa untuk menjadikan pemilu sebagai media pendidikan politik guna pembangunan moral bangsa yang lebih mengedepankan nilai kejujuran, keteladanan, dan keadaban kontestasi dalam sistem demokrasi, dan menghindari persaingan politik kotor demi kekuasaan semata;
2. Menyeru seluruh komponen bangsa untuk menjamin pemilu berjalan secara partisipatif bagi seluruh bangsa Indonesia dan tidak dimonopoli oleh segelintir elit kelompok oligarki yang mengabaikan kepentingan publik;
3. Mengajak seluruh komponen bangsa untuk menghindari politik biaya tinggi, mencegah politik uang, dan menolak nepotisme yang kian mendangkalkan makna pemilu;
4. Mengajak seluruh komponen bangsa untuk menghindari jebakan penyalahgunaan identitas dengan politisasi agama, etnis, dan ras, yang berpotensi menimbulkan konflik dan kekerasan tidak berkesudahan yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa;
5. Mendesak para elit politik, penguasa ekonomi, partai politik, dan penyelenggara pemilu untuk memberikan keteladanan, berintegritas, dan bermartabat dalam berdemokrasi sesuai konstitusi;
6. Mendorong seluruh komponen bangsa menjadi warga merdeka yang tidak mudah terpengaruh hasutan, hoaks, dan ujaran kebencian, atau berbagai upaya lain yang menciptakan perpecahan dan pembelahan sosial yang sering terjadi dan berdampak buruk pada masyarakat;
7. Menuntut partai politik untuk menjamin akuntabilitas dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta memastikan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat;
8. Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan kritis dalam penyelenggaraan bernegara dan bermasyarakat sebagai bentuk kualitas kewarganegaraan.
9. Mengajak semua komponen bangsa untuk tidak menggunakan kebebasan demokrasi secara manipulatif yang justru mencederai hak-hak orang lain atau melanggar konstitusi; dan
10. Mengajak seluruh civitas academica, masyarakat sipil, dan media massa berperan aktif untuk melakukan edukasi publik guna meningkatkan literasi demokrasi dan kebangsaan, serta mengawasi jalannya kekuasaan.
Perhatian utama para rektor yang sebagian besar merupakan guru besar dari berbagai kampus ini adalah pada agenda konstitusional bangsa yang akan dihadapi pada tahun 2024, yaitu Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu di mata para pimpinan perguruan tinggi ini merupakan aktualisasi nilai, perjuangan kebangsaan, dan pembangunan konsensus demokrasi yang mulia.
“Jika Pemilu berlangsung dengan baik dan berkualitas, maka Indonesia akan menjadi contoh negara besar yang mampu berdemokrasi secara dewasa," ujar Rektor Ova saat membacakan seruan moral di depan para rektor yang hadir.
Antara lain mengajak seluruh komponen bangsa untuk menjadikan Pemilu sebagai media pendidikan politik untuk membangun moralitas bangsa. Para rektor juga menyerukan kepada seluruh komponen bangsa untuk menjamin Pemilu berjalan secara partisipatif bagi seluruh bangsa Indonesia, dan tidak dimonopoli oleh segelintir elit kelompok oligarki yang mengabaikan kepentingan publik.
Pada konferensi pers seruan moral ini, para pimpinan perguruan tinggi di Yogyakarta mengajak seluruh komponen bangsa untuk menghindari jebakan penyalahgunaan identitas dengan politisasi agama, etnis, dan ras, yang berpotensi menimbulkan konflik dan kekerasan yang tidak berkesudahan. Merusak kerukunan dan persatuan bangsa. “Kami para rektor mendesak para elit politik, penguasa ekonomi, partai politik, dan penyelenggara Pemilu untuk memberikan keteladanan, berintegritas, dan bermartabat dalam berdemokrasi sesuai konstitusi," demikian ujar Rektor Ova.
Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si., menyampaikan, "Kegalauan itu tidak cukup, harus ditunjukkan di dalam ingatan kolektif agar kita tidak mengulang hal yang sama. Para rektor memiliki itikad agar ini tidak hanya bersifat sekadar mengingatkan, tetapi saling mengajak perguruan tinggi untuk terlibat untuk melakukan pencegahan, bagian dari literasi untuk pendidikan politik," imbuh Wakil Rektor UGM Arie Sujito.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Phil Al Makin, M.A., berharap kampus bisa mengembalikan fungsi demokrasi sebagai proses check and balance dan menjunjung tinggi moralitas kejujuran.
"Sudah banyak sekali kritik dari para ilmuwan, komentator, kritik dari para hak yang bijaksana tentang proses demokrasi yang perlu lagi dipikirkan lebih mendalam untuk kembali pada moral, integritas, dan kejujuran," tutur Rektor Al Makin.
Menambahkan, Rektor Universitas Sanata Dharma Albertus Bagus Laksana, S.J., S.S., Ph.D., mengatakan momen Pemilu sebagai perjalanan demokrasi memerlukan peran universitas. "Para rektor dan pimpinan perguruan tinggi yang mewakili lembaga pendidikan tinggi, lembaga peradaban yang penting, tergerak untuk ke sana, para mahasiswa ada di kampus dan mereka juga akan terlibat dengan seruan ini.”.
Dari kalangan perguruan tinggi negeri, selain Rektor UGM dan Rektor UIN Sunan Kalijaga, hadir pula Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rektor Universitas Pembangunan (UPN) Veteran. Dari kalangan perguruan tinggi swasta, hadir Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Rektor Universitas Sanata Dharma (USD), Rektor Universitas Widya Mataram (UWM), dan lain-lain. (Tim Humas)
Sivitas akademika yang ingin menyaksikan kembali Seruan Moral 30 Rektor/Pimpinan Perguruan Tinggi Yogyakarta bertajuk Pemilu Berkualitas dan Demokrasi Bermartabat dapat mengunjungi Kanal YouTube UIN Sunan Kalijaga.