UIN SUNAN KALIJAGA SEBAGAI KIBLAT AKADEMIK
(Wakil Dekan bidang kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga)
Sejak diresmikan sebagai Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) pada tanggal 26 September 1951 dan bertranformasi sebagai Institute Agama Islam Negeri (IAIN) pada tanggal 9 Mei 1960, kampus tertua ini senantiasa menjadi rujukan pemikiran keislaman di Indonesia.
Berbagai terobosan akademik yang di era 80an dan 90-an dikenal sebagai mazhab Sapen memantik perhatian publik sekaligus merangsang perbincangan masyarakat luas. Cara pandang kritis dan progresif yang dilakukan oleh civitas akademik dalam mengkaji keislaman tak pelak menuai kontroversi.
Namun, gelombang stigmatisasi yang disematkan oleh sebagian masyarakat tak menyurutkan ketertarikan banyak orang di berbagai daerah dan manca negara untuk belajar di kampus ini. Bahkan, dari kampus ini lahir para tokoh publik, intelektual, dan aktivis sosial yang sangat diperhitungkan di kancah nasional dan global.
Terlebih ketika IAIN Suka mengembangkan kepak sayap akademik dengan iklim yang lebih luas dan sejak tanggal 21 Juni 2004 berubah nomenklatur sebagai Universitas Islam Negeri (UIN), kampus ini semakin memperluas jangkauan keilmuan yang tak hanya berkutat pada kajian keislaman. Akan tetapi, berbagai disiplin keilmuan yang berbasis ilmu sosial dan eksakta semakin menyempurnakan impian besar untuk menjadikan kampus ini sebagai kiblat akademik di tanah air.
Dengan paradigma Integrasi dan Interkoneksi yang diperkenalkan oleh Prof. Amien Abdullah—selaku Rektor UIN Suka pertama di tahun 2004—semakin memperkuat sendi-sendi keilmuan yang berhaluan multi disiplin dan transdisiplin. Melalui paradigma ini, ada pesan profetik dan prolific yang ingin disampaikan kepada khalayak luas bahwa kemajuan ajaran keislaman harus menyandingkan antara hadlaratun nas, hadlaratul ilmi, dan hadlaratul falsafah secara komplementer.
Kepak Sayap Keilmuan
Kini, setelah melewati perjalanan panjang menancapkan tiang pancang keilmuan, UIN Suka mulai masuk fase baru yang secara usia cukup tua, namun secara selera tetap memposisikan diri sebagai kampus yang adaptif dengan perkembangan zaman. Angka 70 tahun yang bagi sebagian orang dianggap agak renta dan lamban merespons berbagai tantangan, namun bagi UIN Suka yang sejak dipimpin oleh Prof. Al Makin mencangkan sebuah tagline “UIN Suka Untuk Bangsa, UIN Suka Mendunia” angka 70 adalah langkah awal mengepakkan sayap-sayap keilmuan.
Hal ini terbukti dengan berbagai prestasi yang diukir selama kepemimpinannya baik di dalam aspek manajemen kelembagaan hingga manajemen keilmuan. Keberadaan mahasiswa yang rata-rata merepresentasikan generasi milenial dan semangat belajarnya dilapisi dengan ekosistem digital, UIN Suka selalu berusaha menyesuaikan diri dengan menghadirkan layanan akademik yang berbasis digital.
Terlebih ketika pandemi covid 19 memaksa setiap orang membatasi kerumunan dan setiap orang dituntut melaksanakan berbagai aktifitasnya secara online, UIN Suka selalu memfasilitasi pengembangan mutu keilmuan dengan pranata-pranata digital. Bahkan, di tengah pandemi yang belum jelas juntrungnya, UIN Suka menuai banyak prestasi baik yang diperoleh mahasiswa, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan.
Semua ini tak terlepas dari sebuah budaya kepemimpinan yang bersifat bottom up dan selalu mengedepankan tradisi keilmuan yang sinergis. Tak heran bila ada seorang mahasiswa di fakultas sains dan teknologi menorehkan prestasi di kancah Global, baik di bidang inovasi maupun presentasi di forum internasional. Demikian pula fakultas lain yang selama ini menjuarai berbagai event nasional dan internasional dengan disiplin dan minat yang beragam.
Di samping itu, sarana pendukung iklim akademik, seperti perpustakaan menerima penghargaan Rekor MURI sebagai perpustakaan pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Radio Frequency Identivication) dalam peminjaman dan pengembalian buku secara mandiri. Tak berhenti di situ, baru baru ini UIN Suka dikukuhkan sebagai PTKIN pertama di Indonesia yang mempunyai lembaga sertifikasi profesi yang tersertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesional. Bahkan, untuk menunjang iklim akademik yang mumpuni, UIN Suka menjalin kerjasama dengan dengan pihak di dalam maupun luar negeri.
Semoga, berbagai prestasi dan jihad akademik yang ditorehkan UIN Suka menjadi penanda kemajuan PTKIN yang menginpirasi dan memotivasi siapapun agar mampu bersaing sekaligus berkontribusi bagi bangsa dan dunia.
*