Muktamar NU: Irtikab am Yuzalu?
Oleh : Dr. Shofiyullah Mz, M.Ag.(Wakil Dekan Bidang 3, bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga).
Jelang Muktamar NU ke 34 besok 22-23 Desember 2021, di Lampung semakin banyak yang mengkhawatirkan akan berlangsung alot dan chaos karena semakin mengkristalnya kontestasi kedua calon ketum.
Meski belakangan muncul nama-nama calon alternatif yang juga tidak bisa dianggap remeh seperti Kyai As'ad Said Ali dan Kyai Marzuki Mustamar, tetap saja muktamirin dan para pengamat lebih mengkhawatirkan pada pertarungan dua calon terdahulu, Kyai Said Aqil dan Kyai (lebih populer dengan panggilan Gus) Yahya Cholil Staquf.
Kekhawatiran ini cukup beralasan berdasarkan informasi yg berkembang di lapangan juga kalkulasi politik yang coba di sodorkan. Logis dan argumentatif meski tidak jelas kebenaran dan keakuratannya. Alias masih sangat terbuka lobang-lobang untuk dipertanyakan.
Kedua calon memang sejak awal sudah declaire dan melakukan berbagai persiapan dan kerja-kerja nyata di lapangan sedang kedua nama disebut terakhir secara formal baru menyatakan kesiapannya di detik-detik akhir jelang hari H.
Walau demikian kedua nama terakhir ini sudah mengantongi tabungan investasi tidak sedikit yang sudah di tanamkan jam'iyah ini sehingga kemunculannya meski injury time tetap saja masuk dalam kalkulasi serius probablitinya.
Ssbagai warga jam'iyah yang sejak lahir sudah NU saya tetap percaya bahwa NU yang didirikan oleh para auliyaillah, kekasih Allah, sedahsyat apapun goncangan dan badai yg menerjangnya ia bagaikan kapal nabi Nuh AS yang akan mampu melewati hempasan gelombang bah yang menggunung. Ibarat kapal nabi Nuh AS, jam'iyah NU ini membawa misi keselamatam dan kedamaian bagi semesta.
Penumpangnya bukan saja manusia tapi juga hewan dan binatang mulai dari yang jinak hingga yang paling liar dan garang. Mulai dari yang lemah hingga yang punya bisa dan taring yang mematikan. Mulai dari yang melata hingga yang berlari kencang bahkan yang bisa terbang tinggi ke angkasa.
Begitulah gambaran penumpang Jamaah dari kapal besar Jam'iyah Nahdlatul Ulama ini. Semua profesi dan atribut sosial ada lengkap di dalamnya. Mulai dari yang tidak mengenal sekolah hingga pemilik sekolah. Mulai dari yang buta huruf hingga guru besar. Mulai dari gembel hingga konglomerat. Mulai dari rakyat hingga Presiden. Semua ada dalam kapal besar Jam'iyah Nahdlatul Ulama ini.
Itulah yg membuat saya tetap percaya (sekaligus berdoa) pasti akan ada jalan keluar terbaik nantinya. Saat muktamar ke 33 di Alun-Alun Jombang NU sudah dihadapkan pada kapal terbelah jadi dua tetap Allah selamatkan tetap utuh satu kapal. Para peserta muktmar adalah orang-orang yang sudah khatam ngaji kitab ushul fiqh sehingga terbiasa dengan persoalan ta'arud adillah.
Kini saatnya kita berharap para muktamirin juga piawai dalam menerapkan teori-teori taarud adillah dalam konteks alam nyata kontesfasi kepemimpinan bukan hanya pada teks nash Alquran dan Hadis.
Teori yang mana yang akan beliau-beliau terapkan apakah aljam'u wat taufiq? Tarjih? Nasikh? Atau Tasaqut adillah? Apakah ini termasuk irtikab akhaf dlararain ataukah lebih tepat adlarar yuzalu?
Wallahu a'lam bis shawab wa alaihi attuklan,
Wallahu almuwaffiq ila aqwamit thariq.