Menatap ke Muka Setelah Corona Sirna

Khutbah Idul Fitri 1443 H

Menatap keMuka Setelah Corona Sirna

Oleh: Prof. Dr. H. Syihabuddin Qalyubi, Lc. M.Ag

(Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Jamaah Ied Yang Dimuliakan Allah,

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga dianugerahkan ke sang panutan Nabi Muhammad saw.

Kita patut bersyukur kepada Allah swt atas segala nikmat yang telah dikaruniakan. Diantaranya kita sekarang secara berangsur-angsur bisa terbebas dari musibah covid-19.

Kita menengok ke belakang. Dunia selama dua tahun berduka, karena terjangkit wabah Corona. Sebagai dampaknya, musibah global pun telah menimpa jagat raya, baik di bidang kesehatan, ekonomi, sosial dan politik bahkan keagamaan. Musibah yang datang silih berganti sehingga dapat memperburuk kehidupan. Kesenangan berubah menjadi kesedihan, kesuksesan menjelma menjadi kegagalan, dan kebaikan pun bisa menimbulkan keburukan.

Covid-19 telah merenggut banyak nyawa, sehingga menjadi permasalahan dunia. Setiap negara berlomba untuk menghentikan penyebarannya. Manusia banyak yang cemas karena keterlambatan pemerintah mereka dalam memberantas virus, setelah mereka berpikir bahwa perkembangan ilmiah dan teknologi akan mengakhirinya. Negara-negara besar yang secara ekonomi dan finansial memiliki potensi luar biasa, tampak tidak mampu menghadapi makhluk yang sangat kecil itu.

Kondisi sulit ini. sangat mempengaruhi tata kehidupan sosial, banyak orang yang telah kehilangan pekerjaannya, di antara individu sosial masyarakat mengalami hambatan dalam berkomunikasi, proses belajar-mengajar mengalami banyak kendala.

Ketika musibah datang menghampiri, kerapkali membuat kita terkejut (shock), tidak nyaman, serasa terluka dan sakit menyayat hati. Berbagai musibah yang terjadi, ada yang ringan, sedang dan berat. Jenisnya juga beragam. Karena terkena Covid-19 atau penyakit lain, orang jadi kesulitan memenuhi kebutuhan sandang, pangan, hilang pekerjaan, terjadi KDRT dan bahkan kabar kematian pun datang bertubi-tubi. Untuk itu Allah mengingatkan kita dalam firman-Nya:

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian semua dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan; dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang- orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ūn.(sesungguhnya kami milik Allah dan kami semua akan kembali kepada-Nya)" (QS al-Baqarah:155- 156).

Ayat ini memberi informasi kepada kita, bahwa covid yang telah menimpa harus diterima dengan kesabaran, dan semuanya dikembalikan kepada Allah. Bahwa hidup kita milik Allah dan jika sudah dikehendaki Allah kita semua akan kembali kepada-Nya.

Allahu akbar wa lillâhil hamd

Dari sekian deretan musibah yang datang bertubi-tubi, dan saling silih berganti, ternyata Allah mengirimmkan risalaah cinta kepada hambanya. Para ilmuwan menyatakan bahwa selama masa pandemi Covid-19, sejak awal 2020 lalu membuat lapisan ozon yang selama ini menjadi ancaman untuk kesehatan manusia dan iklim, mengalami penurunan 15 persen secara global. Dalam pengertian memberikan efek positif kepada kehidupan di jagad raya ini. Sudah barangtentu para ilmuwan di bidangnya bisa menjelaskan fenomena ini

Setelah covid-19 berlalu, ternyata di samping musibah yang memilukan itu, ada beberapa hikmah yang patut kita renungkan. Antara lain:

  1. Adanya percepatan Transformasi Pendidikan. Banyak muncul aplikasi pembelajaran online. Munculnya kreativitas tanpa batas, pengajar dan peserta didik terbiasa menggunakan media pembelajaran jarak jauh, misalnya email, WAG, Google Meet, Zoom, dan google classroom, yang dalam keadaan normal sangat sulit dapat tercapai secara massif.

  2. Aturan-aturan baru sebagai respons terhadap kondisi dan situasi pandemi ini membentuk kebiasaan baru bagi masyarakat yang bersifat positif, yaitu lebih patuh pada aturan, lebih aktif menjaga kebersihan diri dan keluarga, lebih sadar dan aktif melindungi keselamatan dan kesehatan diri dan orang lain. Manusia semakin terbiasa menjaga pola hidup sehatnya, makan yang bergizi, senang berolahraga, dan rajin memeriksa kesehatannya secara teratur. Di satu sisi banyak aneka sumber kehidupan yang menghilang, tetapi di sisi lain muncul bisnis-bisnis baru yang sebelum covid kurang diperhatikan

  3. Masyarakat menjadi lebih sadar tentang makna ritual keagamaan dan kaitannya dengan kematangan spiritual dengan memandangnya sebagai proses mencari sesuatu yang lebih utama dan bermakna.

    Kita sebagai umat Islam (orang yang tunduk kepada kekuasaan Allah) harus bertawakkal dalam pengertian sadar dengan sesadar-sadarnya, bahwa dalam hidup ini, ada hukum (sistem) yang berlaku di luar kehendak manusia, sehingga dalam segala ikhtiar itu senantiasa dikembalikan kepada Allah SWT.

Jama’ah Ied Rahimakumullah

Perubahan fenomena alam yang berakibat pada perubahan sosial ini, sangatlah mudah bagi Allah. Allah Maha Kuasa untuk mengadakan yang tidak ada, dan meniadakan yang ada. Sehingga sudah selayaknya kejadian ini menjadi pembelajaran bagi kita, khususnya umat Islam untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Syekh Said Rhamadhan Al Būthi menjelaskan bahwa sikap kita terhadap Allah harus sesuai dengan perintah-Nya (taat dan beriman sepenuhnya kpd Allah). Demikian pula sikap kita terhadap sunatullah harus sesuai dengan hukum-hukum alam yang ditetapkan oleh-Nya sebagai asas keteraturan alam.

Perubahan sosial merupakan bagian dari sunatullah, kita sebagai makhluk hidup tidak bisa menghindar dari sunatullahini. Kita harus bijak dalam menghadapinya, Yaitu antara lain mengerahkan segala daya upaya untuk mempelajari sunatullahatau hukum alam ini, melalui ilmu pengetahuan atau teknologi, sehingga kita bisa menemukan rahasia di balik semuanya itu, dan bisa merespon secara positif segala perubahan yang ditimbulkannya. Jangan sampai terjadi merespon terhadap virus corona ini memunculkan virus lainnya yang lebih berbahaya, seperti dekadinsi moral dan hilangnya nilai-nilai agama dalam kehidupan sosial.

Allahu akbar wa lillâhil hamd

Lalu apa yang harus kita lakukan setelah covid-19 ini pergi? Allah swt berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (al-Ra’du: 11)

Kata kunci dari ayat ini, bahwa jika kita ingin merubah keadaan yang menimpa selama dua tahun lalu, maka kita sendiri harus mengubahnya dengan rencana atau program yang baik dan terukur, dengan memperhatikan akibat dan konsekwensi yang ditimbulkannya.

Di ayat lain Allah swt berfirman :

ﻧﺼﺐ ﻓﺮﻏﺖ ﻓذﺈا

Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) Al-Insyirah: 7

Dalam konteks sekarang ini, dapat diartikan bahwa setelah kita selesai mengatasi musibah covid-19, kita tidak bisa terlena, tetapi harus tetap bekerja keras untuk menyongsong hari esok yang lebih cemerlang. Para pendidik dan peserta didik segera melanjutkan estapeta perjuangannya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Para pengusaha dalam bidang manufactur, industri wisata dan industri lainnya segera menata kembali sehingga roda ekonomi bisa berjalan ke taraf yang lebih baik. Dengan tetap memperhatikan rambu-rambu dan berbagai peraturan yang tetap harus dipatuhi.

Semuanya itu harus tetap dalam kerangka bersyukur dan memohon bimbingan Allah swt, sebagaimana bunyi akhir ayat surah al-Insyirah

Dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap.

Mari kita menyongsong masa depan yang lebih cemerlang, sambil tetap memohon bimbingan dan keridloan-Nya. ÂmÎn

Baca juga:Idulfitri Penyembuhan Bangsa

Kolom Terpopuler