IDUL ADHA DAN KALENDER ISLAM GLOBAL
Ditulis Oleh : Prof. Dr. Susiknan Azhari, Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Founder Museum Astronomi Islam.
Perbincangan seputar kemungkinan perbedaan dalam penentuan Idul Adha 1443 telah ramai didiskusikan di Media Sosial. Ada yang menggunakan bahasa yang santun. Ada pula yang bersifat profokatif dan "truth claim". Sebenarnya prediksi akan terjadinya perbedaan Idul Adha 1443 H sudah lama disampaikan oleh Cecep Nurwendaya sebagai anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama RI pada saat sidang Isbat Awal Zulhijah 1437 H pada tanggal 29 Zulkaidah 1427/ 1 September 2016 era Lukman Hakim sebagai Menteri Agama RI periode kedua. Pada saat itu markaz perhitungan menggunakan Pelabuhan Ratu. Namun pasca Temu Kerja Hisab Rukyat di Yogyakarta 1441/2020 markaz diubah di Cibeas Pelabuhan Ratu.
Sejak dulu diskusi seputar penentuan Idul Adha ada dua pandangan yang berkembang. Kelompok pertama berpandangan bahwa "Arafah" adalah waktu maka peristiwa Arafah adalah tanggal 9 Zulhijah sesuai kalender Islam negara masing-masing. Sementara itu bagi kelompok kedua memahami "Arafah" adalah tempat maka peristiwa Arafah yang sedang terjadi di Saudi Arabia sebagai rujukan untuk menentukan hari Arafah dan Idul Adha. Bagi masyarakat muslim Indonesia mayoritas berpandangan bahwa Idul Adha tidak mengikuti Saudi Arabia. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan dalam negeri akibat perbedaan metode yang digunakan antar ormas Islam dalam penentuan awal bulan kamariah.
Setidaknya ada tiga metode yang selama ini berkembang di Indonesia, yaitu wujudul hilal, visibilitas hilal, dan rukyatul hilal. Berdasarkan data hasil hisab yang dikompilasi dalam Temu Kerja Hisab Rukyat di Yogyakarta pada tahun 1441/2020 menunjukkan bahwa data awal yang menggunakan markaz Pelabuhan Ratu hasilnya bulan Zulkaidah 1443 H digenapkan menjadi 30 hari karena tidak memenuhi kriteria MABIMS (2,3,8) sehingga sejak awal dimungkinkan terjadi perbedaan dalam pelaksanaan Idul Adha 1443. Namun dengan menggunakan markaz Cibeas Pelabuhan Ratu hasil perhitungan menunjukkan awal bulan Zulhijah 1443 jatuh pada hari Kamis 30 Juni 2022. Hasil ini sama dengan hasil hisab Muhammadiyah. Dengan demikian wukuf di Arafah jatuh pada hari Jum'at 8 Juli 2022 dan Idul Adha 1443 H jatuh pada hari Sabtu 9 Juli 2022.
Dalam perjalanannya pada sidang Isbat awal Ramadan 1443 H yang lalu, Indonesia melakukan perubahan kriteria Visibilitas Hilal MABIMS dari 2,3,8 menuju 3,6.4. Hal ini sebagai konsekuensi dari kesepakatan bersama yang ditandatangani Menteri Agama anggota MABIMS tentang perubahan kriteria. Berdasarkan kriteria baru ini (3,6.4) maka secara teori data hasil hisab awal bulan Zulhijah 1443 di atas tidak memenuhi kriteria baru. Akibatnya awal bulan Zulhijah 1443 H jatuh pada hari Jum'at 1 Juli 2022 dan Idul Adha 1443 jatuh pada hari Ahad 10 Juli 2022. Sekaligus secara teori hasil rukyatul hilal di lapangan tidak bisa diterima dalam sidang Isbat awal Zulhijah 1443 yang akan digelar pada tanggal 29 Juni 2022 dan perbedaan Idul Adha 1443 tidak bisa dihindari.
Meskipun demikian masa transisi dari kriteria 2,3,8 menuju 3,6.4 dengan merujuk pengalaman sidang Isbat Awal Ramadan dan Syawal 1443 H peran Menteri Agama RI sangat menentukan apakah kebersamaan yang akan diutamakankan atau keragaman yang menjadi pilihan. Hal ini terjadi karena kesepakatan kriteria baru MABIMS sebatas perubahan kriteria belum dilengkapi garis panduan yang menjadi acuan bersama. Masing-masing negara anggota MABIMS masih bisa menafsirkan sesuai kemaslahatan negaranya. Dengan kata lain perubahan kriteria tidak menjamin kebersamaan antar anggota MABIMS apalagi dengan Saudi Arabia.
Dalam konteks ini adalah sebuah keniscayaan menghadirkan kalender Islam global untuk mempertemukan kelompok yang berpandangan bahwa Idul Adha mengikuti negara masing-masing dan kelompok yang berpandangan Idul Adha mengikuti Saudi Arabia. Kalender Islam Global berprinsip satu hari satu tanggal untuk seluruh dunia. Tentu saja konsep ini perlu dikaji secara terbuka dengan pendekatan akademik melalui sosialisasi secara berkelanjutan. Jika konsep kalender Islam global bisa diterima oleh umat Islam maka perdebatan seputar perbedaan Idul Adha dapat diakhiri.
Dimuat :Di Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 15 Juni 2022/15 Zulkaidah 1443