MENSINERGIKAN KEBUTUHAN DASAR DAN IMPIAN GLOBAL Susiknan Azhari (Guru Besar Fakultas Syari'ah dan Hukum)
Setelah pisah sambut antara Prof. Dr. Phil. Al Makin sebagai rektor periode 2020-2024 dengan Prof. Noorhaidi sebagai rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta periode 2024-2028, pada hari Jum'at 11 Safar 1446/16 Agustus 2024 Senat UIN Sunan Kalijaga mengadakan Silaturahmi dan Ramah Tamah dengan Rektor baru Prof. Noorhaidi. Pertemuan ini dipimpin langsung oleh Ketua Senat Prof. Kamsi. Dalam sambutannya Prof. Noorhaidi menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pimpinan dan anggota senat. Menurutnya sebagai rektor ia berada pada posisi tengah yaitu menjadi jembatan Menteri Agama ke UIN Sunan Kalijaga dan menjadi jembatan civitas akademika ke Menteri Agama. Selanjutnya Prof. Noorhaidi bercerita, selesai pelantikan ia berbincang dengan Dirjen Pendis Prof. Abu Rokhmad. Pada saat itu Dirjen Pendis menyampaikan pesan Menteri Agama RI Yaqut Cholil Choumas. Pesan dimaksud, yaitu (1) Daya saing Perguruan Tinggi Keagamaan Negerii (PTKN) perlu ditingkatkan, (2) perbaikan tata kelola dan transparansi, (3) PTKN harus aktif merespons isu-isu aktual.
Untuk merealisasikan pesan Menteri Agama tersebut, Noorhaidi berencana melanjutkan program-program yang baik dari pendahulunya dan akan mengembangkan program-program baru terkait peningkatan daya saing dengan memperhatikan pendidikan pengajaran. Program studi yang ada harus sesuai dengan kebutuhan pasar dan membangun jejaring dengan perusahaan. Prodi juga harus mengembangkan keilmuan yang diperlukan generasi milenial. Begitu pula hasil-hasil riset yang dilakukan oleh kampus harus bisa digunakan oleh masyarakat luas (hilirisasi). Selanjutnya ia berencana mendirikan fakultas kedokteran sebagai destinasi utama alumni SMA. Sementara itu dalam bidang tata kelola akan mengevaluasi perjalanan dinas dan kegiatan-kegiatan bersifat fullboard dan akan mengarahkan dana tersebut untuk bantuan kegiatan riset. Selanjutnya untuk merespons isu-isu aktual akan didirikan antara lain Pusat Kajian Pengembangan Pemikiran Islam dan Pusat Kajian Strategik. Selain itu akan mendatangkan para pemikir dunia.
Selama pertemuan terjadi dialog yang produktif antara rektor dan anggota senat. Banyak masukan positif yang disampaikan anggota senat terkait perlunya satu hari untuk berdialog yang diistlahkan sebagai "Hari Kebersamaan" baik tingkat fakultas maupun universitas, perlunya Ma'had Aly, untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing, perlu memperhatikan kemampuan penelitian para dosen, dan perlu kolaborasi antara fakultas humoniora dan sains agar tidak terjadi keterasingan antara keduanya. Berbagai masukan yang disampaikan anggota senat menunjukkan keperdulian dan kecintaan yang luar biasa kepada UIN Suka. Bahkan tercatat Rapat Pleno dalam bentuk silaturahmi merupakan rapat yang dihadiri anggota senat terbanyak pada periode ini. Hal ini tentu sangat menggembirakan sebagai langkah awal yang baik.
Memperhatikan realitas di atas menunjukkan masih banyak hal yang harus dievaluasi dan dibenahi untuk mewujudkan kampus yang mendunia. Untuk itu, apa yang harus dilakukan pimpinan ke depan mengutamakan kebutuhan dasar atau impian global? Fathorrahman Ghufron dalam artikelnya yang berjudul "Tantangan Rektor Baru UIN Suka" dimuat dalam harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 24 Agustus 2024, halaman 11 menyebutkan bahwa "Untuk melakukan berbagai kebijakan out of the box tersebut, tentu Noorhaidi membutuhkan tim orkestrasi kepemimpinan yang bisa saling seirama dan mau salinh bersenyawa. Sebab, betapapun kuat komitmen dirinya untuk melejitkan UIN Suka ke berbagai ruang geliat akademik yang progresif, namun bila tidak ditopang oleh berbagai penyangga yang bernyali dan bertaji, bisa jadi setiap ikhtiar terobosannya akan layu sebelum berkembang."
Kutipan di atas mengisyaratkan sebelum melangkah lebih jauh Prof. Noorhaidi perlu membangun komunikasi dan berikhtiar memilih tim yang solid dan terbaik untuk menghadapi tantangan yang kompleks dalam rangka memajukan UIN Suka. Dengan kata lain yang diperlukan adalah "kolaborasi-profesional" alias kolaborasi substantif. Kolaborasi substantif menghadirkan model kepemimpinan kolegial bekerja secara profesional, penuh kenyamanan, dan membumikan sikap husnudhan kepada sesama. Setelah terbentuk tim yang handal, mengingat waktu yang terbatas (4 tahun), sebaiknya tahun pertama tim fokus bekerja untuk pembenahan internal dan mengurangi kegiatan-kegiatan yang meninggalkan kampus. Tim harus menyadari bahwa mereka sedang mengemban amanah, waktu dan pikirannya diperuntukkan untuk melayani civitas akademik dan untuk membawa kampus tercinta lebih baik, maju dan sejahtera. Ketersediaan sarana-prasarana proses pembelajaran harus ditingkatkan sesuai tuntutan zaman. Jika hal ini segera dilakukan maka para mahasiswa merasa nyaman dan bangga. Dampaknya mereka akan mempromosikan melalui media sosial, seperti Instagram, Tiktok, Youtube, dan Facebook. Kebanggaan yang dimiliki para mahasiswa dan promosi yang dilakukan secara tidak langsung akan membawa daya kompetisi meningkat.
Mekanisme pembelajaran dan sistem Beban Kerja Dosen (BKD) perlu dievaluasi. Banyak dosen yang menyatakan terjadi ketidakadilan dalam pembagian SKS. Sebagian dosen disinyalir mengajar lebih 30 SKS. Begitu pula para pimpinan ditemukan masih mengajar mata kuliah jumlah SKS melebihi kewajaran. Dalam konteks ini ke depan wakil rektor dan wakil dekan bidang akademik perlu memikirkan solusi yang tepat sehingga pengembangan keilmuan para dosen muda lebih terarah dan berjalan baik. Selama ini para dosen muda terbebani mengajar mata kuliah yang kurang disukai. Alasan klasik yang dimunculkan karena tidak ada dosen yang mengampu sehingga diberikan kepada para dosen muda.
Di sisi lain, sistem remunerasi juga ditemukan sebagian dosen jumlah SKR melebihi 200 %, sedangkan sebagian yang lain kurang dari 100%. Padahal kehadiran sistem remunerasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan para dosen dan tendik.secara adil dan merata. Mata air harus dibagi agar semua pihak merasa memiliki. Jangan hanya air mata yang dibagi secara merata. Untuk itu, tim remunerasi perlu berdialog dengan senat mencari solusi yang terbaik. Penataan parkir yang indah dan teratur juga perlu menjadi prioritas dan perhatian para pimpinan baru. Begitu pula keindahan dan kebersihan kampus perlu dijaga bersama. Tidak kalah penting, kehadiran para civitas akademik ketika pelaksanaan dies natalis perlu perhatian bersama. Selama ini yang hadir kurang dari 50%. Realitas ini tentu kurang menggembirakan. Dies Natalis adalah hari kebersamaan tahunan. Hari bahagia bersama mensyukuri apa yang telah diperoleh bersama. Agendanya perlu memperhatikan kepentingan bersama. Apabila memungkinkan para duta besar negara sahabat terutama yang ada warganya kuliah di UIN Sunan Kalijaga diundang untuk menghadiri dies natalis sebagai jalan untuk membangun jejaring internasional.
Peningkatan dana penelitian juga perlu memperoleh perhatian pimpinan baru. Saat ini dana abadi penelitian terkumpul Rp 12,9 triliun. Dana Abadi Penelitian ini dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Nilai manfaat dana abadi penelitian yang bisa digunakan per tahunnya sebesar Rp 1 triliun dan belum bisa terserap semuanya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Ketua BRIN Tri Handoko (Jawa Pos, 24 Agustus 2024, p. 8). Peluang semacam ini perlu ditindaklanjuti agar UIN Sunan Kalijaga menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan dengan Menteri Agama RI. Jika dimungkinkan memanfaatkan dana abadi penelitian maka semua PTKN akan memperoleh bagian. Hal ini secara tidak langsung UIN Sunan Kalijaga mengajak maju bersama dan tidak mementingkan diri sendiri. Pengabdian Kepada Masyarakat juga perlu ditingkatkan. Era digital civitas akademik UIN Sunan Kalijaga perlu terlibat aktif dengan karya-karya yang menarik bagi generasi milenial. Para dosen yang memiliki kewajiban pengabdian sebagai salah satu unsur Tri Dharma Perguruan Tinggi diberi kesempatan melakukan "dakwah Islam rahmatan lil 'Alamin" di berbagai kampung dan masjid di dalam negeri maupun luar negeri. Kuliah Kerja Nyata di luar negeri perlu merambah kawasan Timur Tengah, terutama Arab Saudi. Jumlah tenaga migran Indonesia di Arab Saudi sangat banyak. Berbagai kasus di wilayah ini bermunculan dan memerlukan solusi. Oleh karena itu kehadiran mahasiswa UIN Sunan Kalijaga sangat diperlukan dalam memahami fenomena pekerja migran di Arab Saudi. Program ini perlu dibuat seefektif mungkin dan sebelum pulang peserta KKN diberi kesempatan melaksanakan ibadah umrah.
Wa Allahu A'lam bi as-Sawab.