69 Tahun UIN Sunan Kalijaga, Perubahan yang Transformatif

Oleh: Prof Syihabuddin Qalyubi (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Tulisan ini dimuat di Republika Online.

UIN Sunan Kalijaga mempunyai sejarah panjang dengan proses yang sangat panjang pula. Demikian itu, sebagaimana ditulis Amin Abdullah dalam Transformasi IAIN Sunan Kalijaga menjadi UIN Sunan Kalijaga. Perencanaan pendirian perguruan tinggi ini sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan RI.

Sejak 1930-an gagasan mendirikan lembaga pendidikan tinggi Islam ini semakin santer diperbincangkan. Pada tahun 1938 Dr Satifman Wirjosandjojo melalui majalah Pedoman Masjarakat menggulirkan ide pendirian Sekolah Tinggi Islam (Pesantren Luhur) untuk mempersiapkan para dai yang punya wawasan yang luas.

Pada Juli 1938 M.Natsir menulis artikel di Panji Islam dengan judul “Menuju koordinasi Perguruan-Perguruan Islam. Dalam artikel itu ia mengungkapkan perlunya koordinasi visi, misi dan wawasan antara perguruan-perguruan Islam yang akan didirikan. Sampai dengan akhir penjajahan Belanda pendirian pendidikan tinggi Islam belum terrealisir.

Pada 29 Januari 1943 para tokoh MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia) mengadakan pertemuan dan menyepakati tiga program: 1. Membangun Masjid Agung sebagai simbol bagi umat Islam Indonesia. 2. Mendirikan sebuah unversitas Islam. 3. Membangun kantor pembendaharaan Islam pusat. Tuntutan MIAI untuk mendirikan pendidkan tinggi Islam tidak mendapat persetujuan pemerintahan Jepang, justeru pada 24 Oktober 1943 organisasi ini dibubarkan yang kemudian digantikan dengan Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia).

Permusywaratan tokoh-tokoh Islam yang disponsori Masyumi berhasil membentuk Panitia Perencana STI di bawah pimpinan Moh Hatta dan M Natsir. Akhirnya pada 8 Juli 1945 bertepatan dengan Peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW (27 Rajab 1364) STI secara resmi dinyatakan dibuka. Dan empat puluh hari setelah itu terjadilah peristiwa sangat penting, yaitu Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

Pada 10 Maret 1948 M bertepatan dengan 27 Rajab 1367 H di Ndalem Kepatihan Yogyakarta diresmikan pendirian UII (Universitas Islam Indonesia) sebagai transformasi dari STI dengan memilki empat fakultas: Fakultas Agama, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Pendidikan. Perubahan ini antara lain dilatarbelakangi berdirinya perguruan tinggi swasta pada Maret 1948 yang kemudian berubah menjadi UGM (Universitas Gadjah Mada).

Pada 22 Januari 1950 di Solo berdiri PTII (Perguruan Tinggi Islam Indonesia) yang dipelopori oleh Moh. Adnan, Imam Ghazali dan Tirtodiningrat, dan pada 20 Pebruari 1951 perguruan tinggi ini bergabung dengan UII, sehingga waktu itu perguruan tinggi ini ada di dua kota, Yogyakarta dan Solo.

Pemerintah RI menetapkan Yogyakarta sebagai kota Universitas, hal ini merupakan penghargaan kepada Yogyakarta sebagai Ibukota Negara kedua dan kota Revolusi. Yakni dengan berdirinya UGM yang dikelola kelompok nasionalis yang kemudian diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 37 Tahun 1950, selanjutnya berada di bawah Kementrian PP&K (Pendidikan,Pengajaran, dan Kebudayaan).

Satu nya lagi UII (Universitas Islam Indonesia) yang dikelola kelompok Islam, dengan menegrikan Fakultas Agamanya menjadi PTAIN (Perguruan Tinggi Islam Negeri) dengan Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 1950 14 Agustus 1950, berada di bawah pengelolaan Kementrian Agama, kemudian diresmikan pada 26 September 1951 dan dihadiri oleh Menteri Agama RI A Wahid Hasyim.

Pada tahapan berikutnya terjadi perundingan antara Menteri PP&K dan Menteri Agama yang membuahkan persetujuan Kementrian Agama diperbolehkan mendirikan perguruan tinggi negeri asalkan bukan berbentuk Universitas. Lalu dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 9 Mei 1960 tentang Pembentukan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Al-Jamiah al_islamiyah al-Hukumiyah dengan melebur PTAIN dan ADIA (yang didirikan dengan Penetapan Menteri Agama Nomor 1/1957).

Pada masa awalnya IAIN Yogyakarta hanya membuka fakultas Ushuluddin dan Syariah, sedangkan IAIN Jakarta membuka fakultas Tarbiyah dan Adab. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 26 Tahun 1965 IAIN Yogyakarta diberi nama Sunan Kalijaga, nama salah seorang Wali Songo. Pada tahun 1973 ada 14 IAIN di seluruh Indonesia.

Transformasi IAIN menjadi UIN

Pada 1997 beberapa fakultas cabang yang tersebar di beberapa Kota/Kabupaten berubah menjadi STAIN, dan pada tahun 2002 IAIN Syarif Hidayatullah berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah, pada tahun 2004 IAIN Sunan Kalijaga dan STAIN Malang berubah menjadi UIN Sunan Kalijga dan UIN Malang, disusul beberapa STAIN berubah menjadi IAIN.

Transformasi IAIN Sunan Kalijaga menjadi UIN Sunan Kalijaga memiliki implikasi akademik dan kelembagaan. Dalam aspek akademik UIN Sunan Kalijaga mendapat ijin penyelenggaraan program studi “umum” di luar ilmu-ilmu keislaman. Dalam aspek kelembagaan berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 390 Tahun 2004 UIN Sunan Kalijaga memiliki 7 (tujuh) fakultas: Fakultas Adab, Fakultas Dakwah, Fakultas Syariah, Fakultas Tarbiyah, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Sains daan Teknologi, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora.

Sejak transformasi ini UIN mengalami perkembangan yang sangat cepat.Sesuai dengan laporan pertanggungan jawab rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, periode 2016-2020 UIN Sunan Kalijaga telah memiliki capaian kinerja antara lain sebagai berikut:

1. Berhasil mempertahanlan peringkat “A” Akreitasi Perguruan Tinggi (APT) dengan skor 372.

2. Hingga 30 Juni memiliki 60 (enam puluh) Prodi dan 6 Prodi diantaranya memperoleh sertifikasi AUN.

3.Dalam rangka World Class University dalam bidang Islamic Studies, UIN Sunan Kalija menyelenggarakan Postdoctoral Research Program yang diikuti dosen dan peneliti dari UIN Sunan Kalijaga dan PTKIN lainnya

4. Menyelenggarakan International Writing contest, yang artikelnya diterbitkan di International of Islamic Civilization.

5. Menjadi kantor Sekretariat Asian Islamic Universities Association (AIUA), bahkan Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof.Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D. didaulat menjadi presidennya.

6. UIN Sunan Kalijaga menjadi PTKIN percontohan yang menerapkan arsip dinamis berbasis barkot.

7. UIN Sunan Kalijaga memperoleh penghargaan Bahasa dan Sastra Tama Prayojana 2018

8. UIN Sunan Kalijaga menjdi PTKIN yang menyelenggarakan pendidikan inklusi.

9. Peningkatan jumlah MoU kerjasama dengan 44 institusi baik pemerintah maupun swasta

Dalam rangka mensyukuri kelahiran ke-69 tahun, semoga UIN Sunan Kalijaga tetap berjaya dan bisa mengabdi untuk bangsa sesuai dengan mottonya: UIN Sunan Kalijaga untuk Bangsa dan UIN Suanan Kalijaga Mendunia.

Sumber:

  • Prof Dr H M Amin Abdullah: Transformasi IAIN Suan Kalijaga Menjadi UIN Sunan Kalijaga
  • Laporan pertanggungan jawab rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, periode 2016-2020

Kolom Terpopuler