WhatsApp Image 2025-04-08 at 11.11.38.jpeg

Selasa, 08 April 2025 11:42:00 WIB

0

Syawalan dan Cahaya Keteladanan: Mutiara Hikmah dari Prof. Muhammad Amin Abdullah di UIN Sunan Kalijaga

Dalam suasana hangat nan penuh makna di penghujung minggu pertama pada bulan Syawal, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Hikmah Syawalan pada Selasa (8/4/2025) di loby Gedung Prof. KH. Saifuddin Zuhri PAU, Lantai I dengan suasana yang berbeda tak seperti tahun-tahun sebelumnya. Tak sekadar ajang silaturahmi, acara ini menjelma menjadi ruang kontemplatif bagi sivitas akademika untuk merefleksikan nilai-nilai ketakwaan, kepemimpinan, dan visi kemanusiaan.

Tampil sebagai narasumber utama, Prof. Dr. H. Muhammad Amin Abdullah Rektor Tahun 2001 sd 2010 dan salah satu pemikir terkemuka dalam dunia keislaman Indonesia—menyuguhkan untaian hikmah yang tidak hanya menyentuh spiritualitas, namun juga menyentuh jantung kepemimpinan dan tanggung jawab sosial.

“Puasa di bulan Ramadan bukan sekadar ritual menahan lapar dan dahaga, melainkan sekolah spiritual untuk membentuk manusia bertakwa,” ujar Prof. Amin mengawali tausiyahnya. Dalam konteks itu, ia mengajak seluruh pimpinan, dosen, dan staf untuk menjadikan bulan Syawal sebagai momentum melahirkan karakter-karakter unggul sebagaimana yang digambarkan dalam Surat Ali Imran ayat 134.

"Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Ayat tersebut, menurut Prof. Amin, memuat fondasi etika sosial yang sangat kuat bagi siapa saja yang memikul tanggung jawab publik: kemurahan hati dalam segala kondisi, kedewasaan dalam mengelola emosi, dan kelapangan jiwa dalam memaafkan.

Ia mengurai lebih jauh bahwa “الْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ” atau kemampuan menahan amarah adalah bentuk pengendalian diri yang tinggi, sebuah karakter penting dalam organisasi yang plural. Sedangkan “الْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ” atau memaafkan kesalahan orang lain adalah bentuk kearifan yang lahir dari kekuatan hati, bukan kelemahan.

Tak hanya berhenti pada nilai-nilai spiritual, Prof. Amin juga berbagi pelajaran berharga dari dinamika kepemimpinan lintas periode di kampus UIN Sunan Kalijaga. Salah satu hikmah yang ia tekankan adalah pentingnya risk awareness dalam manajemen kelembagaan.

“Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu mencium risiko dari jauh, bahkan ketika risiko itu masih berupa bayangan,” tegasnya. Ia menambahkan, bahwa kemampuan melihat masa depan dari horizon yang lebih luas—looking future from future—adalah kebutuhan mendasar bagi setiap pemimpin di era yang cepat berubah.

Dengan semangat itu, ia menyinggung kembali sejarah pembangunan ruang Lobby tempat berlangsungnya acara. Dulu, tempat ini hanyalah ruangan-ruangan kecil penuh sekat. Namun jauh sebelum dibutuhkan, ia telah mengusulkan pembongkaran sekat-sekat tersebut untuk menciptakan ruang luas yang fungsional—dan kini, bertahun-tahun kemudian, barulah ruang itu menemukan manfaatnya.


“Hari ini kita duduk bersama di ruang yang dulu dipersiapkan dengan imajinasi masa depan. Itulah kepemimpinan yang berpikir jauh melampaui hari ini,” pungkas Prof. Amin, disambut haru dan tepuk tangan hadirin.

Dalam semangat syawalan yang penuh kehangatan, acara ini tidak hanya menjadi perayaan silaturahmi, tetapi juga ruang perenungan akan pentingnya membangun karakter, memelihara ketulusan, dan menanamkan visi kepemimpinan yang bijak dan antisipatif.

Pesan yang sangat mendalam kepada semuanya terutama pimpinan dan dosen “haram hukumnya pimpinan marah” demikian juga dosen marah terhadap mahasiswa maupun siapa saja. Hal ini penting bagi keberlangsungan menciptakan suasana yang rahmah saling menyayangi dan mengasihi.

Syawalan di UIN Sunan Kalijaga kali ini bukan hanya tentang saling memaafkan, tetapi juga tentang saling menguatkan—agar kampus ini terus menjadi rumah ilmu, ruang damai, dan cahaya peradaban bagi generasi yang akan datang. (humassk)