WhatsApp Image 2025-10-21 at 14.56.18.jpeg

Selasa, 21 Oktober 2025 15:26:00 WIB

0

Satu Tahun Mengawal Asta Cita: Kemenag Hadirkan Agama yang Membumi dan Menggerakkan Perubahan

Setahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka menjadi momentum bagi Kementerian Agama (Kemenag) untuk memperkuat peran keagamaan dalam pembangunan bangsa. Di bawah kepemimpinan Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar, Kemenag bergerak menerjemahkan Asta Cita ke dalam langkah-langkah konkret. meliputi menjaga kerukunan sebagai fondasi pembangunan, memperkuat pendidikan keagamaan, dan meningkatkan kesejahteraan.

“Asta Cita bukan sekadar agenda politik, melainkan arah moral bangsa. Di Kementerian Agama, kami berupaya agar nilai-nilai agama tidak berhenti di mimbar, tetapi hidup dalam kebijakan yang memuliakan manusia,” ujar Menag Nasaruddin Umar dalam refleksi satu tahun perjalanan Kemenag mengawal Asta Cita, di Jakarta, Selasa (21/10/2025).

Menjaga dan merawat kerukunan menjadi pilar utama Kemenag dalam mengawal Asta Cita, khususnya cita ke-8 yang menekankan pentingnya harmoni sosial dan kehidupan beragama yang damai. Bagi Kemenag, kerukunan bukan hanya soal toleransi, tetapi juga prasyarat utama pembangunan.

Dalam setahun terakhir, Kemenag meluncurkan Si-Rukun (Early Warning System), sistem digital yang mampu mendeteksi potensi konflik keagamaan sejak dini. Melalui aplikasi ini, penyuluh agama di berbagai daerah dapat memetakan zona merah, kuning, dan hijau berdasarkan kerentanan sosial-keagamaan.

Sebanyak 500 penyuluh KUA telah dilatih sebagai aktor resolusi konflik, sementara 300 penyuluh lain terlibat dalam pemetaan masalah sosial-keagamaan. Di sisi lain, 600 penceramah dibekali literasi digital dan pendekatan dakwah moderat, serta 200 dai muda dibina agar mampu berdakwah dengan wawasan kontekstual dan semangat kemandirian.

Kemenag juga menginisiasi Akademi Kepemimpinan Mahasiswa Nasional (Akminas) yang telah melahirkan 1.192 kader lintas agama berjiwa plural dan damai. Bahkan, Kemenag merekonstruksi 25 pesantren eks-Jamaah Islamiyah dengan total 5.077 santri sebagai bagian dari program deradikalisasi berbasis pendidikan. “Indonesia hanya bisa maju bila umatnya hidup dalam kedamaian dan saling menghormati,” tegas Menag.

Hasilnya, survei Poltracking Indonesia menunjukkan, keberhasilan tertinggi pemerintahan Prabowo–Gibran ada pada penjagaan kerukunan antarumat beragama dengan tingkat kepuasan publik mencapai 86,7%, disusul peningkatan kehidupan keagamaan (80,2%) dan persatuan bangsa (77,1%).

Dalam semangat Asta Cita yang menekankan pemerataan kesejahteraan, Kemenag turut menyukseskan dua program nasional: Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG). Hingga kini, lebih dari 1,7 juta siswa madrasah dan pesantren telah merasakan manfaat MBG, sementara 12,5 juta pelajar lintas agama memperoleh layanan CKG.

Kemenag juga memperkuat ekonomi umat melalui program Masjid Berdaya dan Berdampak (MADADA), yang menyalurkan qardul hasan (pinjaman tanpa bunga) kepada 4.450 pelaku UMKM. Sebanyak 1.350 takmir masjid turut mendapatkan bimbingan pengelolaan ekonomi berbasis masjid.

Di bidang keluarga, 17.266 pasangan mengikuti program bimbingan pranikah dan keluarga harmonis lintas agama. “Inilah dakwah sosial yang sesungguhnya. Agama harus hadir dalam kehidupan sehari-hari, dari menjaga keluarga, menyehatkan masyarakat, hingga menumbuhkan ekonomi umat,” ujar Menag.

Selain itu, Peningkatan kesejahteraan guru menjadi prioritas besar. Untuk pertama kalinya, tunjangan profesi guru non-PNS dinaikkan dari Rp1,5 juta menjadi Rp2 juta per bulan. Tahun ini, 206.325 guru mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG)  meningkat 700% dibanding tahun sebelumnya, sementara lebih dari 5.000 dosen Perguruan Tinggi Keagamaan juga menjalani PPG. “Guru dan dosen adalah ruh pendidikan. Ketika mereka sejahtera, pendidikan agama akan bermartabat dan bangsa akan berkarakter,” ucap Menag.

Kemenag juga memperluas akses pendidikan tinggi dengan memberikan 156.581 Beasiswa KIP Kuliah, 6.453 Beasiswa Indonesia Bangkit, dan 2.270 Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Beasiswa juga menjangkau 329 mahasiswa Orang Asli Papua (OAP) dan 153 penerima beasiswa zakat di berbagai kampus negeri dan swasta. Selain itu, lebih dari Rp9 triliun disalurkan melalui Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) Raudlatul Athfal dan BOS Madrasah untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Kemenag juga mencatat tonggak sejarah baru dengan berdirinya Sekolah Tinggi Agama Khonghucu Indonesia Negeri (SETIAKIN) di Bangka Belitung — lembaga pendidikan tinggi Khonghucu negeri pertama di Indonesia, yang menegaskan kehadiran negara bagi seluruh umat beragama.

Dalam mendukung Asta Cita poin kedua tentang kemandirian ekonomi hijau, Kemenag mendorong pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat dan wakaf produktif. Hingga Oktober 2025, telah terbentuk 37 Kampung Zakat, 29 inkubasi wakaf produktif, dan 10 Kota Wakaf di berbagai provinsi. Lebih dari 105.000 sertifikat tanah wakaf telah diterbitkan, serta 40 hektare Hutan Wakaf digulirkan sebagai wujud integrasi antara ekonomi umat dan ekoteologi.

Untuk memperkuat tata kelola dana keagamaan, Kemenag tengah mempersiapkan pembentukan Lembaga Pengelola Dana Umat (LPDU), yang akan mengelola zakat, wakaf, dan sedekah secara profesional dan transparan.

Gerakan ekoteologi juga diperkuat dengan penanaman lebih dari satu juta pohon, pembangunan 13 KUA berbasis green building, serta penerbitan buku “Tafsir Ayat-Ayat Ekologi” sebagai pedoman dakwah hijau lintas agama.

Menutup refleksinya, Nasaruddin Umar menegaskan bahwa keberhasilan Kemenag bukan semata diukur dari jumlah program, melainkan dari sejauh mana nilai-nilai agama hidup dan menyejahterakan umat.

“Agama tidak boleh berhenti di mimbar. Agama harus mewujud dalam kebijakan publik yang mendidik, memuliakan, dan menyejahterakan manusia. Inilah semangat Asta Cita yang kami kawal dengan sepenuh hati,” pungkasnya.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada jajaran Kemenag, media, dan masyarakat yang terus mengawal perjalanan kementerian dengan semangat kritis namun konstruktif. “Kritik dan dukungan publik adalah bagian dari ibadah kami dalam melayani umat,” ujarnya menutup refleksi.

Dalam pandangan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Noorhaidi Hasan, capaian Kemenag dalam mengawal Asta Cita selama satu tahun terakhir menunjukkan kematangan visi dan arah transformasi kebijakan yang mendasar. Menurutnya, Kemenag di bawah kepemimpinan Menteri Nasaruddin Umar berhasil menggeser orientasi kehidupan beragama dari ruang seremonial menuju praksis sosial yang menyejukkan. “Kemenag mampu menjadikan nilai-nilai agama sebagai pandu kebijakan publik yang menghadirkan harmoni, memperkuat pendidikan, dan menumbuhkan keadaban sosial. Ini adalah wujud konkret dari agama yang benar-benar hidup di tengah masyarakat,” ujarnya.

Lebih jauh, Prof. Noorhaidi menegaskan bahwa arah tersebut sejalan dengan semangat UIN Sunan Kalijaga dalam mengembangkan ilmu keislaman yang transformatif yang terintegrasi dengan ilmu semesta dan berpihak pada kemanusiaan. Ia menyebut, perguruan tinggi keagamaan memiliki tanggung jawab moral untuk terus menghidupkan nilai-nilai agama dalam riset, inovasi sosial, dan pengabdian masyarakat yang berdampak. “Kami di kampus turut mengawal spirit Asta Cita dengan cara menggerakkan ilmu yang membebaskan dan membangun empati sosial. Sebab, kemajuan bangsa berawal dari kehidupan beragama yang damai, inklusif, dan berorientasi pada kemaslahatan bersama,” tutupnya. (humassk)