IMG_3450.JPG

Senin, 08 September 2025 14:49:00 WIB

0

Pasca Sarjana Harus Jadi Lokomotif, Bukan Penumpang

Yogyakarta, Senin (8/9/2025) — Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar sosialisasi pembelajaran program magister dan doktoral di Gedung Pascasarjana.

Direktur Pascasarjana, Prof. Moch. Nur Ichwan, dalam sambutannya menegaskan bahwa program magister dan doktoral di UIN Sunan Kalijaga tidak hanya menekankan penguasaan teori, tetapi juga mendorong mahasiswa untuk menghasilkan riset yang bermanfaat bagi masyarakat. “Kampus ini berkomitmen melahirkan ilmuwan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga mampu merespons tantangan global,” ungkapnya.


Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Noorhaidi Hasan, menegaskan bahwa Program Pascasarjana tidak boleh kehilangan peran strategisnya sebagai motor penggerak ilmu pengetahuan di lingkungan PTKIN. “Jangan sampai kejayaan Pasca berakhir — itu dosa sejarah,” tegasnya.

Transformasi Sistem: Mahasiswa Jadi Asisten Peneliti

Dalam pidatonya, Prof. Noorhaidi mengingatkan bahwa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, yang berdiri sejak 1983 sebagai institusi tertua di PTKIN, harus kembali menjadi lokomotif, bukan sekadar gerbong. Ia menolak pola pendidikan “sambilan” dan menekankan bahwa studi doktoral harus dijalani secara penuh waktu. “Kalau perlu tidur hanya dua sampai tiga jam sehari. Energi akademik kita harus seperti santri yang menaruh kitab di kepala agar tidak mengantuk,” ujarnya.

Mulai tahun akademik 2025/2026, mahasiswa program doktor diwajibkan masuk dalam kluster riset tematik yang dipimpin profesor sebagai principal investigator. Model ini mengadopsi sistem PhD di Belanda dan universitas top Eropa.

“Mereka bukan lagi mahasiswa, melainkan asisten peneliti. Seleksi masuk ditentukan dari kesesuaian proposal dengan proyek profesor,” jelas Noorhaidi. Enam kluster riset prioritas sudah disiapkan, yaitu Digital Islam, Green Islam, Manajemen Keragaman Keagamaan, Kurikulum Cinta dan Pendidikan Inklusif, Halal Studies, serta Kajian Teks Klasik.


Fokus Akademik, Hapus Vokasional

Rektor menegaskan, mulai 2025 program magister dan doktor Pascasarjana tidak lagi mengandung unsur vokasional. “Di fakultas boleh separuh vokasional. Tapi di Pasca? Tidak. Ini murni akademik — melatih cendekiawan untuk bersaing dalam peta perdebatan teoritis global,” tegasnya.

Ia juga membuka peluang kerja sama dengan penerbit nasional untuk menerbitkan tesis dan disertasi terbaik, agar hasil riset tidak berhenti di ruang kelas, melainkan ikut membentuk percakapan akademik nasional.

Alarm Bahasa Asing dan Kritik Sistemik

Rektor menyuarakan keprihatinan keras atas lemahnya kemampuan bahasa asing mahasiswa, yang ia sebut sebagai akibat dari kegagalan sistem pendidikan sejak dini. Ia menilai, kondisi ini bukan sekadar persoalan teknis, melainkan alarm serius bagi daya saing akademik Indonesia di kancah global. “Bagaimana mungkin generasi Z tak mampu berbahasa Inggris dengan baik? Padahal tanpa itu, kita akan tersisih dari percaturan ilmu pengetahuan internasional,” tekan Noorhaidi.

Menurutnya, standar tinggi tetap bisa dicapai bila ada kesungguhan, dan hal itu harus ditanamkan sejak awal agar mahasiswa Pascasarjana siap bersaing di forum akademik dunia.

Dimensi Makro dan Ancaman Sosial

Pidato juga menyinggung tantangan ekonomi dan sosial global. Noorhaidi mengutip riset yang menyebut stabilitas negara baru tercapai jika pendapatan per kapita mencapai 6.000 dolar AS, sementara Indonesia masih di bawah 5.000 dolar AS. “Semakin maju teknologi, semakin rentan keretakan sosial. Dalam situasi ini, agama harus hadir sebagai solusi, bukan sumber konflik,” tandasnya.

Di akhir pidatonya, Noorhaidi menegaskan bahwa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga memiliki warisan intelektual besar, yang selama ini telah melahirkan banyak pimpinan PTKIN di Indonesia. “Empowering Knowledge, Shaping the Future. Kita tidak boleh jadi penonton, apalagi pecundang dari perubahan global,” tegasnya.

Ia berharap Pascasarjana melahirkan ilmuwan sejati yang pulang ke lembaganya sebagai agen perubahan, bukan sekadar membawa gelar akademik. (humassk)