Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Noorhaidi Hasan, menegaskan bahwa teater bukan sekadar tontonan, melainkan penanda kemajuan peradaban. “Tidak ada peradaban besar tanpa kehadiran teater yang signifikan,” ujarnya saat menjadi narasumber dalam rangkaian Hajatan ke-45 Teater ESKA bertema “Menoreka Spirit Profetik” di Gelanggang Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Rabu (15/10/2025).
Prof. Noorhaidi mengungkapkan, sejarah menunjukkan bahwa masyarakat yang mampu bertahan dan berpengaruh secara global selalu memberi ruang bagi ekspresi seni. “Impian orang datang ke Roma adalah mengunjungi Koloseum, panggung raksasa pertunjukan teater yang berdiri sejak awal masehi. Bangsa Romawi yang pernah menggenggam dunia membangun peradaban bukan hanya dengan militer dan ekonomi, tetapi juga dengan estetika dan imajinasi,” tegasnya.
Hal serupa, katanya, juga berlaku dalam tradisi Islam. Dunia kesenian, termasuk teater, telah lama menjadi medium ekspresi spiritual, moral, dan sosial. “Seni itu universal. Saat suara dibungkam, ekspresi menemukan jalan lain, salah satunya melalui panggung teater,” ucapnya.
Namun, Figur yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Pascasarjana ini, mengingatkan bahwa tantangan utama teater masa kini bukan lagi pada ruang atau sumber daya, melainkan pada perhatian generasi instan. “Zaman berubah, aktor dan audiens pun berubah. Maka bahasa teater harus ikut berubah. Naskah baru, medium baru, bisa dalam bentuk film pendek di media sosial. Teater harus bersanding dengan sentuhan digital agar tak tergilas zaman,” ujarnya.
Ia mendorong Teater ESKA menemukan “napas baru” agar ruhnya tetap hidup dan relevan. Bukan sekadar mempertahankan tradisi, tetapi juga mampu mengontekstualisasikan diri, merevitalisasi gagasan, dan menghadirkan makna baru di ruang publik, dengan tetap membawa ruh profetik namun lebih berani bereksperimen dan berkarya. “Jangan terbayang-bayang kejayaan masa lalu. Teater ESKA bisa menjadi oase, penyegar bagi jiwa-jiwa muda yang gelisah, tempat kontemplasi sekaligus motivasi,” ujarnya.
Menutup paparannya, Rektor menyampaikan apresiasi atas kiprah Panjang teater ESKA. “Saya beberapa kali menyaksikan pertunjukan Teater ESKA, dan selalu melihat bagaimana kreativitas tumbuh menjadi kekuatan narasi yang menggugah. Teruslah berkarya, kampus membutuhkan kalian,” pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pembina Teater ESKA, B.J. Sujibto, mengungkapkan bahwa teater kampus memiliki fungsi strategis sebagai ruang pembentukan karakter. “Kemampuan membaca situasi, mengelola emosi, berdialog, tidak semua orang mendapat latihan itu. Teater memberi panggung untuk memproses diri, siapa kamu, di mana kamu berada, dan ke mana kamu akan melangkah,” tuturnya.
Dengan lebih dari 5.000 mahasiswa baru setiap tahun, menurut Sujibto, teater kampus menjadi ladang penting pencarian bakat. Meski menghadapi pergeseran budaya dari tradisional ke digital, ia menilai penggembelengan kreativitas tetap harus dilakukan secara serius agar menghasilkan talenta yang kokoh. “Spirit profetik Teater ESKA adalah menjadikan teater bukan hanya hiburan, tetapi juga medium dakwah dan perenungan,” ujarnya.
Kegiatan yang dihadiri lintas generasi anggota Teater ESKA ini ditutup dengan diskusi interaktif yang hangat dan penuh gagasan. Para alumni dan anggota aktif saling melempar pandangan, mengevaluasi perjalanan panjang ESKA sekaligus memetakan arah baru yang lebih relevan dengan zaman. Obrolan tak berhenti pada nostalgia, tetapi berkembang menjadi forum perumusan masa depan, membahas bagaimana Teater ESKA dapat terus bertahan, bertransformasi, dan tetap menjadi ruang sunyi yang bersuara lantang di tengah hiruk-pikuk dunia digital.(humassk)