WhatsApp Image 2025-10-19 at 15.39.02(2).jpeg

Minggu, 19 Oktober 2025 20:23:00 WIB

0

Menteri Agama Serukan Asia Tenggara Jadi “Baghdad Baru”: Dari MABIMS Menuju Episentrum Peradaban Islam Dunia

Di tengah ruang pertemuan hangat namun sarat diplomasi itu, Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar menyampaikan gagasan besar. Bukan sekadar laporan program, tetapi visi peradaban.

“Dulu Baghdad dengan Baitul Hikmah-nya melahirkan hegemoni intelektual yang disegani dunia. Kini, Asia Tenggara harus mempersiapkan diri menjadi Baitul Hikmah baru bagi dunia Islam,” ujarnya lantang dalam pembukaan Mesyuarat Menteri-Menteri Agama MABIMS ke-21 di Melaka, Malaysia, Minggu (19/10/2025).

Suasana hening sejenak. Ucapan itu bukan retorika biasa. Bukan pula formalitas diplomatik. Di hadapan delegasi dari Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Indonesia, Menag mengajak Asia Tenggara meloncat dari posisi “pengikut” menuju pusat peradaban Islam global.


Menurut Nasaruddin Umar, Timur Tengah telah menunaikan tugas historisnya sebagai tempat lahir peradaban Islam. Namun saat ini, sebagian negara di kawasan tersebut masih bergulat dengan instabilitas politik dan konflik. Di saat yang sama, Asia Tenggara justru tampil sebagai kawasan Muslim paling stabil di dunia, baik dari sisi politik, ekonomi, maupun kerukunan sosial.

“Dengan stabilitas yang kita miliki, saya yakin Asia Tenggara bisa menjadi sorotan dunia sebagai pusat peradaban Islam yang baru,” tegasnya.

Baginya, Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura memiliki modal sosial dan spiritual yang luar biasa: keragaman etnis yang hidup berdampingan, infrastruktur pendidikan agama yang mapan, serta tradisi keilmuan Islam yang inklusif.

Forum MABIMS 2025 juga menyepakati Program Semanis MABIMS Seharum Serantau, yang salah satu fokusnya adalah mendorong fungsi masjid sebagai pusat pemberdayaan sosial dan ekonomi.

Menag membagikan sejumlah praktik baik dari Indonesia. Masjid Istiqlal, misalnya, bukan hanya masjid terbesar di Asia Tenggara, tetapi masjid pertama di dunia yang meraih sertifikat Green Building (EDGE) dari International Finance Corporation (IFC).


Air wudu didaur ulang untuk menyiram tanaman, energi dikelola secara efisien, dan lingkungan dijaga dengan sistem konservasi modern. Spiritualitas, dalam konteks ini, bertemu dengan sains dan teknologi.

Tak hanya itu, Kementerian Agama juga menjalankan program MADADA (Masjid Berdaya Berdampak) yang telah membantu 4.450 pelaku UMKM melalui pinjaman tanpa bunga (qardhul hasan), membangun atau merenovasi 647 masjid dan musala, serta meningkatkan kapasitas 1.350 takmir dalam pengelolaan ekonomi umat.

Setiap negara anggota MABIMS membawa narasi keislaman khas masing-masing. Indonesia dengan Moderasi Beragama dan Trilogi Kerukunan Jilid II, yang menekankan harmoni manusia dengan sesama, alam, dan Tuhan. “Trilogi Kerukunan menegaskan bahwa agama harus menjadi sumber harmoni sosial dan kemaslahatan bersama,” ungkapnya.

Di akhir pidato, Menag tidak hanya menutup pertemuan. Ia melemparkan tantangan sejarah. “Semoga MABIMS terus menjadi perekat harmoni relasi negara dan agama, sekaligus wadah memperkokoh persaudaraan Islam serantau,” tutupnya.

Apabila Baghdad pernah bersinar karena ilmu dan keterbukaan, mungkinkah abad ini menjadi milik Jakarta, Melaka, Bandar Seri Begawan, atau Singapura? Jika jawabannya ya, maka pidato Menag di Melaka bukan sekadar sambutan, melainkan proklamasi visi peradaban.

Bagi PTKIN, termasuk UIN Sunan Kalijaga,  amanat besar yang disampaikan Menteri Agama itu menjadi dorongan sekaligus tanggung jawab moral. Sebagai institusi akademik yang berada langsung di bawah naungan Kementerian Agama, UIN Sunan Kalijaga memiliki peran strategis untuk menerjemahkan visi tersebut ke dalam kerja nyata melalui penguatan riset keislaman yang inklusif, pengembangan inovasi digital dakwah dan pendidikan, pembinaan mahasiswa yang moderat dan berdaya saing global, serta perluasan jejaring kolaborasi lintas negara.

Dengan berbagai sinergi yang dilakukan, UIN Sunan Kalijaga siap menjadi lokomotif pengetahuan dan pusat pembentukan karakter umat yang berwawasan peradaban. Dari ruang kuliah hingga forum internasional, UIN Sunan Kalijaga berkomitmen menjadikan ilmu sebagai lentera, dan moderasi sebagai jalan menuju kejayaan Islam Asia Tenggara.(humassk)