Yogyakarta (21–23 November 2025) — Indonesia mengirim pesan
yang jelas ke dunia akademik global: pemikiran Islam Indonesia bukan hanya
relevan, tetapi mulai menentukan arah wacana keilmuan internasional. Pesan itu
mengemuka melalui penyelenggaraan The 5th International Conference on Islam,
Law, and Society (INCOILS 2025) di Grand Rohan Hotel, Yogyakarta, yang digelar
oleh FORDIPAS bekerja sama dengan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Konferensi tahunan ini menghadirkan lebih dari ratusan
peneliti dan civitas akademika Pascasarjana PTKIN seluruh Indonesia, menjadi
arena strategis bagi pertukaran ilmu, kolaborasi internasional, dan peta jalan
baru studi Islam pada level global.
Islam Indonesia sebagai Wacana Global
Dalam sambutan tertulisnya, Menteri Agama RI Prof. Dr. KH.
Nasaruddin Umar, M.A., menegaskan bahwa konferensi ini memiliki signifikansi
besar karena memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan diseminasi keilmuan antar
komunitas akademik Islam dalam konteks perubahan global yang semakin kompleks.
Ia menyebut Indonesia sebagai “laboratorium peradaban” — ruang hidup di mana
fikih, hukum positif, dan dinamika sosial masyarakat demokratis saling bertemu
dan saling menguatkan.
Menurut Menteri, dunia saat ini membutuhkan perspektif Islam Indonesia untuk merespons gelombang disrupsi teknologi, krisis lingkungan, dan meningkatnya polarisasi sosial global. Islam Indonesia menawarkan narasi alternatif: keilmuan yang normatif sekaligus humanis, tradisional sekaligus modern, teologis sekaligus ilmiah.
Apresiasi Menteri untuk UIN Sunan Kalijaga dan FORDIPAS
Menteri Agama menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya
kepada FORDIPAS PTKIN dan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta karena
telah menghidupkan kembali forum akademik strategis ini. Keberhasilan
menghadirkan ilmuwan dan cendekiawan dari berbagai negara disebut sebagai bukti
bahwa UIN Sunan Kalijaga memainkan peran sentral dalam mengonfigurasi ulang
arah studi Islam di tingkat global.
Tiga Pesan Penting Menteri untuk Dunia Akademik
Menteri Agama menegaskan tiga arah strategis agar INCOILS
menjadi motor perubahan pendidikan Islam di Indonesia dan dunia:
1️⃣ Melampaui dikotomi tradisi vs
modernitas melalui pendekatan interdisipliner, multidisipliner, dan
transdisipliner.
2️⃣ Memperkuat jejaring ilmiah global untuk menawarkan
solusi atas persoalan kemanusiaan.
3️⃣ Menghasilkan ilmu yang aplikatif, tidak berhenti
pada artikel ilmiah tetapi berorientasi pada riset inovatif dan kebijakan
akademik.
Keilmuan Indonesia Diperdebatkan pada Level Internasional
Konferensi ini mempertegas posisi Indonesia dalam peta
keilmuan dunia dengan menghadirkan akademisi kelas dunia sebagai keynote
speaker, antara lain:
• Prof. Michael S. Northcott — University of Edinburgh, Scotland
• Dr. Stéphane Lacroix — Sciences Po Paris, France
• Prof. Anna M. Gade — University of Wisconsin–Madison, USA
• Prof. Noorhaidi Hasan — Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Para ilmuwan internasional ini memperdebatkan isu agama,
hukum, dan keberlanjutan lingkungan melalui dialog sejajar bersama akademisi
Indonesia — lanskap akademik yang satu dekade lalu nyaris mustahil dibayangkan.
Suara Akademik Kampus Tuan Rumah
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan, menegaskan
posisi strategis INCOILS sebagai tolok ukur kualitas keilmuan di lingkungan
PTKIN nasional.
“Konferensi ini merupakan satu-satunya konferensi dalam
lingkup enam PTKIN yang secara serius mampu menjadi benchmark dan memberikan
tantangan akademik positif bagi forum akademik nasional yang selama ini menjadi
rujukan utama di lingkungan Kementerian Agama. Bukan hanya dari sisi keseriusan
panitia, tetapi juga dari tema besar konferensi dan isu-isu ilmiah yang
diangkat.”
Kurikulum Cinta: Tawaran Paradigma Baru dari Indonesia
Salah satu gagasan paling progresif lahir dari sesi “Kurikulum
Cinta (Compassion-Based Curriculum)”, yang menegaskan bahwa pembangunan
keilmuan tidak hanya bertumpu pada ketajaman akademik, tetapi juga empati,
humanisme, dan kemaslahatan universal. Paradigma ini menjadi tawaran Indonesia
kepada dunia: akademisi Islam masa depan tidak hanya harus unggul secara
intelektual, tetapi juga berbelas kasih — sebagai koreksi terhadap tren
akademisme global yang semakin kering nilai.
Menuju Peradaban Akademik Baru
Ketua FORDIPAS Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag., menegaskan bahwa
INCOILS merupakan komitmen kolektif untuk memperkuat jejaring riset dan
memperluas kontribusi intelektual Indonesia di panggung global.
Sementara itu, Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Prof.
Dr. Moch. Nur Ichwan, M.A., menegaskan apresiasi atas kepercayaan yang
diberikan kepada UIN Sunan Kalijaga sebagai tuan rumah penyelenggara FORDIPAS
dan INCOILS.
“FORDIPAS penting untuk menjaga jejaring dan sinergi
antardirektur Pascasarjana PTKIN se-Indonesia. Sedangkan INCOILS merupakan
wadah penting untuk mengonsolidasikan kekuatan akademik kita, memperkuat
tradisi riset, dan menghadirkan kontribusi intelektual yang relevan bagi
masyarakat luas.”
Ia menekankan bahwa penyelenggaraan INCOILS di Yogyakarta
merupakan langkah strategis menuju internasionalisasi Pascasarjana PTKIN
melalui riset, publikasi, dan kolaborasi lintas negara.
Penegasan Baru: Indonesia Tidak Lagi Mengikuti Wacana —
Tetapi Mengarahkan
Dengan mengangkat tema “Religion, Law, and Environmental
Sustainability”, INCOILS 2025 menandai pergeseran besar dunia akademik Islam: Islam
Indonesia bukan sekadar peserta diskusi internasional, tetapi produsen
pengetahuan baru yang menjadi rujukan bagi peradaban global.
Konferensi ditutup dengan komitmen untuk menindaklanjuti
hasil forum melalui publikasi ilmiah, kebijakan akademik, dan riset
transnasional sebagai kontribusi nyata bagi kemanusiaan.