Yogyakarta, 16 September 2025 – Sebanyak 30 perwakilan dari Universitas Sains Islam Malaysia (USIM), yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, melakukan kunjungan resmi ke Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kunjungan ini menjadi bagian dari upaya mempererat kerja sama akademik serta pertukaran pendidikan dan budaya antara kedua institusi.
Rombongan USIM terlibat dalam serangkaian kegiatan kolaboratif, seperti berbagi ilmu mengenai Al-Qur’an Braille bersama komunitas tunanetra UIN Sunan Kalijaga, pameran budaya Malaysia yang menampilkan kekayaan kuliner, busana tradisional, serta pertunjukan seni khas Dikir Barat. Selain itu, lokakarya bersama antara dosen dan mahasiswa dari kedua kampus turut digelar untuk memperkaya pemahaman dalam pendidikan inklusif.
Interaksi ini memberi kesempatan bagi mahasiswa, baik difabel maupun non-difabel, untuk merasakan pengalaman pembelajaran lintas negara serta memperluas wawasan global mereka. Pertukaran praktik baik dalam penggunaan bahasa isyarat bagi komunitas tuli dan pengenalan sistem Braille bagi difabel netra menjadi bagian penting dari program ini.
Pimpinan rombongan USIM, Dr. Noornajihan, menyampaikan alasan pemilihan UIN Sunan Kalijaga sebagai mitra strategis. “UIN Sunan Kalijaga memiliki reputasi sebagai kampus Islam yang unggul dalam pelayanan difabel dan pengabdian masyarakat. Kami melihat potensi besar untuk membangun kolaborasi jangka panjang,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator PLD UIN Sunan Kalijaga, Dr. Asep Jahidin, menyambut baik inisiatif ini dan menyampaikan harapan atas terjalinnya kemitraan berkelanjutan. “Kunjungan ini tidak hanya mempererat hubungan akademik, tetapi juga memperkuat pemahaman lintas budaya dan penghargaan terhadap keragaman. Harapan kami, kolaborasi ini dapat berkembang lebih jauh dalam pendidikan inklusif, kebudayaan, dan pengabdian masyarakat, sebagaimana juga didukung penuh oleh Ketua LPPM, Gus Qoyyum,” jelasnya.
Program ini menjadi tonggak penting dalam mempererat hubungan bilateral Indonesia-Malaysia melalui jalur pendidikan inklusif dan pertukaran budaya. Ke depan, kedua institusi berharap dapat terus memperluas kerja sama di berbagai bidang demi menciptakan pendidikan yang lebih adil dan inklusif di tingkat global.(humassk)