Tadarus Difabel Minggu 21
Seri Kelas Untuk Semua
BAGAIMANA RUMUS MENGAJAR Difabel TULI
Sahabat inklusi yang mulia...
Marhaban ya Ramadhan, Selamat berpuasa… "Jika anda berkumis dan mengajar difabel tuli, pastikan kumis anda terkondisi atau dicukur, agar mereka dapat membaca gerak bibir anda dengan mudah"… demikian pesan William Rowe saat dulu kami bertemu di McGill University. Ini rumus sudah lama sekali saya ingat dari Will Rowe, dosen di McGill saat itu
...Will bercerita kepada kami, suatu periode dia mengajar mahasiswa tuli, lalu bertanya kepada mahasiswa tersebut, “apa yang bisa saya bantu?”, mahasiswa itu menjawab “saya tidak dapat membaca gerak bibir anda karena anda berkumis”…Untuk persiapan pertemuan berikutnya, Will kemudian bercerita bagaimana dia mencukur kumisnya sambil tertawa…(kisah ini bisa menjadi pengingat sederhana bahwa aksesibilitas dalam pembelajaran bukan hanya fasilitas saja, tetapi juga perhatian pada soal kecil yang berdampak besar.)
UIN Sunan Kalijaga saat ini memiliki 35 mahasiswa difabel tuli tersebar di berbagai Prodi. Setiap awal semester, PLD membekali mereka surat cinta untuk diserahkan langsung kepada setiap dosen pada mata kuliah yang mereka ambil. Adalah surat pemberitahuan bahwa: “Ada difabel tuli di kelas anda”, dilampiri dengan petunjuk teknis bagaimana cara mengajar difabel tuli
Beberapa hal penting dalam mengajar mahasiswa Tuli antara lain:
1. Pastikan wajah terlihat jelas. Hindari berbicara saat membelakangi. Ini membantu mahasiswa membaca gerak bibir dengan lebih mudah.
2. Gunakan bahasa yang sederhana dan visual. Jelaskan konsep dengan menggunakan contoh, ilustrasi, diagram, atau video yang memiliki teks.
3. Optimalkan penggunaan juru bahasa isyarat (JBI) PLD menyediakan JBI yang dapat membantu komunikasi dua arah agar mahasiswa lebih mudah memahami materi.
4. Gunakan tulisan sebagai pendukung. Menyediakan slide, catatan kuliah, rangkuman materi akan sangat membantu difabel Tuli.
5. Berkomunikasi dengan ekspresi dan gestur. Ekspresi wajah dan bahasa tubuh berperan besar dalam komunikasi dengan mahasiswa Tuli.
Penting juga untuk mulai belajar dasar-dasar Bahasa Isyarat, sehingga pada pertemuan berikutnya, bisa menyapa dengan isyarat “Selamat pagi”. Mahasiswa lain di dalam kelas juga dapat dikondisikan untuk lebih peka. Berbicara dengan artikulasi lebih jelas, ditulis atau dengan belajar bahasa isyarat. Sehingga secara perlahan, kelas menjadi lebih inklusif.
...Semua itu menjadi momen yang semakin memperkuat kesadaran bahwa mengajar bukan sekadar menyampaikan ilmu, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung semua mahasiswa untuk berkembang di sini…di UIN Sunan Kalijaga: “Empowering knowledge, shaping the future ”
Koordinator Pusat Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga
Salam inklusi…