WhatsApp Image 2025-06-04 at 11.10.53.jpeg

Minggu, 01 Juni 2025 11:05:00 WIB

0

DAKWAH KONTEMPORER oleh Dr. Hamdan Daulay, Dosen Magister KPI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Gerakan dakwah perlu terus dimodifikasi seiring dengan dinamika perkembangan budaya masyarakat. Terlebih bagi kaum millenial yang dinamis dan menginginkan perubahan kontemporer. Ada banyak kejenuhan bagi kaum milenial dengan model dakwah tradisional seperti ceramah (komunikasi satu arah). Apalagi kalau materi ceramah fokus membahas tentang halal dan haram, sorga dan neraka. Model dakwah tradisional tersebut kurang disukai kaum milenial. Model dakwah kontemporer yang disukai kaum milenial saat ini cenderung pada aspek hiburan (dakwahtainment), mudah dicerna, ringkas, sederhana dan terkait dengan kehidupan sehari-hari (kekinian).

Dewasa ini muncul banyak model gerakan  dakwah di kalangan kaum milenial yang tidak bersumber dari  pesantren atau lembaga keagamaan resmi seperti MUI, NU dan Muhammadiyah. Seiring dengan tumbuhnya semangat keagamaan (fanatisme) berlebihan kaum millenial di tengah pesatnya arus media informasi, perlu ada kewaspadaan pada berbagai model gerakan dakwah.  Terkadang ada gerakan dakwah yang fokus pada amar ma’ruf nahi munkar serta menguatkan semangat kebangsaan. Namun di sisi lain ada juga gerakan dakwah yang perlu diwaspadai karena menyebarkan paham ekstrim (aliran keras) bagi kaum milenial yang masih dangkal wawasan keagamaannya.

Upaya mempelajari Islam dalam konteks kehidupan masa kini tidak serta berfokus di dalam masjid, majelis taklim, ataupun pondok pesantren. Seiring berjalannya waktu, semangat kebangkitan Islam di era reformasi kian terbuka lebar, sehingga ini membuka peluang munculnya gerakan-gerakan dakwah kontemporer memadukan Islam ramah dan budaya populer di kalangan anak muda perkotaan. Gerakan dakwah populer seolah menguatkan otoritas keagamaan tradisional yang telah terbangun secara mapan, sehingga memiliki identitas keagamaan, segmentasi pasar dakwah hybrid, dan karakteristik melalui gaya berpakaian Islami modern, materi keislaman kontemporer, serta menyesuaikan kebutuhan umat khususnya generasi muda yang haus terhadap pengetahuan keagamaan.

 

Gerakan Dakwah

Kemunculan gerakan dakwah kontemporer secara bersamaan berdampingan dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, tetap menampilkan Islam yang ramah dan santun telah mewarnai wajah Islam Indonesia. Tanpa disadari, gerakan Islam ini mengisi ruang spiritualitas umat di tengah masifnya ajaran-ajaran keislaman memfasilitasi ruang dialektika generasi milenial perkotaan. Namun di sisi lain, gerakan dakwah kontemporer juga perlu diwaspadai, karena terkadang ada diantaranya yang menyebarkan paham ekstrim dan anti nasionalisme (Pancasila). Mereka memanfaatkan kaum milenial yang fanatisme berlebihan dan dangkal wawasan agama.   

Penelitian gerakan dakwah kontemporer turut diserukan Hofizal Wadi dan Roy Bagaskara (2021) pada komunitas Muslim United Yogyakarta sebagian tren Gerakan Islam menjawab kegelisahan anak muda terhadap kegersangan  spiritual, krisis identitas, dan persoalan masa depan. Wajah baru gerakan Islam mengajak anak muda perkotaan hijrah menuju perilaku lebih baik dan berusaha meninggalkan kebiasaan negatif, sehingga kegiatan dakwah yang ditawarkan relevan dengan kondisi generasi muda saat ini.

Seiring berjalannya waktu, agama hadir di ruang-ruang publik diprakarsai sekumpulan anak muda mengkampanyekan hijrah, mempelajari Islam secara menyenangkan, gaul tetapi Islami, berbuat kebaikan serta menjauhi kemungkaran. Di sinilah agama menemukan momentumnya dalam mengakomodir pemuda muslim perkotaan mengekspresikan keberagamaannya di tengah kehidupan modernitas dan tantangan globalisasi yang kian menguat. Agama melalui representasi kajian dakwah Islam yang santun menjawab kebutuhan anak muda perkotaan yang suka perubahan, ngaji asyik, Islam fun konsep kekinian, sehingga aktivitas dakwah cenderung dipadukan dengan budaya populer seperti budaya ngopi, nongkrong, outbound, traveling, dan camping. Agama memainkan peranan penting dalam percaturan dakwah di era modern memadukan Islam lemah lembut dan budaya populer bahkan turut melahirkan sikap religiusitas di kalangan anak muda perkotaan.

Melalui Gerakan dakwah Islam kontemporer, anak muda kian melek terhadap agama. Usaha ini sebagai keberlanjutan manusia menjalin komunikasi dengan tuhannya dalam bentuk aktivitas keislaman di ruang publik. Aktivitas dakwah  di ruang publik diprakarsai segolongan kaum muda menjadi magnet dan daya tarik memperoleh wawasan keislaman secara mudah. Partisipasi kaum muda perkotaan dalam kegiatan keagamaan sebagai pemenuhan kebutuhan agama, meningkatkan religiusitas dan rujukan keilmuan Islam di ruang publik. Pembentukan identitas kaum muda Islam dipengaruhi berbagai faktor, hadirnya era globalisasi, transisi budaya populer, efek modernisme, dan menguatnya kecerdasan buatan yang berdampak serius terhadap gaya hidup.

 Tokoh agama di lingkungan majelis ilmu yang mengajarkan doktrin agama secara menarik kerapkali dianggap sebagai figur populer. Gerakan dakwah kontemporer dapat mendesiminasi pengetahuan agama yang moderat dan terjadinya pergeseran otoritas keagamaan dari lembaga keagamaan seperti pondok pesantren atau madrasah, kiai maupun habaib. Fenomena gerakan dakwah kontemporer memunculkan gairah agama menciptakan literasi keagamaan, dan memupuk spirit keagamaan di kalangan anak muda perkotaan. Walaupun di sisi lain perlu ada kewaspadaan pada kehadiran Gerakan dakwah kontemporer yang cukup menjamur dewasa ini. Jangan sampai kaum milenial yang dangkal wawasan agama terjebak dengan paham-paham ektrim yang mengikis nilai nasionalisme. (tulisan ini sdh terbit di Media cetak KR 30 Mei 2025)