Prof. Sahiron Beri Sambutan dalam Seminar BNPT dan FKPT, Literasi Digital Cegah Terorisme di Kalangan Perempuan dan Generasi Z

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) menyelenggarakan Seminar Bertajuk Cerdas Digital Satukan Bangsa, bertempat di Convention Hall atau Gedung Prof. R.H.A., Soenarjo, S.H., kampus UIN Sunan Kalijaga, 30/3/2023. Pada forum yang dihadiri perwakilan dari Korem 072/Pamungkas DIY, Kejaksaan Tinggi DIY, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DIY, Kanwil Kemenag DIY, TNI Angkatan Udara DIY, Badan Intelijen Negara DIY, Kodim Kota Yogyakarta, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk DIY, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme DIY, dan segenap aktivis perempuan peduli pencegahan terorisme ini, Wakil Rektor 2, bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Prof. Sahiron berkenan memberikan sambutannya.

Forum kali ini menghadirkan Narasumber: Kepala Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Mayjen TNI Nisan Setiadi, Pakar Kajian Timur Tengah Uinversitas Padjajaran (UNPAD), Dr. Dina Yulianti, dan dari Kasatgaswil Densus 88AT., DN., Kombespol, Sunardi, SIK., M.H., dengan moderator Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga, Hj. Fatma Amilia, S. Ag., M. Si.

Prof. Sahiron dalam sambutannya antara lain menyampaikan, bahwa forum forum literasi digital seperti ini perlu terus digelorakan. Prof. Sahiron mengaku pihaknya juga aktif memberikan pembekalan tentang moderasi beragama baik di forum-forum nasional maupun internasional. Dalam setiap pembekalan Prof. Sahiron menfokuskan pemahaman tentang moderasi beragama berdasarkan pemahaman dari kitab suci Al Qur’an. Saat ini data menunjukkan jumlah yang terus meningkat utamanya generasi Z dan kaum perempuan yang terpapar gerakan terorisme. Biasanya disebabkan oleh masalah keterbatasan ekonomi. Lalu tergiur narasi-narasi propaganda terorisme yang menjanjikan balasan surga. Setelah masuk, ternyata mereka merasakan keadaan yang bertolak belakang. Namun susah untuk keluar.

Oleh karena itu, untuk mencegah semakin banyaknya generasi Z dan kaum perempuan yang terjerat gerakan terorisme, Prof. Sahiron mengajak BNPT dan FKPT untuk terus menggelorakan forum-forum seperti ini. Memberikan pemahaman secara komprehensif melalui literasi digital. Literasi digital yang berkelanjutan menurut Prof Sahiron dapat menguatkan pemahaman moderasi, utamanya bagi perempuan dan generasi Z agar tidak tergoda ikut gerakan terorisme, juga dapat mentransformasi wawasan kebangsaan, revitalisasi nilai-nilai Pancasila, internalisasi nilai-nilai dan akar budaya bangsa. Dan pada gilirannya akan mencegah sedini mungkin paham terorisme, untuk mewujudkan harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara, demikian tegas Prof. Sahiron.

Mengawali paparannya, Nisan Setiadi menegaskan bahwa terorisme itu bukan Islam, tetapi mengatasnamakan Islam. Oleh karena itu diperlukan pemahaman beragama yang Rahmat dan pemahaman moderasi beragama dengan baik untuk mencegah semakin banyak terpapar terorisme, dan mewujudkan Indonesia yang harmonis dalam segala perbedaannya.

Nisan Setiadi menyebutkan ciri-ciri mereka yang terpapar paham terorisme-radikalisme, antara lain: anti Pancasila, anti pemerintah yang sah, tidak menyukai budaya nusantara. Sementara trend menunjukkan bahwa perempuan dan generasi Z lebih mudah dan jumlahnya terus bertambah yang terpapar paham radikalisme-terorisme. Pihaknya menghimbau agar perempuan Indonesia mengambil peran yang positif, berkegiatan dalam bidang apapun, memanfaatkan kemajuan teknologi untuk hal hal yang produktif, selalu waspada dengan narasi-narasi yang sifatnya mempengaruhi, menghasut, berita-berita hoax, dan terus meningkatkan kecerdasan digital, sehingga tidak mudah terpengaruh narasi-narasi persuasif yang menjerumuskan kepada paham radikalisme – terorisme. Perempuan Indonesia harus kuat, eksis baik di keluarga maupun dimasyarakat, sehingga akan menjadikan Indonesia menjadi Negara yang hebat, tegas Nisan Setiadi.

Sementara itu, Dr. Dina Yulianti menambahkan bahwa ISIS maupun Al Qaeda hingga sekarang masih aktif menyebarkan narasi-narasi jihad yang menyimpang. Bahkan banyak yang menyebut sebagai ustad yang turut serta menyebarkan ajakan ajakan jihad yang menyimpang dari ISIS maupun Al Qaeda. Masyarakat perlu terus meningkatkan kewaspadaan. Pahami setiap narasi digital sebagai narasi hoax atau bukan, pahami trend geopolitik yang terus berkembang, aktiflah melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, dimulai dari lingkungan terdekat, dan terus belajar, kata Dr. Dina.

Sunadi menambahkan, banyaknya perempuan yang ikut melakukan gerakan terorisme antara lain disebabkan oleh budaya patriarki, yang menyebabkan perempuan tidak memiliki kekuatan untuk menolak pengaruh dari suaminya (tidak bisa menolak ajakan suaminya), hanya mendapatkan sumber-sumber informasi yang sempit/kurangnya wawasan, dan karena masalah ekonomi. (Weni/Bakhtiar/Ihza)