Rangkain Dies ke 72 Tahun, UIN Sunan Kalijaga Ziarah Makan Sunan Kalijaga, Ngangsu Kawruh ke Kadilangu dan MoU dengan Bupati Demak
Masih menjadi rangkaian kegiatan Mensyukuri Kelahiran UIN Sunan Kalijaga yang ke 72 tahun, UIN Sunan Kalijaga melaksanakan Ziarah ke makan Sunan Kalijaga, Ngangsu Kawuh kepada Yayasan Sunan Kalidjogo di Kadilangu, dan kunjungan kerja sama ke Pemda Kabupaten Demak, 19/9/2023. Kegiatan ini diikuti Rektor UIN Sunan Kalijaga dibersamai jajaran pimpinan Universitas, Dekanat, Unit dan Lembaga, serta Tenaga Kependidikan.
Kegiatan kunjungan ke Kabupaten Demak diawali dengan prosesi doa bersama di Makan Sunan Kalijaga. Para Guru Besar kampus UIN Sunan Kalijaga bergantian mempimpin doa. Diantaranya Dekan Fakultas Sosial Humaniora, Dr. Ali Sodik, Direktor Program Pascasarjana, Prof. Abdul Mustaqim, Senat Universitas, diwakili Prof. H. Maragustam Siregar, dan Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prof. Abdul Munip. Selain mendoakan Sunan Kalijaga dan para leluhur, doa bersama juga memanjatkan permohonan untuk keberkahan dan kemajuan pengembangan keilmuan di mkampus UIN Sunan Kalijaga.
Usai doa bersama kunjungan UIN Sunan Kalijaga diterima di pendopo Kompleks Makan Kadilanggu, sebagai tempat operasional Yayasan Sunan Kalidjogo. Kunjungan dalam rangka silaturahmi dan ngangsu kawruh ini diterima pengurus Yayasan yang dipimpin Raden Agus. Prosesi penerimaan tamu masih meneruskan apa yang dilakukan pada masa Walisanga. Hidangan yang disuguhkan-pun mengandung filosofi hidup yang diajarkan Sunan Kalijaga. Itu semua merupakan aturan dalam penyajian makanan untuk makan bersama atau kenduri. Hidangan berupa tumpeng sego golong dan nasi uduk dipadu dengan lauk gudangan daun mengkudu, trancam, sambal goreng, ingkung, lele areh, gereh pethek, sayur bening kelor, bubuk kedelai, tahu dan tempe goreng, makanan tersebut dinamakan Caos Dhahar.Semua menyiratkan makna filosofi yang dalam sebagai upaya untuk merajut kerukunan, kebersamaan, saiyek saeko proyo antara pemimpin dan yang dipimpin, menghindarkan watak sombong dan angkara murka, menumbuhkan pikiran dan hati yang bening, menolak gangguan makhluk yang tidak kelihatan. Hidangan juga memadukan makanan-makanan yang baik untuk kesehatan dan keberkahan (halalan thayiban). Cara memasak pun juga mengikuti ajaran Sunan Kalijaga, yakni; oleh wanita yang tidak sedang haid ataupun yang sudah menopaus, serta tidak boleh dicicipi. Itu semua mengisyaratkan kesucian makanan, dan bukan makanan sisa, demikian antara lain dijelaskan Hermin, sebagai ketua tim konsumsi.
Mengawali prosesi penyambutan, ketua Yayasan Sunan Kalidjogo, Raden Agus menjelaskan tentang Ketokohan Sunan Kalijaga. Disampaikan Sunan Kalijaga meninggalkan keturunan, ke-Islaman, keilmuan dan peninggalan fisik. Sunan Kalijaga menurunkan panembahan, pangeran sampai pada keturunan ke 15 yang saat ini mengurusi Makam Sunan Kalijaga dan Yayasan Sunan Kalidjogodi Kadilangu, Kabupaten Demak. Nilai-nilai Spiritual sampai saat ini dipertahankan oleh keturunannya di Kadilangu. Sunan Kalijaga mengembangan ajaran ke Islaman, budaya dan kesenian Jawa. Selain meninggalkan nilai-nilai Spiritual Islam yang berkelindan dengan budaya dan kesenian Jawa, Sunan Kalijaga adalah juga ahli dalam ilmu metalurgi, yang harusnya keilmuan ini bisa dikembangkan di kampus, seperti dalam cerita ketika mencangkul tanahnya ada yang menjadi emas, pohon kolang kaling berubah menjadi emas. Itu semua bukan cerita mistik. Tetapi dalam laku kehidupan sehari hari, Sunan Kelijaga menguasai rumus-rumus metalurgi yang dapat mewujudkan benda-benda alam menjadi bernilai emas. Namun ketika bangsa-bangsa lain berdatangan ke tanah Jawa untuk menguasai, Sunan Kalijaga laku tirakat pasa pati geni (perhatian-perhatian penguasaan keilmuan metalurgi ini dimatikan semua) agar tidak dikuasai bangsa asing. Seperti apa yang disuguhkan pada kunjungan UIN Sunan Kalijaga kali ini juga adalah peninggalan dari Sunan Kalijaga yang terkandung di dalam semua masakan ini filosofi Jawa dan rumus-rumus metalurgi. Yang bila diterapkan sesuai tuntunan Sunan Kalijaga akan memberi Kesehatan, keberkahan, dan keseimbangan kehidupan.
Dijelaskan juga pemikiran Sunan Kalijaga, bahwa emas yang berbentuk materi warna kuning itu ada terselip atau terkandung dalam benda benda alam. Seperti misalnya dari lahar gunung berapi. Melalui rumus-rumus metalurgi dari benda-benda alam itu kandungannya dapat diolah menjadi emas dengan bantuan unsur tanah, api, udara dan air. “Makanya ketika ada lumpur Lapindo yang dianggap sebagai bencana, sebenarnya adalah berkah jika diperlakukan dengan pengembangan rumus-rumus metalorgi. Karena kandungan mineral tanahnya luar biasa, yang sangat dibutuhkan semua makhluk hidup,” ungkap Raden Agus.
Sementara secara materiil, Sunan Kalijaga meninggalkan wilayah yang setara dengan 33 desa. Pada Jaman penjajahan Inggis sampai Belanda status wilayah itu disewa. Setelah merdeka jadi tanah milik negara, dan tinggal seluas 228 Ha di Desa Kadilangu ini yang masih dikelola oleh keturunan Sunan Kalijaga (Yayasan Sunan Kallidjogo). Pihaknya mengusulkan dari UIN Sunan Kalijaga ada yang meneruskan keilmuan Sunan Kalijaga dengan mendirikan Fakultas Metalurgi. Jika itu bisa diwujudkan akan sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup dan kelestarian alam semesta ini. Dulu sebenarnya sudah dikembangkan oleh orang Jawa dengan hasil kebudayaannya seperti gamelan, keris, tombak, perabotan rumah yang bernilai tinggi di mata dunia.
Sementara itu dalam sambutannnya, Prof. Al Makin antara lain menyampaikan terima kasihnya, karena telah dijelaskan tentang nilai filosofi dari hidangan khas Jawa yang ternyata memiliki makna yang adiluhung. Ini adalah pengetahuan baru yang bisa dikembangkan di kampus UIN Sunan Kalijaga. UIN Sunan Kalijaga juga dapat memahami keilmuan dan filosofi Sunan Kalijaga melalui gubahan tembang-tembangnya, dan kandungan makna dalam Kidung Rumekso Ing Wengi, dan menyatu dengan budaya nusantara mendampingi pengembangan Keilmuan UIN Sunan Kalijaga agar berkah untuk semua umat manusia dan alam semesta, demikian ungkap Prof. Al Makin.
Rektor, menjelaskan sejarah UIN Sunan Kalijaga, sebagai kampus Islam tertua di Indonesia mengambil nama Sunan Kalijaga. Nama Sunan Kalijaga banyak memberi berkah. Pertama para sesepuh, intelektual, pemikir, dan guru di kampus UIN Sunan Kalijaga mengambil filsafat Sunan Kalijaga, salah satunya Serat Lokajaya (yang mengisahkan laku rohani Sunan Kalijaga). Di dalamnya ada yang mengajarkan angglaras ilineng banyu, angeli ananging ora keli. Maka UIN Sunan Kalijaga seiring dengan air, mengikuti tetapi tidak hanyut. Dari Filsafat tersebut, lahirnya misalnya pemikiran Prof. Mukti Ali yang dikenal Tri Pemikiran beragama. Yakni kerukunan antar pemeluk agama yang sama, antar sesame umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dan negara. Diteruskan sampai sekarang dengan mengembangkan agama bersama kekayaan budaya nusantara, dan kemudian keilmuan dunia dengan agama yang dikenal dengan integratif-interkonektif, lanjut inter-intra-multy disiplin keilmua. Dan Alhamdullah memberikan keberkahan bagi masyarakat, bangsa dan bahkan dunia.
Kunjungan dilanjutkan dengan agenda kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Demak dengan pengembangan keilmuan di kampus UIN Sunan Kalijaga Insya Allah juga akan membawa keberkahan bagi kedua belah pihak. Dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan para pemimpin di wilayah Kabupaten Demak yang sangat memahami masyarakat bisa bergandengan tangan untuk maju bersama. Kiprah para pemimpin akan menginspirasi Mahasiswa, sebaliknya pengaplikasian keilmuan kampus untuk mengembangkan masyarakat dapat turut serta memajukan masyarakat Kabupaten Demak.
Bupati Demak, didampingi Sekda, beserta jajaran pimpinan Pemda Demak. Memperkenalkan Kabupaten demak sebagai kota wali. Tiga tempat wisata reliqi yang siap dikembangakan, yakni: Makan Sunan kalijaga, Masjid Agung dan Makan Syeh Mudzakir. Ditambah sebagai tempat berdirinya kerajaan Islam dari Raden Patah, keberkahan terus mengalir sampai sekarang. Menyambut baik MoU, yang sebelumnya sudah hamper 1 tahun mengirimkan Mahasiswa dan para Dosen untuk melaksanakan program KKN dan pengabdian masyarakat yang lainnya. Disamping itu di bidang pertanian/perkebunan sebagai penghasil jambu dengan kualitas bagus, belimbing demak yang cita rasanya belum ada yang menandingi. Wilayah terdiri dari 14 kecamatan, potensi myang dikembangkan pertanian, perikanan, produksi garam. Kerja -sama akan semakin mengembangan potensi di Demak. Menerima dengan penuh semangat dan berharap terjalin kemitraan yang baik berlandaskan kejujuran, kekeluargaan, keterbukaan dan integritas. Serta memberikan kemanfaatan yang optimal untuk masyarakat Kabupaten Demak dan pengembengan keilmuan UIN Sunan Kalijaga.
MoU meliputi Tri Dharma Perguruan Tinggi dan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, seperti riset, KKN atau pengabdian masyarakat yang lainnya, dan juga program Mahasiswa Magang.(Weni/Alfan/Ikhwan)