Perkembangan Teologi Apokaliptik Dalam Menjaga Kerukunan Hidup Beragama
Narasumber menyampaikan materi pada konferensi internasional “Apocalyptic Theology And Being Religious In The New Changing World
Munculnya persoalan keagamaan menjadi tantangan di era modern ini. Isu sosial keagamaan, tekstual teologis dan filsafat dapat mempengaruhi tatanan kehidupan beragama di kalangan masyarakat dunia yang bisa kemungkinan mengarah kepada konflik dan kekacauan dunia. Sehingga pengikut agama sekarang ini mencari konsep hidup harmonis bersama pengikut agama lain dalam tatanan sistem sosial, politik dan ekonomi global.
Menyikapi permasalahan global di atas Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar konferensi internasional “Apocalyptic Theology And Being Religious In The New Changing World” di gedung Prof.RHA. Soenarjo, SH. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta selama dua hari, Kamis-Juma’at (14-15/9).
Pada kegiatan tersebut menghadirkan 10 pembicara dari dalam dan luar negeri baik akademisi dan pegiat kerukunan beragama diantaranya Prof. Dr. H. Amin Abdullah (UIN SunanKalijaga), Prof. Dr. Sohirin M. Solihin (International Islamic University Malaysia), Prof. Dr. MaghdiBehman (Eastern Mennonite University USA). ,A.BagusLaksana, SJ., Ph.D. (UniversitasSanata Dharma), Dr. Phil. SahironSyamsuddin, M.A. (UIN SunanKalijaga Yogyakarta), Dr. AlimRoswantoro, M.Ag. (UIN SunanKalijaga Yogyakarta), Dr. ElgaSarapung (Dian-Interfidei Yogyakarta), Dr. PhaosanJehwe (Fatoni University Thailand), Dr. HasthoBramantyo, MA (STAB Syailendra), dan Roy Vettikuzhyl Joseph (ICRS/Bangalore University India).
Dekan Fakultas Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Dr. Alim Roswantoro, M.Ag dalam sambutannya menjelaskan interaksi antar pemeluk agama di dunia sangat menarik bila dilihat dari perspektif teologi apoliptik agama-agama dunia. Dalam teologi apokaliptik, kita dapat menemukan tanda orang hebat dan dipercaya sebagaiinsan yang menjanjikan dapat menyelamatkan nyawa manusia baik dalam kehidupan duniawi maupun di akhirat.
Alimmenambahkanistilah seperti nabi, mesias, imam mahdi adalah tanda apokaliptisisme dalam agama. Ia dipercaya sebagai pribadi dengan kepribadian kuat yang bisa mengubah sistem kehidupan buruk yang ada agar menjadi lebih baik. “Saat ini, orang-orang kehilangan sosok itu, dan sayangnya, ada banyak denominasi agama yang masing-masing mengklaim bahwa cara mereka beragama dapat menyelamatkan sistem kehidupan yang buruk” kata Alim.
Sementara Amin Abdullah menuturkan untuk mewujudkan masyarakat yang berperadaban kita harus menpunyai toleransi beragama baik sikap dan tindakan. Mestinya tidak ada sifat mono apokaliptik dalam agama tertentu, karena jika itu terjadi akan mendatangkan konflik dan kehancuran dunia.”Sifat mono apokaliptik beragama sudah tidak relevan dengan keadaan sekarang” tutur Amin.
Ketua Panitia Dr.Inayah Rohmaniyah, S.Ag.,M.Hum.,MA. Mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menyatukan konsep dan member khazanah apokaliptik untuk mewujudkan kedamaian kehidupan beragama. Bagaimana manusia mencoba mencari jalan keluar untuk konsep keselamatan baik di dunia bahkan di akhirat.
Inayah juga berharap ada diskusi yang lebih luas dari perspektif filosofis, teologis, sosial, dan politik yang berkontribusi untuk menciptakan kembali dan memperkuat cara-cara baru untuk menjadikan agama bagi kehidupan manusia yang lebih baik.Dalam sesi parallel akan dipresentasikan empat puluh judul dari pemateri dalam dan luar negeri. Ada tiga tema besar yakni perkembangan Isu Sosial dan Keagamaan, Teks Suci perspektif Apokaliptik danperkembangan Filsafat dan Teologi di Dunia.(Khabib/humas)