LPPM UIN Sunan Kalijaga Menggagas Program Pengambangan Wisata Reliqi

Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) UIN Sunan Kalijaga menggagas Program Pengembangan Wisata Religi sebagai salah satu program baru pengabdian Masyarakat. Inovasi ini didiskusikan bersama melalui Kegiatan Ngopi episode ke-85 yang diselenggarakan melalui Zoom Meeting berlangsung 4/6/2024. Acara ini mengusung tema yang menarik dan relevan yakni “Pengembangan Wisata Religi di Desa Guwosari, Pajangan, Bantul.

Acara diselenggarakan oleh LPPM UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan KOMPAK (Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan) sebuah program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Australia dalam rangka mengawal dan membantu Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi kemiskinan. Mitra lainnya adalah Universitas Jember dengan official media partner Pesona Desa Nusantara, didukung Beasiswa Pendidikan Indonesia dan Pusat Layanan Difabel untuk Juru Bahasa Isyarat.

Acara ini diselenggarakan secara nasional. hadir dalam acara tersebut dari Sebagian Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) di Indonesia. Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber yang kompeten dan berpengalaman di bidangnya salah satunya Nanang Juniawan, pengelola Daya Desa Klungkung; yang berhasil membawa desa di Jember tersebut menjadi nomine 10 besar desa budaya nasional pada 2022. Rahmad Resmiyanto (Dosen Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga); Annuril Hakim Khozin dari UIN Sunan Kalijaga dan Masduki Rahmad Kepala Desa Guwosari, hadir untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dalam pengembangan wisata religi di daerah tersebut.

Dalam sambutannya, Ketua LPM UIN Sunan Kalijaga, Ir. Trio Yonathan Teja Kusuma,ST.,M.T., menyatakan bahwa wisata religi saat ini menjadi pilihan sebagaian besar masyarakat Ketika hendak melakukan perjalanan wisata. Oleh karena itu dalam berinovasi untuk menggembangkan tempat-tempat tertentu sebagai obyek wisata reliqi perlu memahami bahwa destinasi wisata religi tidak hanya tentang tempat ibadah, tapi juga merangkul keindahan arsitektur, sejarah, dan kekayaan budaya.

Disampaikan Trio Yonathan, dalam kaitannya dengan Desa Guwosari di Kabupaten Bantul yang pada masa lampau dikenal dengan Desa Selarong, merupakan markas perjuangan Pangeran Diponegoro pada masa perang. Saat itu, desa ini telah dikenal sebagai pusat peradaban Jawa sebelum era Mataram Yogya yang disebut Desa Pajangan. Melirik sejarah panjangnya, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga berhasil merintis jalan untuk melestarikan budaya Desa Guwosari sebagai kawasan wisata religi. Sementara, LPM UIN Sunan Kalijaga menindaklanjuti melakukan program-program pengabdian masyarakat, mengembangkan potensi wisata reliqi di wilayah Selarong, Desa Guwosari dengan menelusur makan-makan kuno dan peninggalan sejarah disana. Oleh karena itu melalui diskusi akademik kali ini LPM UIN Sunan Kalijaga ingin mengenalkan apa yang sudah dicapai LPM ini sebagai best pactice yang dapat dikembangkan oleh perguruan tinggi lainnya. Dan melalui diskusi ini diharapkan ada evaluasi dan enrichment konsep terutama kaitannya dengan MBKM, demikian ungkap Trio Yonathan.

Kegiatan dibuka dengan pengantar kegiatan oleh Asnoer Laagu. Sementara itu dalam sambutannya, Sekretaris LPPM Universitas Jember memberikan gambaran singkat mengenai topik yang akan dibahas. Kemudian, masing-masing narasumber diberikan waktu untuk menyampaikan pemaparan terkait peran mereka dalam pengembangan wisata religi di Desa Guwosari, serta bagaimana program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) UIN Sunan Kalijaga turut mendukung upaya tersebut.

Rahmad Resmiyanto memaparkan strategi-strategi kegiatan MBKM yang telah dilakukan UIN Suinan Kalijaga dalam kaitannya untuk mempromosikan Desa Guwosari sebagai destinasi wisata religi. Program ini memungkinkan Mahasiswa untuk terlibat langsung dalam proyek pengembangan desa, memberikan sumbangsih ide dan tenaga, serta memperoleh pengalaman praktis yang berharga. Keberhasilan program MBKM melal;ui LPM UIN Sunan Kalijaga ini divalidasi oleh Masduki Rahmad kepala Desa Guwosari yang mengungkapkan bahwa Mahasiswa merupakan elemen penting dalam pengembangan sebuah Kawasan. Lebih lanjut Masduki menyampaikan dalam pengalaman desa Guwosari paling tidak ada 4K yang merupakan kata kunci bagi pengembangan Kawasan yakni, kelurahan, kampus, keraton dan kabupaten. Peran serta Mahasiswa sangat signifikan dalam menguatkan dan memperkaya narasi pengembangan kawasan, ekonomi dan sosial dan lingkungan desa wisata, demikian ungkap Masduki.

Sementara itu salah seorang Narasumber Khozin dari Komunitas Sarkub menyampaikan bahwa diantara dampak kegiatan MBKM ini adalah pelan pelan muncul kesadaran pentingnya memahami sejarah atau masa lalu dan kemudian disusul dengan kesadaran untuk melestarikan tradisi dan budaya masa lalu tersebut. (tim Humas)