Bedah Buku PKI dan Pelanggaran HAM: Catatan Lapangan dan Kajian Non Yustisia Hadirkan Diskusi Mendalam tentang Sejarah Indonesia

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan bedah buku PKI dan Pelanggaran HAM: Catatan Lapangan dan Kajian Non Yustisia, karya Dr. Amidhan, di Convention Hall, kampus UIN Sunan Kalijaga, 7/10/2024. Agenda akademik kali ini dibuka oleh Wakil Rektor 2, Bidang Administrasi dan Umum, Perencanaan dan Keuangan, Dr. Mochamad Sodik, S.Sos., M.Si. Dalam sambutan pembukaannya, Dr. Moch Sodik menekankan pentingnya diskusi tentang sejarah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh PKI. Pihaknya berharap bedah buku ini bisa menjadi platform edukatif bagi generasi muda untuk memahami isu HAM. Dr. Mochamad Sodik juga menyampaikan permohonan doa restu untuk pembangunan kampus II. Ia mengungkapkan, “Kami berkomitmen untuk mengembangkan infrastruktur pendidikan yang lebih baik. Pembangunan kampus II di Pajangan ini diharapkan akan memperluas akses pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran bagi Mahasiswa. Kami sangat mengharapkan dukungan dari semua pihak, baik dari civitas akademika, alumni, maupun masyarakat luas untuk mewujudkan cita-cita ini,” demikian ungkap Dr. Moch Sodik.

Dr. Amidhan, penulis sekaligus keynote speaker, menjelaskan bahwa buku ini berdasarkan catatan lapangan dan kajian tim Komnas HAM dengan pendekatan non-yustisia. Ia menekankan pentingnya mengungkap sejarah agar keadilan sosial dapat ditegakkan melalui pendekatan humanis. Buku ini menggambarkan konteks sosial dan politik saat itu, menunjukkan dampak pelanggaran HAM pada korban dan masyarakat.

Empat pembicara memberikan perspektif beragam: Chumaidi Syarif Romas membahas peran gerakan Mahasiswa dalam menanggapi pemberontakan PKI; Prof. Dr. Muhammad, M.Ag. memaparkan kamuflase PKI yang berhasil mengecoh masyarakat; Prof. Chamim Chamim meninjau dampak gerakan tersebut terhadap wawasan kebangsaan; dan Sitoresmi Prabuningrat menutup acara dengan pembacaan puisi Rendra, "Maskumambang," yang berhasil menghipnotis audiens mengelana merasakan carut marut keadaan 1965. (tim humas)