Prof. Amin Abdullah Beri Pemahaman Metode Berpikir Multi, Inter, dan Transdisipliner di Forum PKDP

Guru Besar Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Amin Abdullah menjadi Narasumber dalam kegiatan Penguatan Kompetensi Dosen Pemula (PKDP) yang diselenggarakan oleh LPM UIN Sunan Kalijaga. Materi bertajuk "Membangun Integrasi Keilmuan dan Keislaman" disampaikan di hadapan para peserta yang notabene Dosen dari berbagai Perguruan Tinggi Islam pada Selasa (5/11/2024) bertempat di University Hotel.

Rektor UIN Sunan Kalijaga 2 periode (2002 s/d 2010) ini mengawali paparannya dengan menjelaskan lima pilar utama integrasi pemikiran ke-Islaman. Pertama, Qur’an dan Sunnah yang dipandang sebagai teks yang menjadi dasar pemikiran ke-Islaman. Kedua, ilmu-ilmu seperti Hadits, Fiqh, Kalam, dan Tafsir berperan dalam memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran agama dan membantu umat Islam menjalankan ajaran sesuai konteks kehidupan mereka. Ketiga, kajian Sejarah dan Sosiologi dan keilmuan sosial lainnya diperlukan untuk memahami konteks sosial dan budaya, sehingga ajaran Islam dapat diterapkan dengan relevan dalam kehidupan masyarakat.

Sementara pilar keempat, ilmu-ilmu seperti Biologi, Kesehatan dan Lingkungan, serta keilmuan Sains dan teknologi menjadi penting mengingat semakin kompleksnya permasalahan dunia modern yang memerlukan penyelesaian secara komprehenship dengan mengintegrasikan keilmuan sosial, sains dan teknologi, dan keilmuan Islam. Terakhir, pilar Kesepakatan Internasional mengacu pada prinsip-prinsip hak asasi manusia dan kesetaraan gender sebagaimana yang diatur oleh PBB, yang juga harus dipertimbangkan dalam pemikiran ke-Islaman kontemporer agar sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan global.

Kita ketahui bersama, konsep integrasi interkoneksi menjadi salah satu fokus utama pemikiran Prof Amin Abdullah yang terekam dalam berbagai karya tulis yang telah diterbitkan dalam bentuk buku. Beberapa di antaranya adalah Kerangka Dasar Keilmuan dan Pengembangan Kurikulum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif dan Interkonektif, serta Implementasi Paradigma Integrasi Interkoneksi dalam Penelitian: Tiga Disertasi Dosen UIN Sunan Kalijaga. Selain itu, buku Pedoman Implementasi Integrasi Ilmu di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam juga menjadi acuan penting dalam penerapan konsep integrasi interkoneksi dalam dunia pendidikan tinggi Islam.

Dalam paparannya, Cendekiawan terkemuka ini juga menyoroti urgensi penerapan metodologi berpikir dengan pendekatan multi-, inter-, dan transdisipliner yang ia pandang sebagai wujud dari keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pendekatan ini diharapkan mampu mengintegrasikan beragam informasi, data, teknik, dan metode dari berbagai disiplin ilmu, guna memperdalam pemahaman dasar dan merumuskan solusi bagi masalah-masalah kompleks yang tidak dapat dijangkau oleh satu disiplin ilmu saja. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa metode ini berpotensi mengatasi kebekuan dan stagnasi dalam kajian keilmuan yang bersifat parsial. "Kita perlu menciptakan ruang intelektual-spiritual baru yang memungkinkan terciptanya integrasi pengetahuan lintas disiplin,” tuturnya.

Di hadapan para peserta yang antusias menyambut paparannya, Prof Amin mengupas berbagai tantangan yang dihadapi perguruan tinggi, seperti intoleransi, kekerasan seksual, dan radikalisme. Ia mendorong pendekatan pendidikan yang inklusif dan mengedepankan dialog antaragama untuk mengatasi isu-isu tersebut. Merujuk pada visi pendidikan UNESCO 2050, ia menekankan bahwa pendidikan ke depan harus berfokus pada pengembangan manusia yang holistik, dengan peran Dosen sebagai "Transformer of Life," bukan sekadar "Transfer of Knowledge."

Menanggapi pesatnya kemajuan teknologi dalam dunia pendidikan, Figur yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menekankan pentingnya pendekatan yang lebih humanis. Ia mengingatkan bahwa aspek sosial dan interaksi manusia harus tetap dijaga agar pendidikan tidak kehilangan nilai-nilai kemanusiaan di era digital. Pendidikan, menurut beliau, harus membekali siswa dengan kecakapan intelektual, spiritual, dan sosial, bukan hanya memprioritaskan perangkat digital atau teknologi semata.

Untuk itu, sudah selayaknya Perguruan Tinggi Keagamaan berbasis pada integrasi ilmu yang melahirkan pemikiran Muslim progresif-ijtihadis. Pemikiran ini menekankan pentingnya reformasi substansial dalam hukum Islam untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kontemporer. Ini meliputi perlunya ijtihad baru, menggabungkan kesarjanaan Islam tradisional dengan pemikiran Barat modern, dan menolak dogmatisme madzhab tertentu. Pemikirannya juga mengedepankan perubahan sosial yang tercermin dalam hukum Islam, serta fokus pada keadilan sosial, gender, HAM, dan hubungan harmonis antara Muslim dan non-Muslim.

Guru Besar dalam bidang Ilmu Filsafat tersebut menutup paparannya dengan menyajikan sejumlah agenda prioritas yang harus direspon oleh berbagai kalangan, antara lain: pertama, penghormatan terhadap harkat martabat manusia dan penanggulangan perundungan; kedua, mempererat hubungan antaragama dengan mengatasi intoleransi, eksklusivisme, dan radikalisme; ketiga, memastikan kesamaan di depan hukum sebagai warga negara-bangsa; keempat, memajukan kesetaraan gender dan melawan kekerasan seksual; kelima, merespons perubahan iklim dengan kolaborasi ilmu dan sosial; dan keenam, menjaga kelestarian lingkungan dengan integrasi sains, agama, dan budaya. Semua pihak diharapkan berperan aktif demi menciptakan masyarakat yang adil dan berkelanjutan.

Melalui PKDP ini, Prof. Amin Abdullah tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga mendorong peserta untuk menghayati urgensi integrasi antara keilmuan dan ke-Islaman dalam menjawab tantangan global di era kontemporer. Hal ini menjadi perhatian penting bagi para Dosen muda yang perjalanan professionalnya sebagai pendidik masih sangat panjang. Oleh karena itu, para Dosen diharapkan dapat mengemban tugas ini dengan dedikasi yang tinggi menggunakan pendekatan holistik dan berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai ke-Islaman yang relevan dengan dinamika zaman. (tim humas)