Prioritaskan STEM, UIN Sunan Kalijaga Perkuat Langkah Menuju Kampus Otonom untuk Menjawab Tantangan Global

Kegiatan Expert Talk yang diselenggarakan oleh UIN Sunan Kalijaga pada Selasa (17/12/2024) di Aula Convention Hall Lt. 1 menghadirkan deretan narasumber dengan rekam jejak yang gemilang. Narasumber yang hadir antara lain Direktur Pendidikan dan Pengajaran Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D.; Senior Scientist IPB sekaligus anggota BAN-PT dan Dewan Pendidikan Tinggi PTN serta PTS, Dr. Ir. Adil Basuki Ahza, M.S.; Guru Besar Institut Teknologi Bandung, Prof. Intan Ahmad, Ph.D.; Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.; Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas, Drs. Amich Alhumami, MA., M.Ed., Ph.D.; serta Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Bagyo Mulyodiharjo; Wakil Rektor 1, Universitas Sanata Dharma, Prof. Ir. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.d. Acara ini dimoderatori oleh Guru Besar Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Prof. Syafa'atun Almirzanah, Ph.D., D.Min., dan Ketua PMU Pengembangan Kampus 2, Dr. Jarot Wahyudi.

Prof. Noorhadi Hasan menegaskan bahwa pengembangan Kampus II UIN Sunan Kalijaga akan difokuskan pada bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Prof. Noorhaidi menyampaikan bahwa banyak kebutuhan dasar nasional yang harus diatasi, termasuk persoalan pangan, lingkungan, energi, kualitas sumber daya manusia (SDM), serta pertumbuhan ekonomi. Untuk menjawab tantangan tersebut, UIN Sunan Kalijaga berkomitmen mencetak sumber daya manusia yang unggul dan mampu menguasai sains dan teknologi.

Baca Juga:Percepat Wujudkan Universitas Unggul dan Bereputasi Global, UIN Sunan Kalijaga Gelar Expert Talks

Dalam rangka transformasi institusi, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan menjadi prioritas utama sebagai langkah strategis untuk mendukung visi ini. Dengan dukungan sumber daya yang memadai, UIN Sunan Kalijaga memastikan fondasi pengembangan (baseline) yang kuat, arah kebijakan yang terukur, serta pelayanan prima sebagai prinsip utama. "Kita harus melangkah lebih jauh dengan keberanian untuk membuat terobosan besar," ujar Prof. Noorhadi, seraya menegaskan pentingnya inovasi dalam mewujudkan cita-cita besar universitas.

Sementara itu, Prof. Gendis menekankan bahwa setiap generasi memiliki karakteristik unik, sehingga universitas perlu menyesuaikan pendekatan untuk mengisi kebutuhan mereka sembari mengoptimalkan potensi yang dimiliki Mahasiswa. Untuk itu, langkah-langkah strategis yang harus dilakukan kampus untuk dapat memaksimalkan peran sesuai dengan visi Perguruan Tinggi diantaranya: Proses seleksi mencakup evaluasi kognitif dan karakteristik lain yang sesuai dengan visi dan misi universitas; pengembangan fakultas, dalam hal ini Dosen yang menjalankan peran sebagai fasilitator, mentor, pengembang atau pelaksana kurikulum, penilai diagnostik, role model, manajer, pemimpin, peneliti, dan professional; kurikulum inovatif; pemanfaatan teknologi dalam pebelajaran. penelitian dan inovasi harus dilaksanakan secara bersamaan untuk memberikan dampak sosial yang signifikan; kemitraan kolaboratif; lingkungan pendidikan; dan keterlibatan Mahasiswa dan dukungan layanan.

Sementara itu, Prof. Intan menekankan pentingnya keberadaan kampus yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sosial. Mengutip Darwin, Prof. Intan mengingatkan bahwa keberhasilan tidak ditentukan oleh kekuatan atau kecerdasan semata, melainkan oleh kemampuan untuk beradaptasi. Di era teknologi saat ini, revolusi teknologi secara mendasar mengubah cara hidup, bekerja, dan berinteraksi, membawa transformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia. Oleh karena itu, Mahasiswa harus memiliki keunggulan yang membedakan dari lulusan lainnya. Untuk itu, Tugas Dosen menurut Prof. Intan, adalah membekali Mahasiswa dengan kemampuan yang melampaui pemenuhan kurikulum semata. Mahasiswa harus dilatih untuk berpikir kritis dan kontekstual, mengembangkan kebiasaan kerja positif, kepemimpinan, komunikasi, pemahaman matematika, kemampuan pemecahan masalah dan analisis, kerja tim, kreativitas, literasi digital, serta kesadaran global.

Sementara itu, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas, Amich Alhumami, mengungkapkan bahwa untuk memanfaatkan bonus demografi, investasi harus difokuskan pada dua sektor strategis: kesehatan dan pendidikan. Indonesia telah menerapkan kebijakan wajib belajar 13 tahun yang dikombinasikan dengan pendidikan tinggi dan penguasaan iptek, karena sumber daya manusia (SDM) yang unggul akan mendukung peningkatan produktivitas ekonomi nasional. Lebih lanjut, Drs. Amich Alhumami menyoroti peran strategis perguruan tinggi sebagai penyedia layanan pendidikan, agen penelitian, agen transformasi kebudayaan dan teknologi, serta agen pembangunan sosial dan ekonomi yang melahirkan pekerjaan yang membutuhkan keahlian tinggi dan akan dikonversi dengan upah yang mencerminkan produktivitas. Berkaitan dengan hal tersebut, menurutnya, UIN Sunan Kalijaga mampu melakoni peran tersebut serta menjadi tumpuan untuk perguruan tinggi Islam di Indonesia.

Sementara itu, Prof. Bagyo mengungkapkan bahwa setiap perguruan tinggi memiliki baseline serta visi dan misi yang berbeda, sehingga strategi pengembangannya pun akan bervariasi. Membangun infrastruktur semata tidak cukup, begitu pula dengan mengirim Dosen ke luar negeri. Menurut Prof. Bagyo, pembangunan harus dilakukan secara holistik dan tidak dapat diubah dalam waktu singkat. Sebagai preskripsi untuk transformasi SDM, Ia menekankan pentingnya tata kelola universitas yang baik (good university governance). Menurutnya, tantangan terbesar adalah membangun budaya mutu (quality culture) yang harus ditanamkan secara konsisten. Uang saja tidak cukup; diperlukan kepemimpinan yang kuat dan kompetensi untuk menyusun rencana strategis yang efektif.

Adapun Prof. Fathul Wahid menekankan bahwa setiap perguruan tinggi memiliki keunikan tersendiri yang dipengaruhi oleh faktor kontekstual yang sering kali diabaikan dalam perumusan kebijakan. Salah satu kunci utama kemajuan perguruan tinggi adalah kualitas Dosen. Beliau mengutip isi dari buku karya Jim Collins, "Good to Great," yang menyatakan bahwa antonim dari kata hebat bukanlah buruk, melainkan baik. Keluar dari jebakan merasa baik untuk menjadi hebat bukanlah hal yang mudah. Ia juga menggarisbawahi pentingnya tiga disiplin utama untuk mencapai keunggulan: orang-orang yang disiplin, pemikiran yang disiplin, dan tindakan yang disiplin.

Sementara Jarot Wahyudi selaku moderator, menambahkan bahwa transformasi perguruan tinggi yang kokoh harus berlandaskan pada pendekatan berbasis kekuatan sendiri. Pengetahuan yang melekat pada Dosen, Tenaga Kependidikan, dan Mahasiswa merupakan aset penting yang harus dikelola secara optimal. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pemimpin dengen level tertinggi harus memenuhi tiga kriteria utama: memiliki pengetahuan mendalam di bidangnya, keterampilan yang relevan, dan komitmen tinggi untuk menekuni dan memajukan institusi perguruan tinggi yang dipimpinnya. (tim humas)