IKASUKA Mengajak Generasi Muda untuk Ikut Andil Merawat Indonesia
Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A, Ph.D, menyambut kedatangan Brigjen Pol. Drs. Edi Setio Budi Santoso Sebelum Mengisi Semina
Kamis (27/09), Masih dalam rangkaian Mensyukuri Kelahiran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ke-67, Ikatan Alumni UIN Sunan Kalijaga (IKASUKA) adakan Kuliah Umum dengan tema, "Mencegah Pengaruh Ideologi Ekstrimisme di Kalangan Anak Muda Indonesia". Hadir sebagai narasumber adalah Brigjen Pol. Drs. Edi Setio Budi Santoso (Dirbintibmas Korbinmas Baharkam Polri) dan Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Drs. K. Yudian Wahyudi, Ph.D., bertempat di Gedung Prof. R. Soenardjo.
Dr. Abdur Rozaki, M.Si, Sekretaris Jenderal IKASUKA dalam sambutanya menjelaskan, Tema ini diusung berdasarkan beberapa fenomena yang cukup memprihatinkan akhir-akhir ini, khususnya adalah wilayah gerakan ekstrim-radikal yang ditunjukkan oleh beberapa kelompok yang menghendaki perubahan konstitusi negara dan beberapa paham ekstrem lainnya yang meliputi wilayah gerakan pemikiran.
"Acara ini merupakan gebrakan perdana dari agenda tahunan Ikatan Alumni UIN Sunan Kalijaga (Ikasuka) yangdiharapkan mampu membentengi anak muda dalam menjaga dan membela negara. Di sisi lain adalah ini merupakan upaya Perguruan Tinggi Islam Negeri dalam mengusung Islam Indonesia sebagai kiblat dunia Muslim lainnya melalui moderasi Islam," tutur Abdur Rozaki.
Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi,M.A, Ph.D, menyampaikan bahwa gerakan ekstrim-radikal seperti halnya penyakit yang jika didiamkan atau tidak dilanjuti oleh pemerintah, akan mengancam dan mengkudeta NKRI itu sendiri dalam level konstitusionalnya. Setidaknya pemerintah harus berani mengatakan bahwa Indonesia (Pancasila) adalah negara hukum religius dan sekularitas baik sumber dan tujuannya. Dikatakan Pancasila adalah religius karena muatannya bersifat Illahi dan wadh'i (kekinian). Artinya Pancasila adalah hasil keputusan bersama (ijma/konsensus) dari hukum Tuhan yang kemudian diijtihadkan dengan pemahaman atau konsep baru yang lebih maslahat (sekularitas) dan mengoptimalisasi nilai-nilai lokal.
Sementara menurut, Brigjen Edi, bahwa paham ekstrimisme banyak menyerang kalangan muda dari berbagai sisi, baik pola pikir, radikal teroris, radikalisasi agama, dan paling masif adalah melalui media. Ekstrimisme dalam pandangannya adalah paham sekaligus tindakan di luar batas nalar dan kesepakatan moral maslahat. Kaum muda yang tidak sedikit diserang adalah mereka yang memiliki kecenderungan merasa terkucilkan oleh negara dan mudah terdoktrinasi oleh isu global. (Doni-Humas)