Co-active Dakwah, Salah Satu Model Dakwah Baru di Era Millenial
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan 2nd International Da’wah Conference (IDACON) pada tanggal 16 Oktober 2018. IDACON tahun ini menghadirkan narasumber dari Amerika dan Singapura serta crew Film Documenter Pengantin. Acara IDACON menyedot perhatian khalayak, sampai peserta mebludak dan antusias mengikuti sampai sesi terakhir.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr. Hj. Nurjannah, M.Si membuka acara IDACON, lalu Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Yudian Wahyudi, menyampaikan keynote speech-nya. Acara IDACON selanjutnya adalah plenary session yang terdiri dari tiga narasumber yaitu Prof. Ronald A Lukens-Bull, Ph.D, (University of North Florida), Dicky Sofjan, Ph.D, (Indonesia Consortium for Religious Studies - ICRS), dan Noor Huda Ismail, Ph.D (Visiting Fellow RSIS Singapore).
Prof. Ronald A Lukens-Bull menyampaikan bahwa Indonesia mempunyai pengalaman yang kuat dalam mengelola keberagaman. Namun demikian juga ada kelompok yang mengarah pada extremism yang menganggap bahwa semua yang dari Barat jelek (evil) karena selalu dihubungkan dengan film Hollywood yang tidak Islami, pemabok dan juga kapitalis.
Dicky Sofjan, Ph.D menyampaikan bahwa dakwahtainment yang bermunculan di TV merupakan kegiatan dakwah yang meintegrasikan aspek hiburan dengan cenderung membawa corak keislaman yang concervatif dan tidak mengajak berfikir kritis. Bahkan Dicky menyebutkan kalau prosentase tontonan (hiburan) lebih dominan (70%) daripada tuntunan (pencerahan) yang hanya sekitar 30%. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dakwah yang lebih banyak pencerahan dan penyelesaian masalah-masalah sosial kemasyarakatan daripada yang hanya sekedar menghibur.
Narasumber ketiga, Noor Huda Ismail, Ph.D menyampaikan salah satu upaya model dakwah yang baru yaitu Co-active Dakwah (dakwah yang melibatkan audiens secara aktif). Menurut Noor Huda, di era millenial ini, dakwah melalui media dan dakwah dengan mengajak para audience untuk menyelesaikan masalahnya sendiri menjadi sangat penting. Noor Huda menganggap bahwa semua orang mempunyai potensi untuk melakukan perubahan di masyarkat, tidak hanya dapat dilakukan oleh para pendakwah mainstream yang banyak dikenal di masyarakat.
Terakhir, Alimatul Qibtiyah, Ph.D selaku moderator menekankan bahwa perlu ada upaya cerdas dan kolaboratif untuk mengubah dakwahtainment menjadi dakwahlightment. (Alim & Euis)