Dr. Diah Ajeng Purwani, S.Sos., M.Si., Menambah Barisan Doktor Fakultas Sosial dan Humaniora
“Beberapa tahun terakhir, jumlah komunitas Social Entrepreneurs meningkat di Indonesia. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI Agung Gede Ngurah pada saat acara Wirausaha mandiri di UGM menyatakan bahwa wirausaha muda yang mandiri khususnya bidang sosial terus bermunculan walaupun Indonesia masih tertinggal dibanding Singapura yang sudah mencapai 7%,” Tetapi ini merupakan angin segar bagi Indonesia untuk terus memacu jumlah wirausaha mudanya dalam rangka memacu Indonesia menjadi negara maju. Pemerintah akan terus berupaya memacu tumbuhnya wirausaha muda mandiri, melalui kebijakan dan program-program inkubasi dari tingkat pusat sampai ke daerah-daerah.
Menilik masih banyaknya kendala yang dialami Young Social Enterpreneurs, dalam rangka menggelorakan tumbuhnya Social Enterprenaur, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Sosial dan Humaniora, Diah Ajeng Purwani, S.Sos., M.Si., melakukan riset yang mengangkat judul “Unsur Pemberdayaan Young Social Entrepreneurs Yogyakarta di Era Digital”. Hasil riset Diah Ajeng dipresentasikan untuk meraih gelar Doktor Bidang Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, di hadapan Tim Promotor dan Penguji; Prof. Dr. Parni, S.U. dan Dr. agr. Ir. Sri Peni Wastuningsih, pada Sekolah Pascasarjana, UGM, 9/4/19, di kampus setempat.
Melalui karya risetnya, Diah Ajeng berhasil mengungkap bahwa, saat ini Indonesia memiliki 1,65% wirausaha dari total 250 juta penduduk. Angka ini meningkat karena sampai dengan tahun 2014, jumlah wirausaha mandiri dak pernah mencapai angka 1%. Diah Ajeng juga mengungkap, sesungguhnya Indonesia meiliki potensi besar untuk mengembangkan sociopreneurs, karena 84 juta milenial yang dimiliki bangsa ini dan akan mencapai puncaknya beberapa tahun ke depan. Survei yang dilakukan m Marketer menyimpulkan bahwa ada subkultur yang mempengaruhi dinamika dunia dan pasar saat ini yakni Youth, Women, Nezen (YWN).
Pemerintah terus mendorong generasi muda negeri ini untuk berwirausaha demi membuka lapangan pekerjaan karena berdasarkan Badan Pusat Stask (BPS), angka pengangguran di negeri ini mencapai 7,24 juta. Pemerintahan era Presiden Jokowi bahkan mencanangkan program 1000 teknopreneur sampai 2020. Para teknopreneur yang diharapkan muncul tentunya berasal dari kalangan pemuda yang notabene pegiat dunia digital,” kata Promovendus..
Keseriusan Pemerintah untuk menumbuhkan Social Enterpreneur juga terlihat dari dilakukannya kerjasama dengan Google dalam bentuk edukasi IT dan pemberdayaan ekonomi digital bagi UMKM. Sejumlah kebijakan juga diambil pemerintah untuk mewujudkan upaya visi Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Menurut Diah Ajeng, upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah dirasa tepat, karena Indonesia membutuhkan pengusaha berbasis teknologi yang usahanya mempunyai dampak sosial. Bersamaan dengan itu juga banyak bermunculan Tokoh-tokoh penggerak bisnis berbasis digital. Sementara, Indonesia membutuhkan pengusaha-pengusaha muda yang usaha mempunyai dampak sosial dengan memaksimalkan teknologi berbasis digital.
Menurut Diah Ajeng, penelian kali ini menghasilkan pandangan teorik baru mengenai pemberdayaan dalam dunia digital untuk generasi milenial melalui unsur-unsurnya yang selama ini belum pernah ada dalam ranah penyuluhan dan komunikasi pembangunan. “Oleh karena itu Pemerintah harus mendorong perkembangan Young Social Enterpreneurs dengan memberikan kebijakan-kebijakan yang berbeda dengan bisnis pada umumnya yang tidak berdampak sosial. Payung pajak selama ini masih sama dengan bisnis pada umumnya. Ajeng berharap, Pemerintah akan melahirkan kebijakan-kebijakan yang mendorong antusiasme generasi muda untuk memanfaatkan kemajuan dunia digital sebagai wahana berbisnis dan membuat regenerasi agar bisnis sosial terus berlanjut, dengan dampak positif bagi masyarakat yang semakin meluas. akan Oleh Tim Promotor dan penguji, Dr. Diah Ajeng Purwani, S.Sos., M.Si., dinyatakan lulus dengan predikat “Comlaude.” (Weni/Doni)