UIN Suka Prakarsai Konferensi Global Solidaritas Kemanusiaan
Paus Fransiskus, bersama Imam Besar Al Azhar, Syeikh Ahmed Al-Tayyeb, menandatangani dokumen tentang persaudaraan manusia untuk perdamaian dan koeksistensi dunia dan mempresentasikannya kepada dunia pada konferensi dunia di Abu Dhabi, 4/19/2019. Agenda kesepakatan dua pemimpin besar tersebut mengilhami semua orang percaya bahwa dengan percaya kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta, makhluk dan semua manusia (seperti rahmat-Nya). Orang percaya dipanggil untuk mengekspresikan persaudaraan manusia ini, melalui ciptaan dan seluruh alam semesta, melindungi semua orang, terutama kaum miskin dan dan yang membutuhkan uluran tangan. Kesepakatan dua pemimpin besar ini ditengarai, karena dua dekade terakhir, berbagai bentuk kekerasan telah mengakibatkan setengah juta orang, atau 1.300, meninggal setiap hari setiap tahun (Bank Dunia, 2016).
Ambisi politik yang tidak terkendali telah mendorong umat manusia ke jurang kekacauan global, konflik etnis yang penuh kekerasan dan perang terbuka, serta implikasinya seperti penyebaran konflik bersenjata di Asia Tenggara dan Timur Tengah dan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh pengungsi internasional dan gelombang konflik pengungsi. Mungkin yang paling rumit dari semuanya adalah munculnya ekstremisme kekerasan ideologis dan agama, yang menyerang tidak hanya yang dianggap musuh, tetapi juga warga sipil yang tidak bersalah. Ini rumit dan dilematis karena banyak masyarakat menerima agama sebagai sumber makna dan inspirasi. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa ekstremisme agama tidak hanya menarik orang-orang fanatik yang ambisius tetapi juga orang-orang tak berdosa yang salah informasi. Ekstremis teroris telah melakukan serangan membabi buta di beberapa negara Eropa di antara jutaan pengungsi dari Timur Tengah dan Afrika. Hal ini menciptakan sentimen yang semakin negatif di antara warga negara tuan rumah terhadap pengungsi.
Untuk melanjutkan upaya dialog antaragama yang diprakarsai oleh dua tokoh agama paling berpengaruh tersebut, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bersama Tangaza University College, Umma University, Global Ministries University, dan Harmony Institute menyelenggarakan konferensi global tentang Fratelli Tutti - Ukhuwwah Insaniyyah: Membangun Jembatan Solidaritas Kemanusiaan. Agenda besar ini dilakukan secara Daring, terpusat di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogtakarta, 19 s/d 21/8/2021. Terkait agenda besar ini, Rektor UIN Sunan Kalijaga dalam koordinasi dengar pendapat, 6/8/2021, mendukung sepenuhnya. Rektor juga menyampaikan, kelanjutan dari agenda besar ini yakni; pemberian gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (HC) kepada dua tokoh besar di atas. Audiensi dengan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sudah dilakukan, 26/7/2021. Menurut Prof. Al Makinpemberian gelar kehormatan Doktor Honoris Causa bagi tokoh agama dunia sejalan dengan rencana Presiden Joko Widodo yang akan menetapkan tahun 2022 sebagai tahun toleransi. “Ini momentumnya sangat kuat, semoga mendapat pengaruh yang baik di tingkat nasional maupun internasional,” kata Rektor.
Baca juga:UIN Sunan Kalijaga Anugerahkan Gelar Doktor Kehormatan untuk Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid
Sementara itu, ketua panitia penyelenggara, AchmadNurdany, S.E.I., S.E., M.E.K. menjelaskan bahwa konferensi global kali ini diselenggarakan sebagai upaya untuk memahami perbedaan perspektif dan pendekatan dalam menghadapi dan/atau mengurangi intoleransi, ekstremisme agama, dan kekerasan berbasis agama. Mendialogkan pentingnya pemberdayaan keluarga dalam mengajarkan nilai-nilai toleransi dan perdamaian. Menjaga solidaritas antar agama dan kelompok yang berbeda di masa pascapandemi. Dalam pelaksanaannya, konferensi dibagi menjadi empat sesi : Seremonial konferensi global, lokakarya, sesi diskusi global dan penutupan. Registrasi untuk mengikuti agenda ini bisa dilakukan melalui http://ukhuwah.uin-suka.ac.id.
Pada agenda seremonial konferensi global mengangkat tema “Membangun Jembatan Solidaritas Kemanusiaan” yang menjadi kesepakan dua pemimpin besar Paus Fransiskus, bersama Imam Besar Al Azhar, Syeikh Ahmed Al-Tayyeb, 19/8, menghadirkan para pembicara Wakil Rektor Tangaza University College, Prof. David Wang'ombe. Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Al Makin. Rektor Umma University, dr. Gerald Grudzen. Ketua Dewan Harmony Institute, Prof. Fredrick Iraki. Wakil Rektor Umma University, dr. Idle Farah. Sekretaris Dewan Kepausan untuk Dialog Antar agama, Mgr Lucio Sembrano. Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas. Sekjend Kemenag untuk Perdamaian Internasional, dr. Azza Karam. CEO Komisi Kohesi dan Integrasi Nasional (NCIC), Kenya, Pdt. Dr. Samuel Kobia. Alissa Wahid dari Jaringan Gusdurian. Direktur Institut Internasional untuk Studi Islam dan mantan Direktur Pusat Islam Inggris, dr. Mohammad Ali Shomali. Pdt. Dr. Patrick Ryan, S.J., McGinley. Wakil Kepala Kadhi, Sheikh Hassan Suqyan. Ketua Komisi KCCB tentang Dialog Antaragama dan Studi Islam, Uskup Wilybard Lagho.
Sementara itu pada sesi lokakarya/workshop (20-21/8) menghadirkan para pembicara dari UIN Suka, UKDW Yogyakarta, ISI Yogyakarta, Nanyang Technological University Singapore, Fatoni University Thailand, dan para pembahas dari dalam dan luar negeri. Yang antara lain akan mendiskusikan bagaimana memerangi intoleransi, ekstremisme agama dan kekerasan. Bagaimana melakukan penguatan peran keluarga dalam memediasi toleransi dan perdamaian. Dan bagaimana upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan dalam menjaga solidaritas kemanusiaan di masa pascapandemi. Konferensi akan diakhiri dengan deklarasi para pemimpin agama di Indonesia, demikian jelas Ahmad Nurdany. (Weni/Alfan)