SEPAK BOLA MENGUSIK SEPAK TERJANG QATAR ( Prof Ibnu Burdah GB Kajian Timur Tengah UIN Suka)
Di luar dugaan, tim sepakbola Indonesia U-23 menggebrak Asia. Indonesia maju ke babak semi final pertama kalinya setelah mengalahkan raksasa Asia Korea Selatan. Akibatnya, Korsel harus absen pertama kalinya dalam 40 tahun terakhir dari ajang sepak bola olimpiade. Bahkan di penyisihan, timnas sudah mengalahkan tim-tim yang notabene jauh di atasnya, Australia dan Yordania. Garuda Muda yang akan menghadapi Uzbekistan di semi final berpeluang membuat catatan historik lainnya. Kesuksesan ini menyatukan kembali hati bangsa Indonesia dg kebanggaan dan kebahagiaan tiada tara setelah ketegangan pemilu.
Indonesia hanya kalah saat lawan timnas Qatar. Namun, kekakalahan itu diwarnai kontroversi kinerja wasit Nasrullo Kabirov. Dalam pertandingan pertama di Grup A, wasit memberikan tendangan pinalti kontroversial untuk Qatar di menit 44. Tak berhenti di situ, wasit juga memberikan kartu merah untuk Ivan Jenner di menit 46. Dua insiden itu jadi sumber protes PSSI dan olok-olok dunia terhadap penyelenggara sebab jika dicermati dua keputusan itu aneh. Tuduhan warganet di Timur Tengah, Asia Tenggara, bahkan Eropa pun jadi liar, wasit Kabirov sudah “dibeli”.
Cemoohan terhadap ketidakfairan penyelenggara, khususnya kinerja Kabirov, tak hanya ungkapan verbal tapi juga meme-meme dan video-video lucu dengan jumlah view dan respon luas. Dalam kolom komentar, seorang netizen dari Irak memastikan timnas Argentina sekalipun pasti kalah lawan Qatar dengan cara itu.
Kritik terhadap wasit merembet ke hal tak berkaitan langsung. Qatar sebagai sebuah negara jadi bulan-bulanan, dituduh memanfaatkan status tuan rumah dan uang berlimpah untuk memenangkan timnya. Qatar dituduh menggunakan segala cara untuk membangun imej sebagai negara “hebat” dan terpandang. Berita-berita miring lama kembali diungkit termasuk isu HAM dalam persiapan piala dunia 2022.
Celakanya, preseden kontroversial terjadi pada pertadingan sebelumnya. Dua kali lawan Yordania sebagai contohnya. Dalam pertandingan final Piala Asia 2023 yang digelar dua bulan lalu, ada tiga tendangan pinalti untuk Qatar menit ke-22, 73 dan 90+5. Dua insiden pertama dinilai kurang layak karena kurangnya sentuhan kedua pemain dan yang ketiga dinilai posisi pemain Qatar offside. Sontak itu jadi bahan cemoohon para supporter dan nitizen, terutama dari Yordania dan negara-negara Arab. Demikian juga pada saat penyisihan dalam pertandingan Yordania U-23 vs Qatar U-23. Gol penentu kemenangan Qatar tercipta di waktu tambahan yang seharusnya sudah habis. Wasit seharusnya meniup peluit pertandingan menit 100 baru mengakhiri pertandingan menit 109. Jadi, kritik itu bukan tanpa alasan.
Nama besar Qatar yang dibangun dengan susah payah dan dana besar terkena dampak. Padahal Qatar sedang membangun imej negara serba wah dan disegani dunia. Keberhasilan penyelenggaraan piala dunia 2022 mengangkat tinggi postur Qatar di mata dunia. Langkah-langkah besar lain diambil untuk membangun imej Qatar yang maju dan “cerdas”. Visi 2030 yang menetapkan pembangunan berkelanjutan pada empat pilar dibentangkan sejak 2008, jauh lebih awal dari Visi 2030 Saudi yang jadi berita besar dunia.
Negara ini hebat dalam capaian kesejahteraan materialnya berkat produksi minyak bumi dan gas alam melimpah padahal jumlah penduduk sedikit. Negara ini stabil di tengah gelombang gerakan rakyat yang menyapu kawasan satu setengah dekade terakhir. Qatar sering tercatat sebagai negara berpendapatan perkapita tertinggi di dunia. Qatar juga memperlihatkan tahap pembangunan smart city dan berkelanjutan melampaui negara-negara Arab dan Timur Tengah pada umumnya. Doha, ibu kota Qatar, adalah salah satu pusat investasi global, penghubung tiga benua, dan seterusnya.
Geopolitik
Dalam politik kawasan, Qatar memainkan peran signifikan, jauh melampaui kapasitas geografis dan jumlah penduduknya. Dengan resources ekonomi besar Qatar membentangkan sayapnya “hadir” dalam peristiwa-peristiwa besar penentu sejarah Timur Tengah.
Ketika dunia Arab disapu gelombang protes rakyat, media Qatar jadi salah satu aktor terutama melalui jaringan Aljazeera. Stasiun TV itu dipandang turut menggerakan rakyat Mesir melawan Mubarak, rakyat Tunisa melawan Zainal Abidin bin Ali, rakyat Suriah melawan Basyar Asad. Qatar sekarang sedang berperan aktif dalam upaya gencatan senjata di Gaza. Negara “pecahan” Bahrain ini tak hanya menancapkan pengaruhnya di Gaza tapi juga di Libya, Sudan, Maroko, dan seterusnya. Lembaga filantropinya menembus negeri-negeri Muslim sedunia.
Berbeda dari orientasi negara-negara Arab Teluk tetangganya, Qatar dikenal aliansi Turki, khususnya di bawah AKP dan Erdogan. Hubungan sejak zaman Turki Ustmani menguasai wilayah Teluk dan menyerahkan kekuasaan kepada klan Ali Thani terpelihara hingga sekarang. Qatar selamat dari aksi boikot sejumlah negara Arab tetangga yang mematikan juga salah satunya karena dukungan penuh Turki. Qatar menjaga hubungan baik dengan Iran di tengah rivalitas tajam antara negara-negara Arab Teluk dengan negara itu.
Berbeda dengan negara Arab Teluk lainnya, Qatar dekat dengat kelompok Islamis seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir, Hamas di Gaza, Hizbu al-Nahdhah di Tunisia, Fajr Libiya bahkan sempat dituduh mendukung Thaliban meski hal itu dibantah langsung oleh Syekh Tamim. Negeri kaya ini pernah dituduh membiarkan para pemodal terorisme beroperasi di wilayah itu, dianggap mendukung Hamas dan seterusnya. Lembaga amal di negara itu bahkan pernah dituduh mendukung operasi Tandzim alQaeda. Tentu saja Qatar menolak mentah-mentah tuduhan itu.
Berbagai sepak terjang Qatar di kawasan selama ini dengan plus minusnya membentuk reputasi unik keemiran mungil tersebut di mata masyarakat Arab dan dunia. Gelombang tuduhan tentang malpraktik penyelenggara dalam beberapa pertandingan di piala Asia U-23 mengganggu pembentukan imej tinggi yang diperjuangkan rezim Qatar selama ini. (Dimuat di Jawa Pos, 29 April 2024).
***