REKTOR BARU UIN SUKA JOGJA (Fathorrahman Ghufron Wakil III Dekan Saintek)

Setelah tertunda sekian purnama, akhirnya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakart mempunyai Rektor secara definitif. Noorhaidi Hasan yang dilantik pada tanggal 9 Agustus 2024 sebagai Rektor UIN Suka periode 2024-2028 di Kemenag Jakarta, menjadi penentu babak baru perjalanan UIN Suka dalam empat tahun ke depan. Selain itu, Noorhaidi yang dibesarkan dalam iklim pengetahuan bercorak tradisi Timur (madrasah dan IAIN) dan Barat (S2 dan S3 Belanda), ditantang untuk mengeksprementasikan kemampuan intelektual dan managerialnya dalam menahkodai kampus unggulan PTKIN dan termuka.

Sebagai kiblat akademik yang sangat diperhitungkan di Indonesia, nasib UIN Suka berada dalam garis takdir kepemimpinannya. Pengalamannya di bidang tata kelola keilmuan yang terikat dalam berbagai asosiasi, terutama bidang Politik Islam dituntut selaras dengan tata kelola kepemimpinan yang terikat dalam aneka rupa birokrasi dan administrasi.

Noorhaidi yang telah mengabdikan dirinya di berbagai perhelatan akademik di dalam maupun luar negeri dan banyak terjun di berbagai riset sosial keagamaan dengan aneka rupa fokus kajian kontemporer, ditantang untuk mentransformasikan talenta kolaborasinya ke ruas kebijakan dan pola kepemimpinan di UIN Suka. Terlebih lagi, UIN Suka telah lama menasbihkan dirinya sebagai kampus berkelas dunia (world class university).

Setidaknya, Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 yang mengamanahkan kesungguhan dan komitmen perguruan untuk meningkatkan daya saing dalam peta akademik global, bisa disadari dan dimanifestasikan dalam pelbagai kebijakan strategis di UIN Suka. Dengan cara ini, maka keberadaan pimpinan baru UIN Suka bisa menstimulasi segenap civitas akademika dalam memaksimalkan peran dan keterlibatan akademiknya di kancah global.

Namun demikian, untuk merancang kebijakan yang selaras dengan kesungguhan menaikkan derajat UIN Suka di kancah global, tentu harus ditopang berbagai sarana, prasarana, sumber daya manusia, pengembangan kelembagaan, dan elemen lainnya yang sifatnya sangat niscaya. Posisi Noorhaidi yang selama ini telah berpengalaman mencecap sebagai Dekan dan Direktur Pascasarjana di UIN Suka, juga pernah menjabat Dekan di IIIU, Jakarta menjadi modal sosial akademik untuk menahkodai UIN Suka dalam empat tahun kedepan.

Melejitkan UIN Suka

Dalam empat tahun ke depan Noorhaidi akan menjadi salah satu penentu arah perjalanan UIN Suka dalam mengarungi bahtera akademik dan memasuki pergulatan kancah global. Tantangan dan rintangan birokrasi yang selama ini dianggap menjadi benalu bahkan kerangkeng besi (iron cage) yang menghambat lajunya perjalanan UIN Suka, tentu harus disikapi secara taktis metodis. Semangat terobos (breakthrough) yang pernah dilakukan ketika menjadi pimpinan dilevel fakultas dan pascasarjana perlu “dididihkan” kembali sehingga bisa mencapai suhu penempaaan akademik yang bisa berdampak lebih luas.

Untuk melakukan berbagai kebijakan out of the box tersebut, tentu Noorhaidi membutuhkan tim orkestrasi kepemimpinan yang bisa saling seirama dan mau saling bersenyawa. Sebab, betapapun kuat komitmen dirinya untuk melejitkan UIN Suka ke berbagai ruang geliat akademik yang progresif, namun bila tidak ditopang oleh berbagai penyanggah kepemimpian yang bernyali dan bertaji, bisa jadi setiap ikhtiar terobosnya akan layu sebelum berkembang. Bahkan, pada titik tertentu, kadangkala, kerja birokrasi yang digerakkan oleh tangan tak tampak (invisible hand) yang turut serta ingin memengaruhi pola kepemimpinan seorang rektor dengan cara “menakut-nakuti atas nama peraturan” menjadi “hantu akademik” yang bisa menyiutkan nyali dan taji seorang pimpinan.

Oleh karena itu, ketika Noorhaidi mempunyai komitmen melejitkan perguruan tinggi dalam visi kepemimpinannya sebagai rektor baru UIN, maka dalam orkestrasi kepemimpinannya perlu ditopang oleh tim kepemimpinan yang kadang bisa menyerang, nengumpan, dan mengatur irama kerja yang dialektis-komplementer agar mencapai pada target kemajuan yang diinginkan.

Di samping itu, kolaborasi dengan berbagai pihak di dalam dan luar negeri yang selama ini turut melingkupi jejak kepemimpinan Noorhaidi, perlu direvivalisasi sebagai daya pendorong kerjasama UIN Suka, agar tapak pergulatan yang telah dipasang di berbagai imajinasi mengglobal dan mendunia, bisa menciptakan sebuah jejak-jejak peradaban yang bermanfaat bagi masa depan UIN Suka.

Semoga, kepemimpinan Noorhaidi dalam menahkodai UIN Suka menjadi inspirasi bersama dalam melanjutkan warisan terdahulu yang baik sembari merancang inovasi dan terobosan yang lebih baik. (Tulisan ini sdh terbit di Koran KR 24 Agustus 2024)