2nd USICON on Opportunties and Challenges on Religion and Religiosity in the Era of Disruption
Para pembicara setelah melaksanakan seminar berswafoto bersama.
Era disrupsi secara sekilas diambil dari konsep Clayton Cristensen tentang “Disruptive Innovation,” dengan munculnya perubahan di wilayah teknologi yang ditemukan wajahnya dalam dunia bisnis. Disrupsi juga terjadi pada ranah keagamaan dan studi agama terutama dengan kuatnya pengaruh media sosial dalam membentuk nalar dan praktek keagamaan baru. Kekacauan tatanan sosial keagamaan, ekonomi maupun politik yang datang secara tiba-tiba inilah yang menjadi konsep pokok/titik landasan dihelatnya konferensi internasional yang kedua ini.
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan Islamic Cultural Center (ICC), CRCS, Forum Mahasiswa Studi Islam (Formasi), Interfaith Voice Dian Interfidei, Jurnal Musawa, Jurnal Esensia dan beberapa lembaga lain, kembali menghelat acara tahunan USICON (Ushuluddin Internasional Conference) dengan tajuk “Opportunities and Challenges on Religion and Religiosity in the Era of Disruption” untuk yang kedua kalinya, Senin-Selasa (5-6/11).
Bertempat di Convention Hall, acara rutin tahunan ini menghadirkan pembicara dari mancanegara, di antaranya ialah Prof. Tahmina Rasyeed (University of Canberra Australia), Prof. Ronald Lukens-Bull (University of North Florida USA), Prof. Hakimelahi (Iran), dan Dr. Leon Moosavi—(Universitas Liverpool, Singapura).
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. KH. Yudian Wahyudi, MA. menuturkan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam sudah selayaknya mengadakan acara konferensi berskala internasional ini. Sejalan dengan apa yang diinginkan dan dicita-citakan bersama untuk menjadikan UIN Sunan Kalijaga sebagai universitas kelas dunia di bidang kajian keislaman—World Class University in Islamic Studies.
Lebih lanjut Yudian mengatakan, sejauh ini perguruan tinggi Islam terlalu terpaku pada penguasaan bahasa Arab yang berbentuk hafalan, sehingga lemah dalam bahasa Inggris (membaca sumber Inggris dan menulis dalam bahasa Inggris). Maksudnya, tidak saja menguasai sumber-sumber Islam dari Arab—Timur Tengah, melainkan juga mengkaji dan mendalami sumber-sumber pemikiran Islam yang lahir di Barat—yang notabene dengan bahasa Inggris.
“Kita harus melakukan perubahan untuk mendorong dosen-dosen muda mempublikasikan tulisannya tulisan-tulisannya di jurnal-jurnal Internsional sebagai upaya mengimbangi perubahan. Mendorong lahirnya profesor-profesor baru. Jika tidak, kita akan kalah—akan jauh tertinggal.” Tegas Rektor dalam sambutannya.
Sebagai pembicara pembuka Tahmina Rashid mengulas tentang agama dan keberagamaan di Pakistan dengan menyoroti beberapa kejadian yang terjadi beberapa dekade belakangan ini. Dengan mengambil dua contoh kasus; kriminalisasi perempuan Kristen dan perkosaan lalu pembunuhan terhadap seorang perempuan. Besarnya peran media sosial dalam mengarahkan opini publik yang pada gilirannya, akan menjadi pertimbangan berarti bagi para pengambil kebijakan dan pemerintah.
Sementara itu, Prof. Ronald Lukens-Bull memaparkan definisi kata disrupsi yang tidak melulu dipahami sebagai sesuatu yang negatif. Ia menjelaskan bahwa seorang guru yang memberi tantangan berpikir pada peserta didiknya dengan tujuan meluaskan perspektif juga telah melakukan tindak disruptif, namun dalam pengertian yang positif.
Prof. Lukens-Bull menjelaskan agama-agama besar hari ini juga merupakan sebuah hal disruptif pada awal kemunculannya, setidaknya bagi tatanan sosial yang sudah mapan saat itu. Ia kemudian menyoroti jihad yang belakangan ini marak menjadi slogan beberapa aksi besar di Indonesia. “Jihad yang dilakukan oleh kebanyakan pesantren dan PTKIN, utamanya UIN Sunan Kalijaga, harus tetap diperjuangkan; jihad untuk membawa berbagai pihak dalam dialog (conversation) bukannya saling meneriaki satu sama lain” tutur Lukens-Bull.
Dr. Fatimah Husein menerangkan tentang peran sosial media di era ini dan dinamika keberagamaan Muslim di Indonesia. Ia menyampaikan bahwa terjadi apropriasi terhadap perkembangan teknologi yang dilakukan oleh kalangan Muslim di Indonesia. Keputusan apropriasi ini membawa beberapa konsekuensi serius, terutama besarnya kemungkinan untuk terjebak dalam riya’, yang secara sederhana bisa dipahami sebagai kesombongan.
Fatimah Husein menambahkan, segera setelah menyadari konsekuensi ini sejumlah Muslim menolak secara keseluruhan. Kelompok Muslim lain, bagaimanapun juga, tetap menggunakan teknologi karena merasa dimudahkan dalam berbagai hal. Umat muslim melakukan sejumlah negosiasi setelah mengapropriasi perkembangan teknologi untuk kepentingan beragama seperti fenomena gerakan One Day One Juz (ODOJ) dan sedekah online sebagai contohnya.
Dr Leon memberikan ulasan tentang islamophobia sebagai salah satu fitur era disrupsi. Disrupsi bukan sesuatu yang baru, terutama bagi masyarakat yang hidup di area pinggiran (rural/margin), salah satunya adalah masyarakat global south. Tidak sedikit masyarakat yang terpengaruh sehingga menjadikan global north sebagai model dan sumber kebanggaan. Dalam superioritas yang dinikmati ‘masyarakat utara’ ini islamophobia menemukan konteksnya.
Leon menambahkan dalam banyak kasus, islamophobia berjalan beriringan dengan ekstremisme. Usaha merekrut lebih banyak pengikut, kalangan ekstremis sering mengolah isu islamphobia dan membangkitkan simpati pada Islam. Segera setelah itu, Ia memberikan penekanan bahwa di Barat tidak sedikit kalangan non-Muslim yang sangat menghormati Islam dan Muslim, serta berdiri di garda depan untuk melawan Islamophobia.
Hari kedua diawali dengan pleno kedua yang menghadirkan empat pembicara yaitu Professor Hakimelahi dari ICC, Dr. Alim Roswantoro Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Dr.Nihayah Wafiroh alumni yang menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI, dan Dr. Inayah Rohmaniyah, dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.
Konferensi ditutup pada hari Selasa sore, 6 November 2018 oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Dr. Inayah Rohmaniyah. Diharapkan dari acara konferensi Internasional ini, memudahkan jalan UIN Sunan Kalijaga dalam mendorong dan mempelopori kemajuan sebagai universitas kelas dunia dalam Kajian Keislaman khususnya dalam lingkup Universitas-universitas Islam di Indonesia. (Aziel-Khabib/humas)