KKN Tanggap Bencana Buat Jalur Evakuasi di Kiluan
Foto bersama seusai sosialisasi di Pekon Kiluan Negeri
Indonesia sebagai negara rawan bencana, harus memiliki edukasi tetang kebencanaan. Karena masih sering ditemukan kesalahan masyarakat awam dalam menyikapi bencana alam. Hal tersebut terjadi lantaran munculnya rasa panik, ditambah dengan sebaran informasi yang tidak jelas sumbernya dan semakin membuat gaduh.
Seperti yang diungkap oleh Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Ns. Maryani saat melakukan sosialisasi lanjutan mengenai Desa Tangguh Bencana di Pekon Kiluan Negeri didampingi oleh fasilitator dari BPBD Tanggamus serta mahasiswa KKN Tematik Tanggap Bencana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jumat (26/7).
Maryani menambahkan, sebagian besar masyarakat setempat kurang menyadari kalau daerah yang ditempatinya adalah rawan bencana terutama tsunami dan gempa bumi.
“Daerah ini memiliki tiga sumber tsunami, yang pertama karena aktivitas lempeng indo-Australia yang menyusup ke bawah lempeng Eurasia di dalam perut bumi. Kedua, karena daerah ini adalah daerah pesisir pantai, dan ketiga karena lokasinya yang dekat dengan Gunung Anak Krakatau,” ujarnya.
Hal itu berasal dari analisis pada sosialisasi sebelumnya antara FPRB (Forum Pengurangan Resiko Bencana) masyarakat Pekon Kiluan Negeri dan didampingi BPBD Tanggamus. Hasilnya, angka probabilitas dan dampak tsunami merupakan yang paling besar pada beberapa wilayah di Pekon Kiluan.
“Beberapa waktu lalu terjadi tsunami di Kiluan disebabkan oleh longsoran material gunung Anak Krakatau yang jatuh ke laut dan menyebabkan tsunami, tetapi pada waktu itu tidak terlalu terlihat sebab bersamaan dengan waktu pasang-surutnya air laut,” lanjut Maryani.
Dalam kesempatan yang sama, perwakilan tiap dusun yang hadir pada acara sosialisasi ini turut menjelaskan kondisi di dusunnya, kemudian memberikan masukan mengenai jalur yang aman untuk dijadikan jalur evakuasi bencana. Wilayah yang cukup aman dari terdampaknya tsunami adalah daerah yang berada 20 meter di atas permukaan laut. Wilayah yang disepakati melalui berbagai pertimbangan dan analisis itulah yang akan menjadi lokasi titik kumpul ketika terjadi bencana. Jika jalur evakuasi telah disepakati, kemudian dapat diuji dengan melakukan simulasi yang tujuannya untuk menekan atau mengurangi korban jiwa dan ancaman.
Maryani pun turut memberikan semangat kepada masyarakat setempat untuk bersama-sama belajar dan tangguh terhadap ancaman-ancaman bencana yang mungkin terjadi. Dengan bekerja sama dengan mahasiswa KKN Tanggap Bencana UIN Sunan Kalijaga, ia berharap supaya segera dibuat jalur evakuasi dan masyarakat dapat memahami cara melakukan evakuasi dengan cepat dan tepat, serta sering melakukan edukasi untuk melakukan evakuasi mandiri tanpa harus menunggu peringatan dini dari BMKG.
"Kita tidak pernah mengharapkan bencana itu datang, tetapi kita harus siap menghadapinya. Semakin banyak kita melakukan persiapan, semakin kecil risiko yang akan kita dapatkan,” pungkasnya. (Nurul)