Ekspedisi Mahasiswa UIN Suka: Eksplorasi Biodiversitas Gunung Tilu

Tahun ini BIOLASKA (Biologi Pecinta Alam Sunan Kalijaga) kembali mengadakan kegiatan ekspedisi dengan nama “EKSPEDISI AKSARA TILU”. Tema ekspedisi kali ini adalah BIOLASKA Eksplorasi Biodiversitas dan Sosial Budaya Gunung Tilu. Kegiatan ekspedisi berlangsung selama 15 hari yaitu dari tanggal 8-23 Januari 2022.

Selaras dengan namanya, ekspedisi Aksara Tilu bertempat di Kawasan Perhutani Gunung Tilu. Gunung Tilu merupakan kelompok pegunungan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kuningan. Gunung Tilu setidaknya memiliki tiga puncak tertinggi yaitu Puncak Sukmana (1154 mdpl), puncak lain yang tidak diketahui namanya (1112 mdpl), dan Puncak Gunung Tilu (1076 mdpl) yang tergabung dalam penyusun Gunung Sagara.

Menurut penuturan ketua panitia, Bela Prapitasari, Gunung Tilu dipilih sebagai tempat ekspedisi karena melimpahnya potensi biodiversitas yang ada di dalamnya. Hal ini membuat Gunung Tilu menarik untuk dieksplorasi beragam flora dan faunanya, khususnya pada jenis burung, herpetofauna, kupu-kupu, capung, dan anggrek.

Qodriyah Fitri C.W. selaku kepala suku BIOLASKA yang juga merupakan salah satu peserta ekspedisi menyampaikan bahwa kawasan hutan di Gunung Tilu memiliki peran sangat penting bagi masyarakat sekitar. Masyarakat di kawasan ini gemar bertani dan berkebun. Hamparan sawah terbentang luas dengan sistem terasering seperti teras-teras hijau yang menyejukkan mata. Uniknya, terdapat suatu perkebunan kopi di hutan alam yang tidak diketahui siapa yang menanamnya. Tanaman kopi ini berbuah secara periodik setiap tahunnya. Air sungai yang mengalir dari hulu masih jernih dan bersih sehingga dapat dijadikan sumber air untuk keperluan minum dan dapur. Beberapa masyarakat juga memanfaatkan kayu, ranting, dan dahan dari tanaman yang sudah mati sebagai bahan bakar untuk memasak.

Lebih lanjut, para peserta Ekspedisi Aksara Tilu terbagi menjadi beberapa tim. Qodriyah mengatakan bahwa terdapat 5 tim, yaitu Tim Orchida (anggrek), Tim Avifauna (burung), Tim Herpetofauna (reptil dan amfibi), Tim Lepidoptera (kupu-kupu), dan Tim Odonata (capung). Meskipun berada pada tim yang berbeda, namun peserta dalam ekspedisi ini dapat bahu-membahu dan bekerja sama satu dengan yang lainnya.

Setelah selesai ekspedisi sesuai waktu yang telah ditentukan, masing-masing tim ekspedisi kemudian merekap hasil temuan flora dan fauna yang ada di kawasan Gunung Tilu. Telah ditemukan sebanyak 39 spesies anggrek yang terdiri dari 30 anggrek epifit dan 9 anggrek terestrial, 93 spesies burung, 38 spesies herpetofauna, 95 spesies kupu-kupu, serta 23 spesies capung.

Menurut Taufiq Rezaldi dari Tim Orchida, spesies yang paling menarik adalahCalanthe triplicatayang dijumpai pada saat sedang berbunga. Bunga dari anggrek terestrial ini berwarna putih dengan daun berwarna hijau gelap dan berbulu.

Tim Avifauna menjumpai beberapa spesies endemik Jawa Bali dan Lombok, di antaranya adalahNisaetus bartelsi(Elang Jawa),Hydrornis guajanus(Paok Pancawarna),Prinia familiaris(Perenjak Jawa), danOrthotomus sepium(Cinenen Jawa).

Adapun Tim Herpetofauna menemukanMicrohyla achatina(Percil Jawa) yang merupakan endemik Jawa danLimnonectes macrodon(Bangkong Batu) yang kini statusnya mengalami penurunan. Selain itu, tim ini juga menemukanMegophrys montana(Katak Tanduk) danHuia masonii(Kongkang Jeram).

Tim Lepidoptera menemukanTroides helenayang merupakan satwa yang dilindungi menurut Permen LHK No. 20 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar yang Dilindungi. Kupu-kupu ini memiliki sayap bagian atas berwarna hitam dan sayap bagian bawah berwarna kuning terang dengan titik-titik hitam.Troides helenabersifat monopagus dimana hanya memakan satu jenis tumbuhan saja pada saat menjadi larva, yaitu tumbuhanAristolochia tagala(sirih hutan).

Sementara itu, Novi Salsabila dari Tim Odonata mengungkapkan, “Di hutan alam sekunder ada beberapa spesies endemik yang kami temui, yaituDrepanosticta sundana, Drepanosticta gazella,danDrepanosticta spatulifera.Adapun spesies yang paling sering ditemui adalahOrthetrum sabinayang ditemukan di hampir semua tempat danPantala falvescensyang berterbangan di atas sawah dengan jumlah sangat banyak.

Berkaitan dengan data yang telah diperoleh dari kelima Tim Ekspedisi, Bela Prapitasari menuturkan bahwa akan dilaksanakan seminar hasil ekspedisi sebagai salah satu bentuk publikasinya. Wah, menarik ya, Sobat! Ingin tahu apa saja yang teman-teman ekspeditor temukan di Gunung Tilu? Kita nantikan informasi selanjutnya di IG BIOLASKA ya,stay tuned! (BIOLASKA UIN SUKA)