Pimpinan Redaksi Suka News Raih Gelar Doktor: Ditetapkan Sebagai Doktor dengan Disertasi Terbaik

Dosen Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga/Pimpinan Redaksi Suka News, Habib S.Ag., M. Ag., berhasil meraih gelar Doktor, setelah mempertahankan karya Disertasinya, di kampus UIN Walisanga Semarang, belum lama ini. Habib meraih gelar Doktor setelah mempertahankan karya Disertasinya “Manuskrip Faid Ar-Rahman karya Kyai Salih Darat (1820-1903)-Kajian teks dan Prateks Tentang Konstruksi Sosial-Keagamaan Masyarakat Islam Jawa pada Peralihan Abat XIX dan XX dalam ujian terbuka dihadapan Prof. Dr. H. Nizar, M.Ag., (Ketua Siadang), Dr. Nasihun Amin, M. Ag., (Sekretaris Sidang), Prof. Dr. Muslich, MA., (Promotor), Prof. Dr. H. Sangidu, M. Hum, (Co-Promotor), Prof. Dr. Sugeng Sugiono, MA., (Penguji Eksternal), Prof. Dr. H. Akhmad Arif Junaidi, M. Ag., (Penguji), Dr. H. Muh. In’amuzzahidin, M. Ag., Penguji), Dr. H. Musthofa, M. Ag., (Penguji). Bapak tiga putri, Kamila Nidaunnada, Lubna Adilla Hikmah, Salwa Athera Khoulani dari istri Tutik Husniati, S.Ag, ini bahkan ditetapkan oleh Tim Penguji sebagai Doktor dengan Disertasi terbaik tingkat universitas pada UIN Walisanga Semarang, dengan IPK 3,95, dan Disertasi Paling tebal (1.609 halaman), serta paling lengkap datanya.

Dalam Abstraksi Disertasinya Habib antara lain mengungkapkan bahwa karya Disertasi ini mengkaji manuskrip Faid} al-Rah}ma>n fi Tarjamati Tafsi>r Kala>m Ma>lik ad-Dayya>n dari sudut pandang teks dan prateks tentang konstruksi sosial keagamaan masyarakat Islam Jawa pada peralihan abad ke-19 dan awal abad ke-20. Menurut Habib, ada tiga persoalan penting yang dijawab di dalam penelitian disertasi ini. Pertama, bagaimana kondisi realitas sosial keagamaan masyarakat Islam Kota Semarang pada peralihan abad ke-19 dan abad ke-20 yang melatari lahirnya MSFR I? Kedua, bagaimana penyajian edisi teks MSFR I agar dapat dipahami oleh kalangan masyarakat yang lebih luas masa kini? Ketiga, bagaimana kontekstualisasi MSFR I dan relevansi serta fungsinya dengan kehidupan sosial keagamaan (Islam) masyarakat Jawa pada masa itu? Ketiga pertanyaan ini berangkat dari argumen bahwa MSFR I merupakan representasi dari konstruksi sosial keagamaan masyarakat Islam Jawa yang berkembang pada masa peralihan abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Disampaikan, dengan mempertimbangkan objek formal dan material kajian dalam penelitian, disertasi ini menggunakan pendekatan multidisiplin, yaitu bahwa penelitian ini tidak hanya mengungkap sisi-sisi kajian filologi dan kodikologi MSFR I, tetapi juga menjelaskan konteks muatan isinya dalam wacana etno-religio masyarakat Islam Jawa melalui pendekatan sejarah dan sosiologi terutama teori konstruksi sosial Peter Berger dan Thomas Luckmann. Karena itu, penelitian ini merupakan kombinasi desain penelitian naturalistik, atau penelitian kepustakaan dan field research.

Hasilnya, penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi sosial keagamaan masyarakat Jawa pada peralihan abad XIX dan XX dapat dikontruksikan ke dalam empat kelompok aliran keagamaan, yaitu: mistik Islam Kejawen, Islam salafi, Islam ortodoks, dan umat Islam yang “terbaratkan”. Dari sisi kajian teks, penelitian ini berhasil menghadirkan suntingan teks MSFR I secara filologis sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Suntingan naskah penelitian ini menggunakan metode landasan dengan beberapa penyesuaian agar para pembaca dapat terbantu memahaminya. Selain itu melalui kajian kodikologi, disertasi ini juga menegaskan bahwa MSFR merupakan karya orisinil Kyai Shalih Darat dan bukan merupakan karya terjemahan dari sebuah kitab. Demikian juga, penelitian ini berhasil menyajikan terjemah MSFR I dalam bahasa Indonesia berdasarkan hasil suntingan, sehingga sehingga teks MSFR I lebih mudah dipahami oleh pembaca saat ini. Sementara berdasarkan pendekatan teori konstruksi sosial Peter Berger dan Thomas Luckmann, disertasi ini juga menunjukkan bahwa kehadiran MSFR I dengan model penafsiran isyari memiliki hubungan relasional dengan konteks sosial keagamaan yang mengitarinya. Dalam suasana menguatnya polarisasi pemahaman Islam di Jawa pada peralihan abad ke-19 dan awal abad ke-20 sebagai akibat pengaruh globalisasi (gerakan pemurnian Islam

internasional) dan modernisasi (kolonialisme Eropa) yang tercermin dalam gaya beragama dan perbedaan sosial yang lebih luas, MSFR I merupakan bentuk respon Kyai Shalih Darat terhadap paham-paham Islam yang berkembang saat itu sekaligus juga sebagai kritik metodologis. Secara metodologis, MSFR I ini merupakan kritik terhadap metode pemahaman Islam yang parsial. Alih-alih Islam didekati secara integralistik dan harmonis antara praktek lahir dan batin, justru didekati berdasarkan kepentingan-kepentingan ideologisnya. Ditinjau dari objektivasi Perter Berger dan Thomas Luckmann, maka MSFR I merupakan tindakan Kyai Shalih Darat dalam menolak praktek-praktek keagamaan yang bersifat eksrimis dan ekslusif, dan sebagai gantinya mengajukan pandangan pentingnya pemahaman Islam yang moderat atau ber-moderasi di dalam pemahaman beragama. Temuan ini semakin meneguhkan pandangan bahwa manuskrip-manuskrip Islam di Nusantara bukanlah pinggiran (marginal), namun berperan penting dalam mengembangkan kajian Islam dim dunia, demikian tegas Dr. Habib, S. Ag., M. Ag. (Tim Humas)