Di tengah gemuruh tepuk tangan dan sorak bangga dari ratusan wisudawan serta para orangtua, nama Sarah Dina bergema sebagai salah satu Wisudawan Tercepat dan Terbaik dengan IPK sempurna 4.00 dari Program Magister Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga. Momen ini menjadi puncak perjalanan panjangnya yang penuh kerja keras, doa, dan pengorbanan.
Sarah, dara kelahiran Medan 24 tahun silam, merasa sangat bersyukur atas pencapaian ini. Baginya, keberhasilan ini bukan sekadar buah dari kerja kerasnya, melainkan sebuah anugerah yang terjalin dari doa tulus dan dukungan tanpa henti dari orang-orang terkasih, terutama sang ibu yang selalu menjadi pilar kekuatannya.. “Kesuksesan ini bukan semata-mata milik saya, melainkan sebuah mahakarya yang terjalin dari doa-doa suci yang senantiasa dilangitkan oleh Ibu. Segala pencapaian ini adalah buah dari kasih-Nya yang tak bertepi, dari kehendak dan kemurahan Tuhan yang senantiasa tercurah dengan limpahan berkah tanpa henti,” ujarnya penuh haru.
Perjuangan Seorang Anak Rantau
Merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi magister bukanlah hal yang mudah bagi Sarah. Sebagai anak tunggal yang selama ini tinggal berdua dengan sang ibu, keputusannya untuk meninggalkan kampung halaman sempat menuai pertentangan. Namun, dengan tekad yang kuat, ia membuktikan bahwa pilihannya tidak salah. Sebelumnya, ia telah menorehkan prestasi serupa di jenjang sarjana di UIN Sumatera Utara, dimana ia juga meraih predikat Wisudawan Terbaik. Konsistensi dan kapabilitasnya kembali ia buktikan di jenjang magister.
Salah satu episode paling pilu dalam perjalanan hidup Sarah adalah tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah. “Sering kali saya melihat teman-teman belajar dengan dukungan penuh dari ayah mereka, sementara saya hanya bisa merasakan kekosongan itu. Namun, dari situ saya semakin menyadari betapa luar biasanya perjuangan ibu dalam membesarkan dan mendidik saya. Saya ingin membuktikan bahwa doa dan kasih sayangnya sudah lebih dari cukup untuk mengantarkan saya mencapai titik ini,” tuturnya.
Kesibukan yang Berbuah Manis
Di balik kesuksesannya, Sarah menjalani hari-harinya dengan segudang aktivitas. Ia aktif sebagai Tutor Bahasa Inggris Online, Tutor Private Edufio, serta Asisten Peneliti di UIN Sunan Kalijaga. Tak hanya itu, ia juga terlibat dalam berbagai organisasi, seperti Volunteer for Environmental Community, Ketua Bidang Penelitian HIMMPAS SUKA, serta Coordinator of Quran Memorization Club. Meski jadwalnya begitu padat, Sarah tak sedikit pun merasa terbebani. Sebaliknya, ia menjalaninya dengan penuh semangat dan sukacita. Baginya, setiap tantangan adalah pijakan menuju impian, dan setiap kesibukan adalah bukti nyata bahwa ia tengah bergerak maju, menapaki jalan menuju keberhasilan.
Kebiasaan kecil yang ia pegang teguh telah menjadi salah satu kunci kesuksesannya. Sarah selalu berpegang pada pesan ibunya untuk menyempatkan belajar sebelum atau selepas subuh, sebuah disiplin sederhana yang ia jalankan dengan konsistensi setiap hari, bukan hanya saat menjelang ujian. “Siapa sangka, kebiasaan kecil yang tampak sepele ini justru memberikan dampak luar biasa dalam perjalanan akademik saya,” ungkapnya dengan penuh syukur. Baginya, ketekunan dalam hal-hal kecil adalah fondasi bagi pencapaian besar.
Doa dan Harapan Seorang Ibu
Di sisi lain, sang ibu tak mampu menyembunyikan rasa haru dan bangganya melihat buah hati semata wayangnya mengukir prestasi gemilang. “Rasanya benar-benar campur aduk, bangga, haru, syukur, semua melebur jadi satu. Saat ini, yang terlintas di benak saya adalah setiap malam panjang yang ia lewati dengan mata yang nyaris terpejam karena kantuk, lembaran-lembaran buku yang ia pelajari dengan penuh kesungguhan, dan momen-momen di mana ia menahan air mata kelelahan, namun tetap bertahan. Tapi dia tidak pernah menyerah. Kini, semua perjuangan itu terbayar lunas, dan saya tak bisa lebih bangga dari ini,” ujar sang ibu dengan mata berkaca-kaca.
Sang ibu selalu berpesan agar Sarah tetap rendah hati, terus belajar, dan menggunakan ilmunya untuk kebaikan. “Kesuksesan sejati bukan sekadar tentang pencapaian pribadi, tetapi tentang seberapa besar manfaat yang bisa kita berikan bagi sesama,” pesannya.
Sarah Dina bukan sekadar mahasiswa berprestasi, tetapi juga simbol ketekunan dan inspirasi bagi banyak orang. Dengan tekad yang tak tergoyahkan, doa yang selalu mengiringi, serta dukungan tulus dari orang-orang tercinta, ia telah membuktikan bahwa tidak ada batas bagi mereka yang berani bermimpi dan berjuang. Kini, dengan kepala tegak ia siap melangkah ke babak berikutnya, mengabdikan ilmunya bagi masyarakat, dan terus menorehkan prestasi yang lebih gemilang di masa depan.(humas sk)