Di balik
hiruk-pikuk ibu kota, tersembunyi ruang-ruang belajar yang menjadi pertemuan
budaya dunia. Salah satunya adalah Sudanese African Asian School (SAAS),
sekolah internasional berwawasan global yang menjadi tempat pelaksanaan
Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa Arab (PBA) S1 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kegiatan
PLP ini tidak hanya menjadi ruang praktik, tetapi juga wahana pembentukan
perspektif baru tentang bagaimana Bahasa Arab diajarkan dan dihayati dalam
lingkungan multikultural yang sesungguhnya.
SAAS
adalah sekolah yang unik. Mengusung kurikulum Sudan dan beroperasi di bawah
regulasi pendidikan Indonesia, sekolah ini menjadi rumah bagi siswa dari
delapan negara berbeda. Sekitar 70 persen siswanya adalah penutur asli Bahasa
Arab, sementara 30 persen lainnya berasal dari latar non-native. Komposisi ini
menciptakan ruang belajar yang dinamis, multibahasa, dan sarat interaksi lintas
budaya.
Mahasiswa
PBA diajak masuk ke dalam ruang kelas, berdialog dengan siswa, menyimak
strategi pengajaran guru, hingga turut mempraktikkan pengajaran yang telah
mereka rancang. Mereka belajar bahwa pengajaran Bahasa Arab bukan hanya soal
kaidah dan kosa kata, tetapi juga keterampilan komunikasi, sensitivitas budaya,
dan kreativitas dalam menyampaikan makna.
Yang
menarik, SAAS bukan hanya menjalankan kurikulum internasional, tetapi juga
mengintegrasikan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) serta Bahasa
Indonesia. Hal ini menjadi bentuk komitmen sekolah untuk tetap membumi dan
memenuhi standar pendidikan nasional Indonesia.
Bagi
mahasiswa PBA, keberadaan dua ranah kurikulum ini membuka pemahaman penting
tentang bagaimana pendidikan dapat tetap kontekstual, menghormati lokalitas,
sekaligus berpandangan global.
Kegiatan
PLP di SAAS tidak berhenti pada pengamatan. Mahasiswa juga diberi kesempatan
untuk praktik mengajar langsung, mengimplementasikan teori yang mereka pelajari
di kampus dengan pendekatan yang lebih responsif terhadap keberagaman siswa.
Mereka ditantang untuk menjadi fasilitator pembelajaran yang mampu menjembatani
perbedaan latar belakang dan bahasa.
Di
penghujung kegiatan, dilangsungkan acara penarikan mahasiswa PLP. Kegiatan ini
ditandai dengan penyerahan sertifikat kepada mahasiswa peserta PLP serta
penyerahan plakat sebagai bentuk apresiasi kepada pihak sekolah yang telah
memberikan ruang belajar yang inklusif dan mendidik.
Salah satu momen berharga dalam acara penarikan adalah sharing session yang dipandu oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Bapak Nurul Huda, S.S., M.Pd.I. Dalam sesi ini, beliau menekankan pentingnya keterampilan menulis khat (kaligrafi Arab) dalam pengajaran Bahasa Arab. Tidak hanya teoritis, para siswa SAAS pun ikut belajar teknik penulisan khat yang baik dan benar, menjadikan momen tersebut sebagai jembatan pertukaran keterampilan dan apresiasi budaya tulisan Arab.
Kegiatan
PLP ini membuka cakrawala mahasiswa bahwa menjadi pengajar Bahasa Arab bukan
sekadar tentang menguasai materi, tetapi juga soal kesiapan mental untuk
menghadapi kelas yang plural. Mereka kini menyadari pentingnya kompetensi
interkultural, kemampuan adaptasi, dan pendekatan pedagogis yang lebih
manusiawi.
Dengan
selesainya program ini, mahasiswa PBA UIN Sunan Kalijaga tak hanya kembali ke
kampus dengan portofolio pengalaman, tetapi juga dengan pemahaman mendalam
tentang esensi pendidikan yang sesungguhnya: membentuk jembatan antara bahasa,
budaya, dan kemanusiaan. (news contributor FITK)