Yogyakarta, 6 Juni 2025 — Pagi itu, langit Yogyakarta tampak cerah seolah turut menyambut gema takbir yang berkumandang dari pelataran Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Ratusan jamaah dari sivitas akademika dan masyarakat sekitar berdatangan dengan khidmat, memenuhi pelataran masjid untuk melaksanakan Sholat Idul Adha 1446 H, Jumat pagi, 6 Juni 2025.
Pelaksanaan sholat berlangsung khusyuk dan tertib, dengan Ust. M. Ali Ramdhani, M.Ag. bertindak sebagai imam, memimpin barisan jamaah yang larut dalam lantunan ayat-ayat suci.
Suasana religius semakin terasa saat Dr. Mochamad Sodik, S.Sos., M.Si., tampil sebagai khatib Idul Adha, menyampaikan khutbah yang mendalam dan menggugah. Dalam khutbahnya, beliau mengangkat tema besar: Idul Adha – Menautkan Ketakwaan dan Rahmat Tuhan.
Takwa, Bukan Daging yang Dicari
Mengutip Surah Al-Hajj ayat 37, Dr. Sodik menekankan bahwa esensi kurban bukanlah pada jumlah daging atau darah yang mengalir, tetapi pada ketakwaan yang tertanam dalam diri pelakunya. “Daging-daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya,” demikian petikan ayat yang beliau sampaikan dalam khutbah.
Menurutnya, kurban adalah simbol spiritual untuk memotong sesuatu yang lebih dalam dari sekadar leher hewan: yaitu memotong hasrat-hewaniah dalam diri manusia, seperti kesombongan, superioritas, dan egoisme yang kerap merusak hubungan antarmanusia.
Mengikis Tiga Sifat: Adigang, Adigung, Adiguna
Dalam tradisi Jawa, Dr. Sodik menjelaskan istilah ojo dumeh (jangan merasa paling), sebagai pengingat untuk tidak terjerumus pada tiga karakter buruk: adigang (merasa paling kuat), adigung (paling besar dan istimewa), dan adiguna (paling benar). Ketiga sifat ini disebut sebagai “hasrat hewani” yang harus dipotong dalam momentum Idul Adha.
Beliau menegaskan bahwa jika sifat-sifat tersebut tidak dikikis, maka agama akan kehilangan perannya sebagai rahmat bagi semesta. Sebaliknya, agama akan menjadi kaku dan menjauh dari budaya serta kemanusiaan yang justru menjadi ladang pengamalannya.
Karakter Muttaqin: Iman, Islam, Ihsan
Mengangkat Surah Ali 'Imran ayat 133–135, khutbah Dr. Sodik menguraikan empat karakter orang bertakwa: gemar berinfak, mampu menahan amarah, mudah memaafkan, dan cepat menyadari serta memperbaiki kesalahan.
"Beragama bukan hanya soal ritual, tetapi tentang memanusiakan manusia,” tegas beliau. Iman, Islam, dan Ihsan harus hadir secara bersamaan sebagai trilogi transendental yang membentuk kepribadian bertakwa.
Rahmat Tuhan dalam Empat Bingkai
Dalam khutbahnya, khatib menyampaikan bahwa rahmat Tuhan akan benar-benar bermakna jika hadir dalam empat bingkai nilai kebajikan: busyraa (kabar gembira), hudaa (petunjuk), syifaa’ (obat), dan mau’idzah (nasihat). Keempatnya bukan sekadar konsep spiritual yang mengawang, melainkan menjadi energi hidup yang nyata—yang menuntun manusia menuju kedamaian dalam diri dan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat. Rahmat Tuhan, dalam pandangan ini, adalah kekuatan transenden yang melembutkan hati, menajamkan akal, dan menghidupkan nurani.
Mengakhiri khutbahnya, Dr. Sodik menyerukan dengan penuh haru agar semangat Idul Adha tak hanya dimaknai sebagai ritual tahunan, melainkan dijadikan pijakan batin untuk membangun bangsa yang berkeadaban—bangsa yang kuat dalam persatuan, disiplin dalam tindakan, dan tulus dalam pengorbanan. Ia mengingatkan bahwa pembangunan sejati bukan semata soal ekonomi dan politik, melainkan soal menumbuhkan jiwa-jiwa yang bertakwa dan berjiwa rahmat. Di penghujung khutbah, suaranya mengalun dalam doa yang menyentuh kalbu, memohon kekuatan lahir dan batin bagi umat serta para pemimpin agar mampu menjalankan amanah dengan adil, jujur, dan penuh kasih sayang. Dalam semangat Idul Adha yang menggetarkan hati, UIN Sunan Kalijaga kembali mempertegas peran sucinya sebagai mercusuar ilmu dan nurani, bukan sekadar tempat belajar, tapi medan pertemuan nilai-nilai spiritual, kebudayaan, dan kemanusiaan yang bersama-sama menapaki jalan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. (humassk)