Setelah melalui proses seleksi yang panjang dan penuh tantangan, tujuh mahasiswa terbaik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta akhirnya berhasil menembus panggung bergengsi Kalijaga Changemaker 2025. Ajang prestisius tahunan ini bukan sekadar kompetisi, melainkan ruang lahirnya ide-ide brilian dan inovasi sosial mahasiswa yang mampu memberi dampak nyata bagi masyarakat. Momen puncak final yang digelar pada Rabu (1/10/2025) di Aula Convention Hall kampus setempat pun menjadi saksi lahirnya generasi muda pembawa perubahan, dengan atmosfer semarak, penuh inspirasi, dan menggugah, serta melahirkan decak kagum para hadirin.
Adapun Tujuh mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang berhasil menembus
babak final Kalijaga Changemaker 2025 dengan ragam program inovatif yang
mereka usung antara lain: Muhammad Fahri Azizurrahman, mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora dengan program Generasi Anti Kekerasan; Muhammad
Annas Mufid, asal Fakultas Adab dan Ilmu Budaya) melalui program Super
Talent sebagai media pembelajaran inklusif; serta Geza Bayu Santoso, mahasiswa
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam dengan gagasan Relaoneday.
Selain itu, Muhammad Fatkhi Hidayatillah, mahasiswa Fakultas Adab
dan Ilmu Budaya menghadirkan program Lumbung Pangan Jumat Berkah Mendut;
Nur Cahyanti, dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam menggagas Pemberdayaan Perempuan Desa Melalui Inovasi Pengolahan
Ubi Jalar Berbasis Triple Bottom Line; Sofia Nurul Husna, mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi dengan program SunShine (Senior’s Hope in
Nurturing Empowerment); serta Arif Prasetyo, mahasiswa Fakultas Ilmu
Tarbiyah Keguruan melalui Campaign sedekah Iqra’
dan Al-Qur’an braille bagi anak-anak tunanetra di Indonesia.
Adapun ketiga Dewan juri Kalijaga Changemaker 2025 terdiri
dari tiga sosok dengan latar belakang yang beragam, yakni Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sunan Kalijaga, Dr. Abdur Rozaki, penulis
sekaligus aktivis gender, Kalis Mardiasih, serta jurnalis Harian Kedaulatan
Rakyat, Patmi Sustiwi.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof.
Noorhaidi Hasan, yang tengah berada di Leuven, Belgia, menyampaikan salam
hangat secara daring. Ia menegaskan kebanggaannya terhadap penyelenggaraan
ajang ini.
“Ini sangat penting dan bermakna. Mahasiswa mendapat kesempatan
untuk membuktikan komitmen mereka terhadap masalah nyata yang dihadapi
masyarakat, sekaligus menunjukkan kepedulian, inovasi, dan intervensi,”
ujarnya.
Rektor menambahkan, ajang ini tidak hanya mengasah bakat
kepemimpinan, manajerial, dan kreativitas, tetapi juga dapat menjadi inspirasi
bagi mahasiswa lain untuk terlibat dalam gerakan sosial.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Dr. Abdur Rozaki, menilai ajang yang memasuki tahun kedua ini semakin matang dalam konsep dan pelaksanaan. “Kami meyakini bahwa kompetisi adalah sebagai panggung bagi mahasiswa yang sangat penting dan strategis agar bakat, komitmen, gagasan, visi, dan empati dalam mendorong perubahan menjadi budaya di kalangan para mahasiswa,” ungkapnya.
Ia juga meyakini bahwa di tangan anak muda lah masa depan itu
menjadi lebih cerah. “Karena itu mahasiswa harus punya kegelisahan, terus
berlatih, mengembangkan karakter kepemimpinan, membangun empati, dan
merumuskannya dalam aksi-aksi perubahan sosial,” tambahnya, sembari menegaskan bahwa tahun depan Kalijaga
Changemaker ditargetkan naik ke level nasional.
Sementara itu, dalam babak puncak, para finalis ditantang untuk
menampilkan video profil programnya sebagai pengantar ide yang mereka usung.
Setelah itu, kemampuan public speaking mereka diuji melalui presentasi
singkat di hadapan audiens. Tahap akhir menjadi momentum pembuktian, ketika
para finalis menunjukkan ketangguhan menjawab beragam pertanyaan dari dewan
juri dengan penuh percaya diri.
Setelah melewati penjurian yang ketat dan penuh dinamika, tibalah
momen yang paling ditunggu. Sorak-sorai dan tepuk tangan bergema ketika pembawa
acara mengumumkan para pemenang. Gelar juara pertama diraih oleh Sofia Nurul
Husna berkat program SunShine, yang menyoroti pentingnya berbagai
inisiatif untuk meningkatkan kebahagiaan lansia, sebuah kelompok usia yang
kerap terabaikan dan sering kali dianggap sebagai beban sosial.
Posisi runner-up pertama diraih oleh Muhammad Fahri Azizurrahman,
sementara Arif Prasetyo tampil gemilang sebagai runner-up kedua sekaligus
menyabet gelar peserta favorit pilihan audiens. Tidak kalah membanggakan, Geza
Bayu Santoso menempati posisi runner-up ketiga, disusul Nur Cahyanti di
peringkat keempat, Muhammad Annas Mufid di peringkat kelima, dan Muhammad
Fatkhi Hidayatillah di peringkat keenam.
Ajang ini menegaskan peran UIN Sunan Kalijaga sebagai ruang
lahirnya generasi muda inovatif yang berkomitmen menghadirkan perubahan sosial
melalui ide-ide kreatif dan inovatif.